Bab 93.
*Pawai malam takbiran*
Anak-anak dan suami sangat antusias melihat Bundanya masuk ke dapur. Biasa-lah selama ini, semua asisten rumah tangga yang bereskan makan dan minum mereka. Kini aku langsung yang turun ke dapur.
Rasa masakannya pastilah beda, karena beda tangan yang memasaknya. Aroma ayam bakar mulai menyeruak, menusuk ke hidung di hembus angin lewat jendela dapur.
Dedek Za dengan setia menemani aku memasak di dapur. Ia tak mau mengganggu, hanya banyak tanya alias cerewet. Sedangkan Mona tengah mengisi kue lebaran ke dalam toples. Kerjanya rapi, pintar menyusun kue seperti di toko bakery.
Selesai mengisi kue, Mona membersihkan debu di meja dan lemari hias. Semua kegiatannya aku rekam melalui kamera hape.
Sedang asik mengintip Mona, Mas Harry menepuk bahuku.
"Hayoo ... lagi ngintip yaaa?" serunya.
"Ihh, Mas suka banget deh ngagetin!" protesku
"Habisnya, masak di dapur kok di tinggal sih!"
"Udah hampir selesai, Mas! Tinggal masak rendang aja!" jelasku.