Sambil menunggu jawaban Bian, Zalina mulai mengingat-ingat kembali nama Syailendra. Dia merasa familier dengan nama itu.
"Intinya adalah, aku nggak suka sama cara Donny mengajakku bekerja sama. Aku sudah cukup lama mengenal komisarisnya. Perusahaan mereka itu bergerak di beberapa bidang. Untuk property, suami ibu Marisa yang memegangnya. Aku nggak terlalu menyukainya. Selain karena dia bukan keluarga inti dia juga sedikit culas. Kemarin putri Pak Arjuna sendiri yang datang, tapi saat aku tau jika ke depannya nanti adalah suami Ibu Marisa yang terjun aku menolak."
Zalina mengangguk mengerti. Bian merasa tenang sedikit, melihat Zalina yang bisa mengerti situasinya.
Bian menegakkan posisi duduknya di hadapan Zalina, layaknya seorang pria sejati. Dia juga memasang wajah angkuhnya lagi. Dia harus mengembalikan statusnya di hadapan Zalina. Bagaimana pun, dia tetaplah atasan Zalina dan seorang pria yang tidak boleh takut kepada wanitanya.