Chereads / The Chapter / Chapter 3 - Sunny (part 3)

Chapter 3 - Sunny (part 3)

Sudah seminggu sejak kejadian di restoran aku selalu berusaha untuk menghindari dosen itu. Aku bahkan tidak menghadiri kelasnnya. Setiap kali kami akan berpapasan di jalan aku akan langsung bersembunyi. Aku tak tahu apakah dia sadar atau tidak tapi aku tidak peduli sama sekali.

Masih ada jeda 1 Jam sebelum kelas di mulai. Sambil menunggu aku duduk di bangku taman kampus. Taman kampus ku cukup luas dan banyak pohon rindang di sekelilingnya dan biasanya taman ini akan penuh saat jam makan siang atau jam seganggang seperti sekarang. Suasananya yang nyaman dan sejuk membuat betah untuk berlama-lama di taman ini. Aku duduk sambil memangku sketch book yang selalu aku bawa. Mencoret-coret isi sketch book adalah kesukaan ku. Aku tak butuh tema ataupun objek, aku menggambar sesuai keinginan hati ku. Masih asik menggores sketch book ku tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggil ku dari belakang.

"mmm…Ha..llo Sun..ny" suaranya bergemetar saat menyapa ku.

Aku membalikan badan untuk mengecek siapa yang memanggilku. Ternyata itu adalah gadis jus mangga. Ya aku mengingatnya begitu setelah insiden beberapa minggu yang lalu.

"ya ada apa?" jawab ku singkat.

"mmm…ini untuk mu" katanya sambil memberikan goodie bag besar kepada ku.

"apa ini?" tanya ku penasaran sambil mengambil goodie bag dari tangannya

"itu baju. Aku merasa bersalah atas kejadian beberapa minggu yang lalu jadi baju itu sebagai bentuk permintaan maaf ku. Aku ngak tau kamu suka atau ngak, tapi aku berusaha memilih baju yang paling cocok untuk mu" gadis ini berbicara tanpa berani melihat wajah ku sekalipun dia terus-menerus menundukkan kepalanya.

Aku tak menjawab apa-apa. Langsung ku keluarkan baju yang ada didalam goodie bag itu. Gadis ini memberi ku dress hitam setengah lutut dengan model classic modern, bagian bawah dress ini mengembang dengan sempurna dan bagian atasnya seperti korset dengan dua tali kecil di samping kiri dan kanan. Ku lihat dengan seksama dress hitam ini dan betapa terkejutnya setelah ku lihat label yang masih terpasang di dress itu. Ternyata itu adalah dress buatan salah satu brand ternama Perancis, yaitu Jioh. Ku tatap lekat-lekat gadis ini aku tak tahu seberapa kaya gadis pemalu yang ada di depan ku ini. Dia semakin gugup saat melihat ku mengecek-ngecek baju yang ia berikan. Belum sempat aku memberikan komentar dia langsung menyambar ku dengan perkataannya.

"kalo kamu tidak suka aku akan membelikan yang baru untuk mu atau kita bisa pergi bersama-sama untuk membelinya kamu bisa memilih sendiri model yang kamu suka"

Aku tersenyum tipis saat melihat gadis ini berbicara dengan begitu cepat dia terlihat begitu lucu saat panik.

"bukannya aku tidak suka, tapi aku tidak bisa menerimanya"

"kenapa?" tanya gadis itu dengan suara yg terdengar penuh kecewa.

"dress ini terlalu mahal untuk ku. Aku tidak bisa menerimanya"

"tidak bisa! Kamu harus menerimanya, pokoknya harus" setelah berkata seperti itu ia langsung berlari meninggalkan ku dengan dress ini.

"haaaa…" hela ku tipis.

Aku segera mengemas semua barang ku dan bergegas menuju kelas. Sesampainya dikelas aku langsung mengambil tempat duduk. Kali ini aku tidak duduk di barisan depan seperti biasanya karena sudah terisi oleh beberapa senior. Aku memutuskan untuk duduk di bangku barisan kedua.

Tak selang beberapa lama terdengar suara langkah kaki menuju kelas ku. Tanpa perlu disuruh aku langsung mengeluarkan buku pegangan untuk mata kuliah ini, karena aku pernah sekali dimarahi oleh dosen sesepuh ini karena tidak membawa buku pegangan yang sebulan lalu aku beli.

Namun betapa terkejutnya aku ternyata yang masuk kedalam kelas ku bukan dosen sesepuh yang aku maksud barusan.

"selamat siang semuanya. Saya diberi pesan oleh Pak Rudy bahwa ia berhalangan untuk masuk siang ini, jadi siang ini kalian tidak ada kelas tetapi kalian di minta untuk membuat resume tentang materi perkuliahan siang ini, batas waktu pengumpulannya besok pagi diatas meja Pak Rudy. Sudah jelas?"

"jelas pak" jawab beberapa mahasiswa dengan serempak.

"baiklah saya akan mengabsen kalian setelah itu kalian boleh pulang" ucapnya sambil memegang buku absen.

Tak perlu ku perjelas lagi dosen yang masuk itu adalah Pak Ryu. Aku tak tahu apa maksud dan tujuannya masuk ke kelas ku siang ini. Padahal aku sudah berusaha menghindari dosen ini sejak seminggu yang lalu tetapi kenapa sekarang aku harus bertemu dengannya.

"Sunny" panggil dosen itu.

Aku tak menjawab apa-apa dan hanya mengangkat tangan ku.

"ehhh ada apa ini? Kenapa sikapnya tiba-tiba berubah. Biasanya ia akan selalu komplain terhadap sikap ku yang acuh tak acuh tetapi kenapa kali ini dia tidak mengatakan apa-apa".

"oke.. baiklah kalian boleh keluar dan untuk Sunny kamu ikut saya keruangan"

Ahh sudah ku duga hal ini akan terjadi bagaikan hari cerah yang menunggu badai akan datang. Aku tak tahu apa tujuannya meminta ku ke ruangannya tetapi apapun itu pasti bukanlah hal baik.

"ayo Sunny" ajaknya santai sambil beranjak untuk berjalan.

Ingin rasanya aku menolak tapi lidah ku rasanya tak mampu untuk bicara, karena banyak sekali senior yang melihat ku. Aku tak ingin membuat masalah lagi seperti beberapa minggu yang lalu. Yang membuat nama ku tiba-tiba menjadi topik hangat selama seminggu penuh di kampus karena beradu mulut dengan dosen kesayangan mereka terlebih para senior perempuan yang selalu menatap ku sinis setiap kali aku lewat.

Kami berjalan bersama menuju ruangannya. Aku berjalan mengikutinya dari belakang. Jarak kami mungkin tak sampai 1 meter. Aku bisa dengan jelas melihat punggungnya. Ya punggung pria yang selama ini aku benci terlihat begitu berat dan sangat sepi. Aku baru sadar ternyata dosen yang satu ini sangat kurus. Ia selama ini menutupinya dengan baju dan celana oversize miliknya. Aku terlalu asik memandangi punggungnya hingga tak sadar kami sudah didepan pintu masuk ruangannya.

"silahkan duduk Sunny"

Tanpa banyak bicara aku menarik kursi yang ada didepan ku.

"langsung saja, alasan saya meminta kamu keruangan adalah karena kamu sudah 2 kali tidak menghadiri kelas saya. Kamu tahukan batas toleransinya hanya 3 kali jadi apabila sekali lagi kamu tidak masuk maka kamu tidak bisa ikut ujian" ucapnya tegas tanpa jeda sedikit pun.

Aku bahkan tak menyimak apa yang ia katakana aku asik memainkan kuku ku.

"Sunny kamu dengarkan apa yang saya katakan" suaranya tiba-tiba terdengar sedikit marah.

Aku masih tidak menjawab dan hanya mengangguk diam.

"haaa.. saya tidak tahu lagi harus bagaimana" ucapnya sambil menghela napas.

"ya bapak ngak harus gimana-gimana, kan bapak juga tahu sendiri alasanya kenapa saya tidak masuk kelas. Saya ngak apa-apa kalo harus mengulang untuk makul ini asalkan saya tidak bertemu dengan bapak" balas ku dengan nada agak sedikit marah.

"saya juga sebenarnya tidak peduli, kamu ingin mengulang atau tidak saya hanya berlaku professional atas pekerjaan saya"

"so.. udah selesaikan pak ngomongnya. Kalo udah selesai saya mau pergi" ucapku sambil beranjak bangun dari tempat duduk.

"saya juga tidak ingin menahan kamu lama-lama disini. Akhirnya saya mengerti sekarang kenapa kamu tidak memiliki teman, kamu egois!" celetuknya dengan marah.

"oh saya juga jadi tahu sekarang kenapa saya sangat membenci bapak, tak hanya karena nama bapak tetapi karena bapak juga munafik. Berlagak bak pangeran di kampus ini dan memikat semua hati mahasiswa, saya merasa kasian pada mereka semua karena sudah tertipu oleh topeng bapak"

"karna nama saya?. Apa hubungannya dengan nama saya"

Aku memilih untuk langsung pergi tanpa menjawab pertanyannya. Aku merasa bila aku lanjutkan ruangan dosen itu akan hancur berantakan karena ku dan akan timbul masalah baru lagi nantinya.

Aku tak tahu bagaimana ekspresinya sekarang. Tapi persetan dengan itu semua. Aku tak suka. Aku tak suka orang seperti dia harus punya nama yang sama dengannya. Mengetahui kenyataan itu rasanya dada ku ingin sekali meledak.

Aku bahkan tak sadar air mata ku mengalir begitu saja. Dada ku sesak di penuhi oleh amarah. Aku bahkan tak tahu mengapa langkah kaki ku membawa ku kembali ke taman kampus.

"ahh kenapa aku kesini" ucap ku kesal sambil menghapus air mata ku.

Walapun kesal aku tetap memilih duduk dibawah pohon besar di taman itu. Aku kembali meluapkan emosi ku sambil menekuk kedua kaki ku.

"ahh aku kesal!!!!!! Kesal!! Kesal!!" sambil memukul-mukul tanah.

"kenapa ia harus berkata seperti itu. Memangnya dia tahu apa tentang hidup ku. Memangnya sepenting itu sehingga aku harus punya teman. Ini hidup ku punya atau tidak punya teman aku yang menentukan. Ahhh persetan!!!"

Aku bahkan tak tahu berapa kali aku memaki dosen itu. Hingga akhirnya aku lelah sendiri. Rasanya begitu lega setelah meluapkan semua kekesalan ku. Tanpa sadar aku tertidur dibawah pohon besar itu.

Sudah hampir sejam aku tertidur di bawah pohon besar itu. Aku terbangun karna suara riuh musik anak seni yang memang setiap sore latihan di taman kampus. Aku menggosok-gosok mata ku sambil berusaha melihat jam di handphone.

"Ahhh aku ketiduran" ucap ku pelan

Ternyata sudah pukul 4 sore. Aku kembali memasukkan handphone kedalam tas dan juga goodie bag yang aku terima tadi siang. Namun ada satu benda asing yang berada tepat di pangkuan ku.

"ehh.. cardigan siapa ini?" aku kebingungan sambil memegang cardigan tersebut.

Aku melihat sekeliling namun tak ada siapa pun yang terlihat mencurigakan selain anak seni yang sedang latihan. Ku perhatikan lekat-lekat anak seni yang sedang latihan, menerka-nerka apakah cardigan ini milik salah satu dari mereka. Namun sepertinya bukan, karena mereka semua menggunakan kaos oblong yang rasanya tak akan cocok bila di padukan dengan cardingan berwarna crème muda ini.

Cardigan ini juga aku masukan kedalam tas berharap esok pemiliknya akan mengambilnya dari ku. Sepanjang jalan aku sibuk memikirkan cardigan milik siapa ini. Aku mencoba mengingat-ngingat orang yang sering menggunakan cardigan ke kampus. Tetapi aku tidak memiliki teman. Lalu milik siapa ini.

Terlalu sibuk memikirkan pemilik cardigan itu, aku tak sadar ternyata aku sudah sampai di depan gedung apartemen ku. Namun aku tak bisa menghilangkan pikiran tentang siapa pemilik cardigan itu.

Aku melemparkan tubuh ku di atas sofa. Sambil terus berusaha menerka-nerka pemilik cardigan itu. Tiba-tiba terlintas wajah dosen itu di pikiran ku. Memang benar dosen itu selalu menggunakan cardigan karena ia selalu bergaya casual pada saat mengajar. Tapi kenapa?.

"ahh tidak mungkin. Pasti ini hanya pikiran ku saja"

Tapi aku pun sangat sulit menyangkal hal itu, karena satu-satunya orang yang ku kenal yang sering sekali menggunakan cardigan adalah dosen itu. Tapi kenapa dia memberikan cardigannya kepada ku. Apabila cardigan ini miliknya berarti dia ada disana saat aku menangis dan memakinya dia melihat dan mendengar semuanya.

"ahhhhhhh!" ucap ku kesal sambil berguling-guling kesana kemari di atas sofa.

"apalagi yang dosen itu inginkan. Kenapa harus mempersulit diriku terus menerus. Apakah kejadian tadi tidak cukup untuknya?. Ahhh rasanya aku ingin dia menghilang saja dari dunia ini"

Aku beranjak duduk sambil memikirkan bagaimana caranya aku mengembalikan cardigan itu.

"apa aku buang saja ya. Ya benar tidak ada untungnya aku mengembalikan cardigan itu apalagi menyimpannya. Ya benar aku buang saja" ucap ku dengan penuh yakin

Aku langsung mengambil cardigan itu, menggenggamnya dengan kuat dan langsung membuangnya ke tong sampah.

"ahhhh… aku benci dosen itu"

Aku kembali mengambil cardigan itu dari tong sampah. Dalam hati kecil sebenarnya aku tak ingin membuang cardigan ini. Bukan karena cardigan itu milik Pak Ryu tapi karena mereknya. Aku tahu harga dari cardigan itu tidak murah. Bagaimana jika tiba-tiba ia datang kepada ku dan meminta kembali cardigannya dan jika tidak ada dia akan meminta ganti rugi kepada ku karena telah membuang cardigannya.

Aku bahkan sampai tak bisa berkata apa-apa.

"dasar dosen licik. Ahh persetan!!"