Sementara itu Smith menunggu Adeline di rumah sakit bersama Sharon. Tetapi Sharon pergi pamit untuk pulang ke rumah.
"Kak aku mau pamit pulang dulu ya, gapapa kan aku tinggal." Kata Sharon kepada Adeline, karena ia gak sudi kalau harus bermalam di rumah sakit nungguin Adeline
"Iya gapapa, kamu pulang aja." Jawab Adeline dengan lemas.
"Ya udah kalau gitu aku mau pulang dulu ya, kakak ipar harus segera pulih supaya bisa secepatnya pulang." Kata Sharon
"Iya, makasih ya kamu sudah perhatian sama saya." Kata Adeline
"Iya kak, kan itu udah jadi kewajiban aku utuk perhatian sama istri kakak ku sendiri." Jawab Sharon
Adeline pun sedikit memberikan senyumannya kepada Sharon.
"Kakak mau ikut pulang gak?" Tanya Sharon kepada Smith
"Aku disini aja nungguin dia, kamu pulang sediri aja." Jawab Smith
"Oh ya udah kalau gitu aku pulang duluan ya kak." Kata Sharon, dan ia pun pergi meminggalkan Smith dan Adeline
Kini yang tersisa di ruangan itu hanya Smith dan Adeline.
"Maafkan aku, karena aku tidak bisa menjaga calon anak kita dengan baik." Kata Adeline menangis kepada Smith
"Udah gapapa, tuhan lebih sayang pada anak kita. Kita harus percaya bahwa setelah hujan pasti ada pelangi begitupun dengan kejadian ini pasti setelah ada kesedihan pasti akan ada kebahagiaan, tuhan pasti sudah mempersiahkan hal yang lebih indah nanti." Kata Smith menguatkan Adeline meskipun sebenarnya dirinya pun sangat rapuh atas kejadian ini
"Terimakasih karena kamu udah mau nemenin aku disini." Kata Adeline menangis
"Iya, sekarang lebih baik kamu istirahat aja." Kata Smith
Sudah dua hari Adeline di rawat di rumah sakit, hari ini adalah waktu ia untuk pulang karena kondisinya sudah pulih.
"Nyonya Adeline hari ini nyonya sudah bisa pulang." Kata dokter
"Syukurlah kalau begitu dok." Jawab Adeline
Smith dan Adeline pun pulang ke rumah, sesampainya di rumah air mata Adeline kembali terjatuh membasahi pipinya.
"Selamat datang ke rumah nyonya." Kata salah satu pegawai rumahnya
"Iya." Jawab Adeline singkat
Hari-hari Adeline di lalui dengan kesedihan dan tangisan, Sofia ia sekarang lebih berani pada Adeline semenjak Adeline kaguguran dan ia sengaja memojokan Adeline sehingga membuat Adeline sangat depresi.
"Sekarang kamu sudah tidak hamil lagi anak Smith, pasti sebentar lagi kamu akan di usir oleh Smith." Kata Sofia kepada Adeline
"Emang apa masalah mu?" Kata Adeline kepada Sofia
"Hah tentunya aku berharap kamu segera di usir oleh Smith." Jawab Sofia dan ia kemudian pergi meminggalkan Adeline
Adeline yang mendengar perkataan Sofia kini ia semakin depresi. Ia sangat takut kalau akan di usir oleh Smith, ia sangat takut Smith tidak lagi mencintainya.
Hari demi hari Adeline di selimuti dengan kesedihan, semenjak kaguguran itu tidak ada senyuman yang terlihat di wajahnya. Kini badannya mengecil karena jarang makan, matanya sayu, bibirnya pun putih terlihat seperti orang yang sakit.
Adeline dia pernah ingin melakukan bunuh diri karena begitu depresi dengan kejadian yang menimpanya. Tetapi hal itu di hentikan oleh Smith.
"Hei apa yang kamu lakukan." Kata Smith sambil ia mengambil pisau dari tangan Adeline dan ia memegang tangan Adeline dengan cukup kencang
"Lepaskan aku, aku tidak mau hidup lagi." Kata Adeline pada Smith sambil ia berusaha melepaskan tangannya yang di pegang Smith dan ia berusaha mengambil pisau dari tangan Smith
"Kamu sudah gila ya, ini semua bukan jalan keluarnya. Kamu pikir aku juga tidak merasa sedih dengan kejadian ini. Aku merasa kecewa dengan diriku sendiri, sampai saat ini ingatanku belum kembali dan sekarang calon anakku sudah tidak ada." Kata Smith
Adeline pun menangis dan ia menjatuhkan badannya ke lantai.
"Kamu jangan pernah melakukan hal bodoh kaya gini lagi." Kata Smith
"Gimana nanti kalau papa kamu tau bahwa aku kaguguran, apakah dia masih bisa menerima aku sebagai menantunya?" Kata Adeline terus menangis
"Jangan khawatirkan tentang hal itu, nanti biar kita bicara sama-sama kepada papa." Kata Smith
Tetapi tiba-tiba waktu mereka sedang berada di kamar, Sofia mengetuk pintu kamar mereka dan memberi tau bahwa papanya Smith ada di rumah mereka.
"Toktoktok, permisi tuan. Di luar ada tuan Jeremy mau bertemu sama tuan dan nyonya katanya." Kata Sofia di balik pintu kamar Smith dan Adeline
"Iya nanti kami akan menemuinya." Jawab Smith dari dalam kamar
"Baik tuan." Kata Sofia, dan ia meminggalkan kamar Smith dan Adeline
"Gimana ini, papa sekarang ada di bawah." Kata Adeline panik
"Udah jangan panik, ayo kita temuin dia. Usap dulu ari mata kamu." Kata Smith
Kemudian Smith dan Adeline menemui tuan Jeremy yang sudah menunggu mereka di bawah.
"Adeline apakah benar kamu kaguguran?" Kata tuan Jeremy begitu Smith dan Adeline menemuinya
"Iya pa, maafkan aku karena tidak bisa menjaga calon cucu papa." Jawab Adeline
"Sebentar, papa tau darimana Adeline kaguguran?" Tanya Smith pada tuan Jeremy
"Sharon yang memberi tau papa. Kenapa kalian tidak memberi tau papa sejak awal?" Kata tuan Jeremy.
"Iya kak, aku yang memberi tau papa. Karena aku pikir papa harus tau tentang hal ini." Saut Sharon yang ada disitu bersama mereka.
"Kami belum siap pa untuk memberi tau kabar ini, kami menunggu waktu yang tepat untuk memberi tau papa." Jawab Smith
"Ya udah lah mau gimana lagi, ini sudah terjadi. Kamu harus jaga pola makanmu kamu harus sehat supaya kamu cepat hamil lagi." Kata tuan Jeremy pada Adeline
"Iya pa." Jawab Adeline
"Kamu juga Smith harus terus minum obat dari dokter supaya ingatan mu cepat kembali." Kata tuan Jeremy
"Baik pa." Jawab Smith
"Ya udah kalau gitu papa ke kantor dulu, papa ada meeting penting. Papa kesini cuma mau tau kebenarannya dari kalian." Kata tuan Jeremy, dan ia pun pergi meminggalkan rumah mewah Smith
Hari pun sudah malam, cuaca malam ini di guyur hujan dengan petir, semakin membuat Adeline merasa ketakutan di tambah lagi dengan tadi perkataan tuan Smith yang ingin Adeline buru-buru hamil lagi. Sementara sampai saat ini semenjak Smith hilang ingatan, Adeline tidak mendapatkan hak dari Smith sebagai suaminya.Cuaca malam ini sama persis dengan suasana hati Adeline sekarang.
Hari ini adalah jadwal Smith untuk cek up ke dokter. Dia di temani oleh Adeline dan Sharon. Pada saat di perjalanan menuju rumah sakit, dari dalam mobil Smith melihat ada kakek-kakek yang kesulitan saat mau menyebrang. Kemudian Smith menyuruh supir untuk memberhentikan mobilnya karena ia mau bantu si kakek itu nyebrang. Meskipun Smith orang konglomerat, hartanya dimana-mana tapi ia adalah orang yang dermawan.
Walau semua sikap dingin itu mengundang banyak kontroversi sebelumnya.