Bab 100.
Dari jauh Tika, sepupuku melambaikan tangan. Setengah berlari ia menyusul kami yang sedang antri di loket untuk membeli tiket masuk. Oh-iya, hampir lupa, harus menunggu Uwak dan suamiku datang, agar bisa masuk sama-sama.
"Hay, Tika, dapat gak pondok untuk kita?"
"Padat di dalam Mey! Hanya tikar yang tersisa tempat kita duduk!" katanya.
"Berapa harga sewa, untuk satu tikarnya?" tanyaku.
"Biasalah ... naik harganya, karena situasi lebaran!" jelas Tika.
"Nah, itu Uwak dan Mas Harry menuju ke sini!" kami langsung mengambil antrian untuk masuk ke dalam.
Mas Harry mengeluarkan beberapa lembar uang, untuk membayar karcis masuk, lalu di berikannya padaku. Petugas loket menghitung jumlah kami, lalu menyebutkan total harga yang harus di bayar.
Aku bayar sesuai harga yang di sebutkan, lalu ia memberikan kembaliannya. Kami pun satu persatu masuk setelah melalui cek suhu di depan loket tadi. Aku dan Tika jalan beriring di susul keluarga yang lain.