Bab 91.
Mas Harry membukakan pintu mobil untukku. Belakangan ini suamiku jam kerjanya tak terlalu padat. Mereka sudah berbagi tugas dengan sekretaris dan asistennya. Apalagi sudah mau Ramadan, sebisa mungkin kegiatan banyak di kurangi agar bisa fokus untuk ibadah.
"Mas ... tumben sekarang rajin jemput aku?"
"Hee ... hee, gak papalah, daripada kamu pulang di jemput supir, bagus Mas yang jemput, kebetulan jadwal pulang kamu sama dengan Mas."
"Iya, juga sih," sahutku.
"Entar malam kita ngumpul di rumah Mama sehabis Isya kan?" tanyaku.
"Iya-lah, kan ada tausiah ustad juga. Jadi di buat acaranya sehabis salat Isya," kata Mas Harry.
"Oh-iya, tadi Mbok Nah telfon aku, dia bilang tadi Mbak Arini ke rumah, jemput Rey dan Mona mau bawa jalan-jalan! Harusnya mau di ajak nginap di rumah Oma-nya sana, tapi mereka gak mau."
"Sudah biarin aja, urusan dia dengan anak-anak. Mas malas ikut campur, mereka sudah besar. Bisa menolak kalau tak nyaman," kata Mas Harry.