Bab 191.
Dari jauh sudah tercium aroma kuah bakso, menyeruak menusuk hidung. Mas pelayan datang membawakan dua mangkok dan dua gelas pesanan kami. Tanpa menunggu lagi, dengan lahapnya aku habiskan isi dalam mangkok beserta kuahnya.
Suamiku yang baru habis setengah mangkok, hanya bisa menggelengkan kepala. Kebetulan Mas pelayan tadi lewat lagi, aku pesan satu porsi lagi bakso plus kuah saja tanpa mie.
"Kamu makannya seperti orang kalap, Mey!" cecarnya, sambil memegang perutku yang masih rata.
"Habisnya di butik sudah berkali-kali keluar isi perut ini, jadinya lapar deh!" ucapku santai
Hm, kalau seperti ini napsu makanku, bisa naik berat badan sampai melahirkan nanti. Tapi itu tak bertahan lama, begitu perut terisi lagi, rasa mual pun melanda jiwa. Tapi Mas Harry tak merasa terganggu sedikit pun, malah semakin menunjukan rasa cintanya.
"Hoekk ... hoekk ...," cepat ku tutup mulut ini dengan selembar tisu.