Chereads / The Chapter / Chapter 4 - Sunny (part 4)

Chapter 4 - Sunny (part 4)

Sudah sebulan cardigan itu berada dilemari ku dan dosen itu tidak memintanya kembali bahkan dia sepertinya tidak merasa telah memberikannya kepada ku. Tapi yasudahlah aku juga tidak peduli.

Hari ini aku akan bersenang-senang. Setelah sekian lamanya aku tidak merasa sedamai ini di hari minggu, karena biasanya di hari libur pun aku masih harus bekerja. Ya aku bekerja. Banyak yang tidak tahu soal ini, wajar saja mereka tidak tahu karena aku juga tidak pernah cerita kepada siapa pun.

Aku seorang designer. Terdengar aneh bukan. Ya aku tahu itu, oleh karena itu aku tidak pernah membicarakannya kepada siapa pun termasuk kepada orang tua ku. Berawal dari kesukaan ku mengoleksi dress hitam classic, hingga akhirnya aku berkeinginan untuk membuat baju ku sendiri. Pada saat itu aku sadar bahwa membuat baju bukanlah hal yang mudah. Namun usaha tidak akan mengkhianati hasil, akhirnya aku bisa membuat baju pertama ku. That was the prettiest dress I've ever seen. Ya begitulah kira-kira gambaran betapa senangnya aku saat melihat baju yang ku buat sangat cantik. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menjual baju yang aku buat dan ternyata 'boom' banyak sekali yang menyukai baju buatan ku. Hingga akhirnya hal ini berakhir menjadi profesi ku sekarang.

Karena ini hari minggu yang cerah jadi aku memutuskan untuk keluar. Aku biasanya memang lebih sering menghabiskan waktu ku diapartemen. Aku merasa jauh lebih menyenangkan diapartemen daripada aku harus keluar dan bertemu dengan banyak orang.

"so let see hari ini baju apa yang cocok" ucap ku sok genit sambil membuka lemari.

"oo I choose you darling"

Aku mengambil dress hitam ketat dengan dua tali kecil di samping kiri dan kanannya. Dress simple untuk hari yang cerah.

Aku segera bersiap untuk keluar. Tak ada tujuan yang pasti memang aku ingin kemana tetapi sayang sekali rasanya jika aku tidak keluar hari ini.

"ting" suara handphone ku berbunyi.

Ternyata itu adalah notifikasi pesan yang berisikan pesan dari seorang pelanggan yang ini membuat baju. Aku memang tak hanya menjual baju yang sudah jadi saja tetapi terkadang ada beberapa pelanggan yang ingin aku membuatkan baju khusus untuk mereka.

"are you kidding?. Kenapa harus hari ini?. Okey sepertinya pekerjaan ini masih bisa ditunda atau aku tolak saja. Ya benar sepertinya harus aku tolak saja"

Aku pun membalas pesan dari pelanggan itu dan menolaknya dengan sopan.

Aku kembali bersiap-siap sambil memilih sepatu apa yang cocok. Tiba-tiba handphone ku berdering kembali dan ternyata pelanggan itu menelpon ku.

"hallo selamat siang" jawab ku dengan sopan dan ramah.

"selamat siang. Saya pelanggan yang barusan mengirimkan pesan. Saya mau fitting baju hari ini bisa?"

Aku sontak terkejut karena itu suara laki-laki dan sepertinya aku sedikit mengenal suara itu.

"maaf sepertinya saya hari ini tidak bisa. Gimana kalo senin aja"

"saya ngak minta buru-buru bajunya selesai. Gimana kalo hari ini kita fitting aja terus nyocokin bahan habis itu selesai. Karena sepertinya senin saya tidak bisa" jawabnya dengan agak sedikit memaksa.

"oh ya studio kamu dimana biar saya langsung kesana"

"studio saya di jalan Imam Bonjol di depan Hotel Grand Hills Indonesia" mulut ku spontan langsung menjawab padahal aku tidak ingin mengambil pekerjaan ini.

"kebetulan saya didekat daerah itu. Saya akan langsung kesana".

Belum sempat aku menjawab dia langsung mematikan handphone.

"aghhhh!!" ucap ku kesal sambil menjatuhkan badan ku ke atas kasur.

10 menit kemudian handphone ku kembali berdering dan tentu saja itu adalah pelanggan yang tadi.

"saya sudah berada didepan tapi sepertinya ini gedung apartemen bukan studio"

"oh iya studio saya memang ada diapartemen saya, tinggal masuk aja nomor kamar saya A110 ada dilantai 4"

"okey"

Dan lagi dia langsung menutup telepon dengan seenaknya.

"okey kamu harus professional Sunny. Setelah ini kita akan keluar dan have fun sepuasnya" ucap ku sambil menepuk-nepuk pipi ku.

5 menit kemudian ada yang mengetuk pintu ku. Aku dengan tergesa-gesa bangun dari tempat tidur dan membuka pintu. Bagai petir yang menyambar di siang bolong. Betapa terkejutnya aku saat membuka pintu dan yang ku lihat adalah Pak Ryu dosen yang paling aku benci.

Belum sempat bereaksi aku langsung kembali menutup pintu ku.

"sial! seharusnya ku tolak mentah-mentah saja tadi" ucap ku kesal sambil menggigit bibir.

"tuk..tuk..tuk.."

Dosen itu kembali mengetuk pintu ku.

Aku masih enggan membuka pintu.

Namun dosen itu berulang-ulang kali mengetuk pintu ku. Rasanya aku ingin sekali mengusir dia keluar. Tapi akan ada masalah baru nantinya. Para tetangga pasti akan berbicara yang tidak-tidak tentang ku.

Aku membuka pintu dan langsung menarik dia masuk kedalam.

"kamu mau apa?!" tanpa basa-basi aku langsung menodongnya dengan jari telunjuk ku.

Saat itu aku baru sadar ternyata dia sangat tinggi dan terpaksa aku harus jinjit untuk setidaknya menyamakan tinggi ku dengannya. Walaupun tidak akan pernah sama. Ahh konyol sekali.

"saya ingin fitting baju. Apakah kurang jelas apa yang saya katakan ditelepon tadi" jawabnya dengan santai.

Dia hanya menantap ku santai dan berjalan masuk kedalam apartemen ku. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"hey! mau kemana?" aku sambil menarik tangannya.

"kamu buta? ya saya mau masuklah" dia kembali menjawab dengan santai.

Mendengar hal itu kemarahan ku semakin meluap-luap.

"ada banyak designer diluar sana kenapa harus saya haa?! Kenapa?! Hidup bapak tu kayanya hampa banget yah kalo ngak ngusik saya sehari aja. Bisa ngak sih bapak sehari aja ngak ngeganggu saya atau sehari aja bapak menghilang dari dunia ini haa!!. Saya capek kalo harus ketemu bapak terus"

"mending sekarang bapak pulang, sebelum saya tarik paksa bapak untuk keluar"

Dia hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun.

Mata kami bertemu pada saat itu. Aku tak tahu mengapa tetapi dia hanya menatap ku yang sedang dipenuhi apa kemarahan.

Perlahan dia mendekatkan wajahnya kepada ku.

"terlalu dekat" gumam ku dalam hati.

Aku seketika mematung dan rasanya tubuh ku tak bisa bergerak. Jantung ku entah kenapa seketika berdetak sangat cepat. Aku tak ingin dia sampai mendengar suara detak jantung ku yang tak karuan ini.

Dari jarak sedekat ini aku bisa dengan jelas melihat wajahnya. Alisnya yang tebal, bulu mata yang tak terlalu lentik, lalu hidungnya yang begitu mancung dan bibir tipis kecil yang merekah bak bunga sakura. Sempurna begitulah aku menggambarkan dirinya. Begitu tampan seperti tak ada satu pun kekurangan dari dirinya.

Rasanya jika terus-menerus begini aku bisa pingsan dibuatnya.

Mata ku terlalu sibuk menatap wajahnya sampai aku tak sadar tangannya mulai mendekat kewajahku.

"mata mu cantik" ucapnya memecah keheningan sambil mengambil bulu mata ku yang jatuh.

Setelah mengatakan itu dia dia terus berjalan masuk kedalam tanpa sekalipun menghiraukan diri ku yang masih mematung dan bahkan dia sudah duduk di atas sofa milik ku.

"oh ya kebetulan juga saya ingin meminta kembali cardigan yang sebulan lalu saya pinjamkan untuk kamu"

Mendengar hal itu aku langsung mengambil seribu langkah menuju kamar dan segera mengambil cardigan dosen itu. Tanpa basa-basi aku langsung melemparkan cardigan itu tepat didepan wajahnya. Bukannya marah tetapi dosen itu malah tersenyum tipis. Aku rasa dosen ini sudah tidak waras.

"cardigan bapak sudah saya kembalikan sekarang waktunya bapak pergi dari sini" pinta ku dengan tegas.

"tujuan saya ada dua datang kemari dan masih ada satu tujuan lagi yang belum terselesaikan"

"jangan harap saya akan membuatkan bapak baju"

"baiklah kalo begitu saya tidak akan pergi dari sini sebelum kamu memenuhi tujuan saya yang satu ini"

"oke fine! Kalo itu mau bapak saya akan panggilkan satpam untuk menyeret bapak keluar"

Tanpa disuruh aku langsung mengambil handphone ku dan segera menelpon satpam. Namun belum sempat aku melakukannya dia dengan secepat kilat mengambil handphone ku dan mengangkatnya keatas.

"kembalikan!" ucap ku kesal sambil meloncat-loncat untuk mengambil handphone ku dari genggamannya.

"ambil saja kalo bisa" jawabnya dengan nada sedikit mengejek dan sambil tersenyum.

Emosi ku semakin memuncak. Aku langsung lari menuju pintu dan berencana untuk teriak agar dia segera keluar dari apartemen ku. Baru satu langkah aku berlari dia sudah menarik tangan ku dan mendekap tubuh dipelukannya.

"hey lepaskan..lepaskan!" aku sambil memukul-mukul dadanya.

"oke saya akan lepaskan tapi kita fitting setelah ini"

"jangan harap saya akan menuruti kata bapak"

Mendengar penolakan ku dia semakin mendekap ku erat.

"hey! Apa yang bapak lakukan?! Saya bilang lepaskan" aku memukulnya semakin kuat dengan sepenuh tenaga ku.

Dia bahkan tidak menggubris hal itu dan mulai mendekatkan wajahnya kepada ku.

"ahhh sialan! Dosen ini sudah gila" gumam ku dalam hati.

Aku mencoba menahannya sekuat tenaga tapi tenaga ku tak cukup kuat dan dia semakin mendekatkan wajahnya kepada ku. Aku seketika kehilangan akal.

"oke fine kita fitting" mulut ku bergerak sendiri tanpa ku sadari.

Setelah mendengar itu seketika dia menjauhkan wajahnya dari ku.

"sure" jawabnya singkat seolah-olah habis memenangkan hadiah undian.

Dia pun langsung melepaskan ku dari pelukannya. Aku seketika langsung menjauh darinya. Otak ku masih berusaha mencerna apa yang barusan terjadi. Rasanya aku diperdaya oleh dosen yang satu ini. Ahh sungguh menyebalkan.

"oke here saya sudah siap" ucapnya sambil merentangkan tangan.

Tanpa perlu disuruh aku langsung mengambil meteran untuk mengukur ukuran tubuh dosen menyebalkan itu. Aku ingin pekerjaan ini segera selesai karena aku sudah muak dengan tingkah lakunya.

Aku mengukur tubuhnya dan ternyata bukan hanya dugaan ku dosen ini ternyata benar-benar kurus. Bahkan sepertinya tubuhnya hanya tersisa tulang dan kulit.

Tak sampai 1 menit aku sudah selesai mengukur tubuh dosen menyebalkan itu. Aku tak mengatakan apapun setelah itu dan tentu saja aku berusaha untuk menjaga jarak dari dosen itu.

"baiklah untuk bahannya saya serahkan semuanya pada kamu asalkan simple dan tidak banyak warna" pintanya dengan sedikit memaksa.

"Saya rasa sudah saatnya saya pulang"

"oh ya kamu sepertinya ingin keluar tapi sayang sekali diluar sedang hujan" ucapnya dengan nada sedikit mengejek sambil beranjak pergi.

Mendengar hal itu aku langsung menoleh keluar dan benar saja ternyata diluar sedang hujan. Aku rasanya sudah tidak bisa berkata apa-apa. Dosen itu menguras semua energi ku dan sekarang aku bahkan sudah tidak ingin keluar rasanya.

"oh ya thanks for today and cardigannya wangi banget" dia sambil tersenyum tipis.

"pergi!!" teriak ku pada dosen itu.

"ahhh"

Aku langsung menghempaskan tubuh ku di atas kasur. Aku memejamkan mata ku karena tubuh ku sudah begitu lelah berhadapan dengan dosen itu.

"apa ini?" gumam ku dalam hati.

Tiba-tiba saja aku teringat adegan ketika dosen itu mendekap diri ku. Tanpa ku sadari jantung ku kembali berdetak kencang tak karuan. Aku mencoba untuk menenangkan diriku dan suara jantung ku yang tak kunjung mereda. Aku berguling kesana kemari berharap semua adegan yang barusan terjadi menghilang dari otak ku. Namun semua sia-sia saja aku malah semakin mengingatnya.

"aaaa tolong berhenti!!" teriak ku sambil memukul-mukul kepala ku.