"Apa kau sudah merasa lebih baik Sunny?." Suara Bi Minah terdengar begitu hangat dan menenangkan.
Aku hanya mengangguk pelan, mulut ku masih belum sanggup untuk berbicara.
Bi Minah menyentuh lembut pipi ku. Aku yang sedari tadi hanya tertunduk mulai sedikit mengangkat kepala ku. Senyum lembut Bi Minah bagai obat penenang yang membuat ku merasa tidak bersalah karena sudah menangis dengan begitu kencang dan lama.
"Aku tak tahu apakah aku boleh mengatakan hal ini atau tidak. Tapi aku akan tetap mengatakannya." Bi Minah mengumpulkan napas sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya, karena mungkin saja dia merasa takut akan lebih menyakiti ku dengan perkataannya.
"Sunny … jangan paksakan dirimu untuk terus terkurung di dalam kesedihan. Jika kau masih belum merelakan kepergiannya. Tidak ada tidak ada yang akan memarahi mu. Dan jika kau masih terus memikirkannya, maka pikirkanlah dia. Biarkan semua memori itu mengalir didalam otak mu. Kau tidak perlu memaksakan diri untuk mengusir memori itu jauh-jauh. Kau tidak perlu berpura-pura bahwa kau sudah melupakannya. Biarkan semuanya mengalir Sunny. Hiduplah dengan memori itu, ubahlah memori itu menjadi suatu bentuk kebahagiaan jika kau mengingatnya. Karena apabila kau hanya merelakan saja kau akan tetap terkurung, maka dari itu ikhlaskanlah, salah satu cara untuk kau mengikhlaskan dia adalah dengan membuat kenangan bersamanya menjadi bagian dari hidup mu. Kau tidak perlu menghindar atau menjauh biarkan saja semuanya mengalir dengan sendirinya."
"Dan jika kau ingin menangis maka menangislah tidak perlu kau tahan. Jika kau ingin marah maka marahlah keluarkan semua api yang ada di hati mu. Dan tertawalah Sunny jika kau ingin tertawa. Tak akan ada yang menghakimi mu. Jalani hidup seperti yang kau inginkan. Aku yakin Ryu yang diatas sana tidak ingin melihat mu hidup dengan terus menahan diri seperti ini. Dia pasti sangat ingin melihat mu bahagia." Bi Minah memeluk erat kedua tangan ku.
"M … mmm…." Bibir ku bergetar dan air mata ku kembali menetes mengalir pelan diatas lekukan wajah ku.
Aku kembali jatuh dalam pelukan Bi Minah. Walaupun mulut ku tak bisa berbicara tapi air mata ku memberitahu semuanya dan Bi Minah mengerti itu.
"Hidup dengan memori kita?. Apakah aku bisa melakukannya?."
***
"Minumlah teh lavender ini. Teh ini akan membantu mu jauh lebih tenang." Bi Minah sambil meletakan secangkir teh diatas meja.
Perlahan aku menyisip teh itu dengan lembut. Rasa hangat yang mengalir keseluruh tubuh ku dan aroma teh yang wangi membuat tubuh ku jauh lebih tenang dari sebelumnya.
Aku meletkan gelas itu kembali keatas meja. "Maafkan aku Bi." Ucap ku dengan suara yang masih sengau.
"Kau tidak perlu minta maaf. Aku senang kau akhirnya bisa sedikit meluapkan perasaan mu." Sorot mata Bi Minah nampak begitu lembut saat menatap ku.
"Apakah karena hal ini kau tidak bisa menerima kehadiran Ryu?." Pertanyaan itu membuat ku menelan ludah pahit.
Aku benci untuk mengakuinya tapi itulah kenyataannya. Kenapa aku tidak bisa menerima kehadiran Pak Ryu dalam hidup ku. Tak hanya karena nama mereka yang sama, tapi juga setiap senyuman yang tergores dari bibirnya pun sama persis dengannya.
Setiap kali aku melihat senyum itu dada ku tersayat perih, karena setiap kali aku melihatnya aku akan selalu berpikir bahwa itu ada Ryu-ku namun kemudian aku tertampar oleh kenyataan bahwa dia bukanlah sosok Ryu yang ku inginkan.
Dia bukan Ryu. Dan kehadirannya membuat ku harus mengakui bahwa Ryu telah tiada. Ryu sudah meninggal.
***
Aku hanya mengangguk kecil untuk memberi jawaban kepada Bi Minah.
"Kau tahu Sunny saat Ryu mengatakan akan mengenalkan seorang anak perempuan kecil kepada Ryu kecil, sejak saat itu Ryu kecil akan lebih bersemangat ketika bermain dengan Ryu. Bahkan terkadang Ryu kecil menjadi tidak sabaran menunggu hari kapan ia akan bertemu anak perempuan itu." Bi Minah berhenti sejenak, seperti sedang mengulik lembaran kenangan saat itu. Senyum tipis pun tergores indah di sudut wajahnya.
"Ada satu ketika dimana mereka berdua sudah menyiapkan hari khusus untuk bertemu dengan anak perempuan itu, namun sangat disayangkan anak perempuan itu tiba-tiba saja jatuh sakit di hari yang sama. Harapan Ryu kecil pupus untuk bertemu anak perempuan itu. Dan sejak hari itu Ryu kecil selalu ingin bertemu dengan anak perempuan itu bahkan sampai sekarang terkadang dia masih berandai untuk bertemu dengan anak perempuan itu."
"Dia pasti akan sangat senang mengetahui anak perempuan yang dicarinya selama ini berada begitu dekat dengannya. Bahkan anak perempuan itu sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik." Senyum Bi Minah merekah seketika.
Ada sedikit perasaan senang saat aku mendengar bahwa Pak Ryu masih berandai untuk bertemu anak perempuan itu, yang tak lain adalah diriku.
"Sunny … aku tidak akan memaksa mu jika kau tidak bisa menerima kehadiran Ryu di hidup mu. Tapi aku berharap kau akan memberinya sedikit kesempatan. Cobalah pelan-pelan Sunny." Sentuhan tangan Bi Minah terasa begitu lembut.
"Aku tak tahu apakah aku bisa melakukannya. Tapi aku akan mencoba seperti yang bibi katakan. Aku tidak menjamin aku akan bisa menerima sepenuhnya kehadiran Pak Ryu, karena terkadang sosoknya hadir di balik bayangan Pak Ryu. Tapi aku juga tidak bisa terus menghindar." Aku tersenyum ragu dihadapan Bi Minah.
Setelah itu percakapan kami hanya seputar masa kecil Pak Ryu dan masa kecil ku. Tak lama senja mulai menyingsing aku berpamitan dengan Bi Minah karena jika aku semakin lama di tempat itu, Pak Ryu kemungkinan akan muncul di hadapan ku.
***
Aku tak tahu bahwa satu hari bisa terasa lebih dari 24 jam. Apakah karena hari ini aku bersama Bi Minah atau karena hari ini ku habiskan dengan memikirkan tentang mu. Aku tak tahu mana di antara kedua kemungkinan itu yang benar atau bisa saja tidak ada yang benar. Tapi apapun itu aku sangat bersyukur bertemu dengan Bi Minah hari ini. Rasanya satu duri telah tercabut dari hati ku.
Walaupun sebenarnya aku masih belum tahu bagaimana cara menghadapi Pak Ryu. Dan sepertinya aku tidak punya banyak waktu untuk lebih lama kebingungan karena Pak Ryu sudah berdiri tepat di depan pintu kamar ku.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang Sunny?. Saat melihat ku berada tepat di depan mu."
"Ryu"