Skay masuk ke dalam ruang rawat Askar dengan langkah gemetar, jika boleh bilang ia cukup takut. Apalagi Askar bukan berasal dari marga yang biasa saja. Semoga saja tidak ada sesuatu buruk yang terjadi, ia pun mendekat ke arah Askar. Rupanya adik Kenzo itu tengah bersandar di tempat tidur pasiennya.
Sekarang ini Skay sudah benar-benar berdiri di samping Kenzo, kedua tangannya saling bertautan menandakan bahwa dirinya benar-benar gugup sekarang. Askar sendiri menghela nafas pelan, menyingkirkan meja yang ada di depannya. Karena ia sendiri tengah mengerjakan tugas kampus.
"Saya harus memanggilmu apa? Kakak?" tanya Askar untuk memulai pembicaraan ini.
"Panggil Skay saja," jawab Skay amat sangat canggung.
"Baiklah, jangan terlalu canggung. Aku tak sedingin Bang Kenzo, duduklah dan aku ingin berbicara hanya berdua dengan kakak." Askar mengurungkan niat untuk memanggil Skay dengan namanya tanpa embel-embel kakak.
