Bab 144.
Sambil makan, Dewi tak hentinya melirik outfit yang ku pakai. Setelah itu matanya memperhatikan isi dalam rumahku satu per satu, ia berkeliling di ruang tamu, sekedar untuk melihat isi dalam lemari hias, foto yang menempel di dinding.
Bahkan sampai ke bagian dapur, tak luput dari penglihatannya. Pokoknya ia khususkan waktu untuk meneliti setiap sudut rumahku, dengan gaya bak seorang ketua KPK yang sedang meninjau harta pejabat incarannya.
Farah yang melihat ulah temannya hanya bisa geleng kepala.
"Maklumin aja, Mey! Biasalah mantan orang kaya, mungkin belum bisa move-on dengan kehidupannya yang sekarang," bisik Farah.
"Hushh, gak boleh bicara seperti itu, entar dia dengar!" ingatku.
"Hii ... hii," Farah menutup mulutnya.
Tak lama Dewi kembali duduk di ruang tamu bersama kami. Tadi pamitnya ke dapur, hendak ke toilet katanya. Aku tawarkan mereka untuk minum dan makan camilan sebagai pencuci mulutnya.