Chapter 12 - Flava si Gadis Wyvern

Pintu besar terbuka, Aileen menatap serius sosok monster yang memiliki ukuran 2x lebih besar daripada singa. "Nue." Ucap Aileen seraya mencabut kembali pedangnya. "Flava, sekali lagi aku katakan padamu, jangan menjauh dulu, atau jangan mendekat dulu, mengerti?" Aileen menatap Flava dengan tatapan lembut namun dengan tubuh dalam posisi siaga tempur. "Baik, Papa! Flava janji!"

'Jujur saja, aku merasakan perasaan yang tulus dari ucapan Flava.' Batin Aileen, ia merasakan kalau Flava adalah anak yang ingin membalaskan budi pada mereka, namun seharusnya ia membalas budi pada orang yang sudah melepaskannya dari kontrak, yaitu Lyve, bukan dirinya. "Flava, kalau Flava memanggil Aileen dengan panggilan papa, lalu sama kakak apa?" Tanya Lyvemon, ia kembali mengenakan tudung priestnya. "Kakak!"

"gh." Kesalnya, "Lyve, kita mulai."

"Baik." Aileen memasuki ruangan itu. Terlihat sosok berjubah hitam berdiri di atas akar besar, "Jadi, kau itu Summonernya ya?" Dengan enteng Aileen menanyakan itu. Namun orang dibalik jubah itu hanya tersenyum dan berkata, "Serang." Seketika itu, Nue langsung bereaksi dan menyemburkan racun mematikan dari ekornya menuju Lyve dan Aileen. "Sihir Suci : Holy Wall!"

"Aileen, monster ini memiliki ketahanan sihir tinggi, sebaliknya, ia memiliki ketahanan fisik yang sangat rendah." Jelas Lyvemon. Tentu saja, Aileen mengerti, Maksudnya, yang harus bertarung hanyalah Aileen sendiri.

"Siapkan sihir support." Ia langsung berlari dengan tubuh dalam posisi siaga tempur. "Skill : Assassination!" Aileen melompat dan melesat mencoba memotong bagian tubuh Nue yang paling merepotkan, namun tentu saja Nue tidak sebodoh itu, ia langsung mengeluarkan energi listrik dari tubuhnya guna mencegah Aileen mendekati ekornya.

"Nue, Gunakan skill Deadly Mixer!"

Sesuai perintah, Nue membuka mulutnya lebar-lebar. Bola cahaya berwarna kuning cerah terlihat dan tak lama kemudian, sinar laser yang terbuat dari listrik melesat menuju tubuh Aileen.

"GHAAKH!!" Rintihnya ketika Aliran listrik dengan tegangan tinggi menyentuh dada nya.

"Papa.."

"Aileen! Support : Recovery!"

Aileen tersungkur di lantai batu, namun Debuff yang diberikan oleh Nue sudah berakhir berkat skill support yang diberikan Lyvemon. Ia kembali bangkit, akan tetapi dengan mengejutkan cakar besar Nue melesat dan hampir saja mengenainya, jika saja ia tak sempat menghindar, mungkin kini tubuhnya sudah terbagi menjadi beberapa bagian. "Holy Protection."

Sesaat tubuh Aileen diselimuti cahaya berwarna hijau muda, namun kembali lagi menjadi normal menandakan efek buff itu sudah masuk kedalam tubuhnya. "Aileen, jangan terlalu berfokus pada sword skill, Gunakan basic attact beberapa kali!"

'Dengan senang hati.' batinnya, ia melesat dan menyayat kaki Nue yang saat ini masih saja mengeluarkan aliran listrik, namun tubuhnya sudah mendapatkan buff Resistance sehingga kini ia tak perlu terlalu khawatir akan damage dari listrik yang dikeluarkan oleh Nue. Namun kini yang menjadi masalah adalah laser mematikan yang dikeluarkan Nue melalui mulut kera nya, tidak ada sihir perlindungan yang mampu menangani skill itu.

***

"B-bagaimana ini.."

Gadis bersurai pirang itu kebingungan, ia mencengkram erat kaus hitam yang ia pakai, 'Sebenarnya aku ini kenapa..? Mengapa aku merasakan hubungan yang erat antara aku dan pria itu... mengapa.. ketika melihatnya, seolah-olah aku melihat sosok ayahku yang telah tiada..?' Rambut pirangnya tertiup angin, pertempuran sengit dari Aileen melawan Nue ia saksikan. Mengapa ia merasa gelisah? padahal ia baru saja bertemu dengan Aileen. Mengapa ia merasakan kalau Aileen memiliki hubungan dengannya? padahal Aileen saja belum pernah melihatnya dan dirinya juga belum pernah melihatnya.

PLAK!

Flava menampar kedua pipi kecilnya, "Tidak ada waktu, selama papa mengalihkan perhatian Nue, Flava hanya perlu membunuh Summoner itu, selain itu, dia sudah membunuh orang tua Flava." Flava menatap penuh kebencian terhadap Summoner yang tertawa seraya mengendalikan Nue itu. Ia mengambil pedang berkarat yang dijatuhkan oleh Undead. "Kekuatan dari Wyvern ini, sebenarnya Flava sangat membencinya, namun demi papa, Flava rela menggunakan kekuatan yang Flava benci ini!" Pupil mata emas milik Flava berubah menjadi seperti mata reptile.

"Meningkatkan kemampuan fisik." Ujarnya dengan senyuman. Ia mencengkram erat pedang berkaratnya dan segera melesat dengan cepat.

Saking cepatnya, gerakannya sama sekali tak menimbulkan suara sehingga summoner itu tak sadar kalau dirinya diincar, barulah ketika Flava muncul di depan wajahnya dengan tatapan tajam yang mengerikan, Summoner itu langsung mencoba melindungi dirinya dengan mengalihkan perhatian Nue pada Flava.

Sayang sekali, usahanya gagal, "HHAAAAA!!!"

Crah!!

Pedang berkarat itu memenggal leher summoner tadi sampai membuatnya mati tanpa kepala, pedang berkarat itu patah karena tenaga yang dimiliki oleh Flava sangatlah besar, namun akibatnya, ia langsung tersungkur di lantai dengan mulutnya yang memuntahkan darah kental.

Karena kematian sang summoner, akhirnya kini Nue berubah menjadi serbuk yang beterbangan entah kemana, Aileen berlari menuju Flava, ia tak sadarkan diri, namun karena ia memaksa kekuatan yang sudah disegel untuk keluar, akhirnya ia kehilangan banyak tenaga, "Lyve, tolong rawat dia, aku akan mencari petualang itu." Ujarnya, 'Benar juga ya, mengapa aku merasakan kasih sayang padanya?'

Ia berjalan menuju penjara yang terbuat dari akar, didalamnya terdapat petualang yang ia cari-cari, benar, itu adalah Nima, kondisinya sangat memprihatinkan, mereka membiarkannya terdiam seperti itu dengan perasaan laparnya. "Hei." Panggil Aileen, gadis itu menatap perlahan Aileen dengan penuh keputus asaan, "Mundur, aku akan menyelamatkanmu." Aileen mengambil pedangnya dan menghancurkan penjara akar itu dengan api yang ada di pedangnya.

"Minumlah, ini akan membuatmu mendapatkan tenaga untuk sementara, makanannya nanti, ada di sana oke?"

Ia mengulurkan tangannya pada petualang itu, "Ikuti aku." Ucap Aileen.

****

Hari demi hari ia lewati. Kini rumah sederhananya menjadi lebih hangat dengan kedatangan satu anggota keluarga baru. Ia tak lagi memiliki tempat kembali, karenanya, Aileen yang masih berusia 20 tahun itu menganggap anak itu sebagai putrinya. Flava, itulah nama gadis itu.

Karena kontrak yang sempat mengekangnya dulu, akhirnya ia dianugrahi kekuatan, ia dapat mengendalikan kekuatan fisik dari wujud Wyvernnya tanpa harus berubah menjadi sosok Wyvern. Ia membenci sosok itu karena sosok itulah yang memberinya kesengsaraan.

Selain itu, berkat Flava, akhirnya Aileen dapat menyelesaikan misi yang merepotkan itu, siapa yang menyangka kalau target utamanya bukanlah Nue melainkan Summonernya.

~Buku Harian Aileen~

Misi yang panjang, 1 minggu aku meninggalkan rumah ini, namun untungnya imbalannya sangat besar. Tentu saja imbalannya bukan hanya uang, sekarang aku mendapatkan keluarga baru. Jika saja orang lain yang mengambil misi ini, mungkin saja Flava tak bisa tertawa senang seperti saat ini, keputusanku tidaklah salah.

Namun aku masih bingung, mengapa, mengapa aku merasa kalau aku memiliki ikatan dengan anak itu? ketika dia terluka parah waktu itu, aku merasakannya, rasa kasih sayang dari seorang ayah pada anaknya. Padahal, waktu itu adalah kali pertamanya kami bertemu.

Selain itu juga, aku dan Lyvemon tidur 1 kamar namun berbeda ranjang, tau sendirilah apa yang akan terjadi, berbeda dengan Flava, aku ini bukanlah pedofil yang memiliki hawa nafsu pada anak kecil, sehingga aku membiarkannya mau tidur di manapun kecuali di kamar mandi, toilet, dapur dan di atap.

BERSAMBUNG

Selanjutnya : Litus Pulchra