Bab 165.
Tak lama kami keluar dari toilet dengan membawa baju basah dalam kantongan plastik. Begitu kami keluar, langsung di terobos oleh seorang Ibu. Ia bawa satu anak. Dan sudah mengantri dari tadi di depan toilet.
Kini Mona dan Dedek Za ada di depan pintu toilet yang kami masuki tadi. Memang harus bersabar di tempat umum, budidaya-kan mengantri agar hidup disiplin seperti itulah motto hidup orang di negeri ini.
Mama Mentari mengekor di belakangku, kami kembali jalan menuju pondok. Biarkan saja mereka di sana, udah gadis juga. Sudah bisa mengurus dirinya sendiri.
"Mey, entar kita beli sate yuk! Tapi ambil uang dulu! Mama selera banget mencium aroma kuah satenya," ucap Ibu mertuaku.
"Oke, Mah!" sahutku.
Tiba di pondok, Papa, Mas Harry dan Rey sedang makan. Mereka sudah keluarkan semua nasi dan lauk dari tas bekal. Wihh, semua peralatan makan berserakan. Memang kaum lelaki bisanya buat berantakan aja dehh