Hingga saat ini pun aku masih memikirkan Sunny. Wajah gadis itu tak pernah lepas dari ingatan. Bahkan saat malam wajahnya akan semakin jelas dalam pandangan ku.
Aku tak tahu perasaan ini akan membalut diri ku. Rasa yang tak pernah ku duga bahkan tak pernah ku pikirkan, akan jatuh pada gadis yang menyebalkan.
"haaa….." aku menghelas napas panjang.
"ada yang kau pikirkan Ryu?" suara pak Yuma memecah keheningan di taman rumah ku.
"tidak ada apa-apa paman" aku menyunggingkan senyuman berharap pak Yuma percaya pada ku.
"kau yakin? Suara mu terdengar berat Ryu" ucap pak Yuma yang saat ini sudah duduk di samping ku.
Aku memang tak bisa membantah saat pak Yuma sudah bicara dia selalu saja tahu apa yang ku rasakan seperti bi Minah.
Aku tak menjawab apa pun.
"apakah kau sudah mendapatkan jawabannya Ryu?" tanya pak Yuma.
"sudah" ucap ku lemas.
"apakah kau sedang mempertanyakan kebenaran perasaan mu?" pak Yuma seakan sudah tahu permasalahan dalam diriku.
Aku tak bisa menjawab apa-apa dan hanya mengangguk pelan.
"kau tahu Ryu, terkadang ada beberapa hal yang tak bisa kau dapatkan dengan jawaban pasti. Bahkan saat pertama kali aku tahu diriku sudah jatuh hati kepada bibi mu, aku terus mempertanyakan kebenarannya. Apakah perasaan ini benar-benar yang ku inginkan atau apakah gadis ini memang orang yang ku cinta. Pertanyaan itu terus datang memenuhi kepala ku. Hingga saat aku mengajak bibi mu menikah, disitulah aku baru menyadari bahwa cinta itu bukan soal mencari pembenaran atau mendapatkan jawaban pasti, tapi tentang bagaimana kau ingin terus melihatnya, kau ingin dia selalu tersenyum, bahkan saat kau ingin berhenti akan selalu ada jalan untuk kau bertemu dengannya. Semua itu diluar kuasa mu dan mengalir begitu saja tanpa kau kapan akan berhenti atau kapan akan memulai"
"jadi ikutilah suara hati mu, ketika harus berhenti dia pasti akan memberitahu mu. Percayalah pada perasaan mu" ujar paman sambil tersenyum menatap ku.
"tapi bagaimana jika perasaan ini hanya sepihak? dan bagaimana jika perasaan ini tidak bisa berhenti di saat harus berhenti?" aku mendadak gelisah bak anak kecil.
Pak Yuma tertawa renyah mendengar pertanyaan ku. Dia pasti berpikir bahwa aku sangat kekanak-kanakan. Tapi memang itulah kegelisahan yang ku rasakan.
"aku tak tahu kau akan segelisah ini Ryu, setelah lebih dari 20 tahun aku merawat mu baru kali ini aku melihat mu begitu ekspresif mengenai perasaan mu" pak Yuma masih berusaha menahan tawanya.
Aku tak menjawab apa pun dan hanya menggerutu kesal.
"kau pasti pernah mendengar pepatah bahwa cinta tak harus memiliki bukan. Ketika perasaan mu hanya sepihak itu bukan masalah besar Ryu kau tak harus memiliki fisiknya untuk menunjukan bahwa kau mencintainya, hanya dengan melihatnya bahagia kau juga akan ikut bahagia, hanya dengan melihatnya tersenyum kau juga akan ikut tersenyum. Cinta itu anugerah Ryu dan hal yang paling mulai dan indah yang ada di muka bumi ini. Dan jika perasaan mu tak bisa berhenti di saat ia harus berhenti tetaplah biarkan perasaan itu seperti itu jangan pernah memaksanya untuk berhenti ketika dia tidak ingin berhenti, karena dia akan berhenti dengan sendirinya jika memang harus berhenti. Biarkanlah dia mengalir kau tak perlu menahannya atau bahkan mencoba untuk membuatnya mengalir lebih deras. Biarlah perasaan itu tumbuh dengan natural sedikit demi sedikit, karena di situlah letak keindahannya"
"mungkin kau akan sulit mengerti ucapan orang tua seperti ku tapi satu hal yang aku ingin kau pahami adalah percayalah pada perasaan mu dan biarkan yang di atas mengatur skenarionya untuk mu" paman menepuk-nepuk lembut tangan ku.
Aku tahu dia pasti sangat khawatir pada ku. Sejak kecil aku memang selalu menyembunyikan perasaan ku. Aku tidak pernah mengatakan iya atau tidak, bisa dikatakan aku tak tahu apa yang ku inginkan.
Tetapi berbeda dengan bibi dan pak Yuma mereka berdua selalu bisa mengerti apa yang sedang ku rasakan, apa yang ku sukai dan tidak ku sukai, bahkan tanpa perlu berbicara mereka selalu bisa mengerti ke inginan ku, disaat orang tua ku sendiri tak bisa mengerti apa pun atau bahkan mencoba untuk mengerti.
"kau sebaiknya istirahat lebih awal Ryu, bibi mu akan terus khawatir apa bila kau tidak istirahat dengan cukup. Kau masuklah aku masih ingin menikmati bintang-bintang" ucap pak Yuma sambil menatap bintang yang malam itu memang terlihat lebih indah dari biasanya.
Aku tak bisa membantah perkataan pak Yuma. Aku pun langsung masuk dan menuju kamar ku.
***