Bab 157.
*Curhat berubah nikmat*
Tiba-tiba Rey menimpali pembicaraan Mona yang terhenti. "Mama itu kalau ngomel gak tau tempat dan waktu! Kerjanya buat malu Rey dan Mona aja, Pah!" adu Rey ke papanya.
"Memangnya apa yang di ucapkan Mama kamu?" sepertinya aku makin penasaran, dan tak bisa menunggu sampai di rumah untuk mendengar cerita mereka.
"Mama yang melahirkan kalian, tapi kenapa lebih sayang ke orang lain! Mau jadi anak durhaka ya! Mamanya ada di sini malah di acuhkan, asiik main dengan adik tiri aja!"
"Seperti itu omelannya, sementara banyak tamu yang sedang duduk di kanan-kiri kami!" jelas Rey dengan emosi.
Ku lirik Mona, matanya berkaca-kaca. Ia sedang mengusap sudut mata yang basah. Ku raih bahunya lalu membenamkan ke dalam pelukan ini. Sudah sering ku dengar ucapan "anak durhaka" keluar dari mulut Mbak Arini ke anak-anaknya.