Night Rain (Hujan yang Membuka Gerbang Dimensi)

SiGoldfinger
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Terulang Kembali

Hujan deras kini tengah mengguyur jalanan ibu kota di jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia melihat ke arah luar jendela walaupun yang terlihat hanya sebatas cahaya lampu dari beberapa rumah tetangga. Butiran embun air yang memenuhi kaca jendela saat ini begitu indah di penglihatannya.

Suara rintik air hujan yang terdengar di indra pendengarannya menjadi penenang bagi dirinya. Merasa sangat nyaman dengan suara tersebut, apalagi hawa sejuk yang masuk melalui ventilasi di atas jendela begitu terasa di kulitnya.

Tubuh yang tadinya sedang berdiri menghadap jendela kini perlahan ia mundurkan langkahnya. Niat hati hanya ingin duduk di kasur, tetapi tubuhnya malah tumbang. Mata yang sudah tak kuat menahan kantuk akhirnya harus menutup walaupun ia memaksa untuk terus terjaga. Mencoba untuk tak berfikir aneh-aneh lagi, dan berdoa semoga saja semua itu tak terulang kembali.

Anya mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur di atas kasur itu, kali ini ia benar-benar menutup kedua matanya hingga tak sadar akhirnya terlelap juga. Beberapa waktu berlalu, suara rintikan air hujan serta suara detik jarum jam menjadi teman tidur bagi Anya. Sampai di mana ia terlarut begitu dalam pada tidurnya.

Samar-samar ia melihat seseorang yang tengah berdiri di depannya. Sesosok laki-laki dengan pakaian aneh dan jubah besar yang menutupi setengah dari wajahnya.

Tunggu dulu, bukankah ia sedang tertidur? Bagaimana bisa ia melihat seseorang di depannya? Apakah ini adalah mimpi yang sama lagi?

Laki-laki itu terlihat begitu nyata di penglihatan Anya, bahkan seperti tak bisa dibilang jika ini benar-benar hanya sebuah mimpi.

Anya melihat sekelilingnya, bagai sebuah sihir ataupun sulap, sekejap muncul begitu banyak pepohonan yang mengelilinginya, padahal tadi seingatnya di sekeliling hanya berwarna hitam gelap tak ada apapun yang terlihat.

Ia melihat ke belakang, terdapat sebuah jurang gelap yang begitu dalam di sana. Anya memajukan langkahnya, takut-takut ia akan terjatuh jika tak menjauh dari jurang itu.

"Mundur lah." Suara berat sesosok laki-laki di depannya terdengar di gendang telinga seakan-akan menghipnotis dirinya. Dengan patuh tubuhnya memundurkan diri walaupun pikirannya menolak. Tubuh itu seperti bergerak dengan sendirinya mengikuti instruksi seseorang di depan.

Secara tiba-tiba tetesan air hujan turun membasahi tubuh serta rambutnya. Ia melihat ke atas, langit gelap berwarna hitam dengan bintang-bintang yang menjadi penghias langit malam seakan-akan langit malam itu sangat cerah, akan tetapi malah turun hujan.

Matanya terbelalak tak percaya, lagi-lagi mengapa ini terulang kembali? Dan anehnya ia bisa tahu bahwa ini hanya sebuah mimpi bahkan ia mengingat dengan detail setiap adegan di mimpi itu.

Sesosok laki-laki itu melebarkan senyum di bibirnya. Anya tak melihat mata serta hidungnya, yang terlihat hanya sebuah bibir berwarna merah muda yang terlihat agak pucat di sana.

"Lompat lah ke dalam jurang itu," ucap laki-laki itu memerintah lagi, membuat Anya mengepalkan tangannya. Mengapa ini terjadi lagi, bahkan rasa sakit di hati yang ia rasakan saat ini benar-benar terasa begitu nyata.

Anya menggelengkan kepalanya, akan tetapi kakinya malah membawa dirinya untuk semakin mundur ke belakang. Satu tetes air mata keluar dari pelupuk matanya, rasa sakit di hati yang entah karena apa begitu menyakitkan. Ia sama sekali tak mengenal orang ini, mengapa terus-menerus menghantui dirinya.

Sekarang hanya tinggal selangkah lagi ia akan benar-benar terjatuh ke dalam jurang tersebut. Tangisnya semakin menjadi, air mata yang tadi hanya keluar setetes sekarang sudah mengalir membanjiri pipinya.

Tubuhnya terhenti di sana, tak lagi berjalan mundur ke belakang. Anya menghela nafas lega, walaupun hanya tinggal selangkah lagi setidaknya tubuh ini telah berhenti menyelamatkan nyawanya.

Tetapi, seketika kelegaannya hilang begitu saja tergantikan oleh rasa takut ketika melihat sesosok laki-laki di depannya ini sedang berjalan menghampiri dirinya.

Anya menahan nafas ketika laki-laki itu tepat berdiri di depannya yang hanya berjarak sepuluh senti. Laki-laki itu mengangkat kepala, melihat dengan jelas mimik wajah milik Anya, begitu juga dengan Anya yang saat ini tengah terpaku pada mata berwarna biru milik laki-laki tersebut.

Laki-laki itu tersenyum kembali, tangannya terjulur memegang pundak milik Anya yang tingginya hanya sebatas pundak laki-laki itu.

"Pergilah, biarkan aku yang mencari mu, jangan dirimu yang mencari ku." Tangan yang tadinya terjulur, kini mendorong bahu Anya, membuat tubuh Anya perlahan terjatuh ke dalam jurang tersebut.

Anya seketika tersadar bahwa dirinya kini sudah melayang di udara. Matanya menatap wajah laki-laki itu dengan penuh air mata yang terus mengalir, sedangkan laki-laki itu sendiri menatapnya dengan tatapan sendu diiringi dengan seulas senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Ia tak bisa membuka mulutnya, bahkan hanya untuk sekedar berteriak. Semakin ia terjatuh ke dalam jurang itu, semakin gelap juga penglihatannya, itu tidak bisa dibilang hanya mimpi belaka, ini benar-benar terasa begitu nyata. Akhirnya Anya hanya bisa memejamkan mata, menikmati tubuhnya yang kini tengah melayang bebas jatuh ke dalam jurang tersebut.

Matanya kini terbuka dengan air mata yang mengalir di sudut mata, tak lupa tangan yang menjulur ke atas seakan-akan ia benar-benar terjatuh. Ia melihat sekeliling, ternyata benar lagi-lagi mimpi yang sama.

Anya terbangun dari tidurnya, ia masih berada di dalam kamar miliknya, bahkan saat ini mentari sudah menunjukkan sedikit cahaya yang memantul dengan kaca jendela. Sepertinya hari baru kini telah di mulai.

Ia beranjak dari kasur tersebut seraya mengusap sisa air matanya, berjalan menuju jendela di kamar. Anya membuka jendela tersebut, seketika angin berbondong-bondong masuk melalui jendela. Anya menghirup oksigen yang masuk dengan serakah, dan menghembuskan-nya kembali.

Kaca jendela yang basah ia pegang dengan tangannya, memainkan embun di kaca tersebut dengan senyum yang terpatri dengan indah di bibir mungil itu.

Lagi dan lagi mimpi aneh itu kembali terulang layaknya film yang terus menerus di putar. Sudah hampir tiga tahun ia mendapati mimpi yang sama ketika hujan di malam hari. Entah apa yang menjadi penyebab mimpi tersebut, yang jelas mimpi itu terjadi pada saat usianya menginjak delapan belas tahun.

"Kapan mimpinya berakhir," gumam Anya pada dirinya sendiri. Ia sudah lelah dengan semua perasaan aneh di hatinya setiap kali mimpi itu hadir. Memang, tidak setiap malam turun hujan, akan tetapi itu tetap saja mengganggu terlebih sekarang sedang musim penghujan.

Terlarut dalam pikirannya, Anya sampai tak sadar jika saat ini ada seseorang yang sudah memasuki kamarnya. Seorang laki-laki yang kini berdiri tepat di belakang dirinya dengan tangan yang ia silangkan di depan tubuhnya

Anya menyingkirkan anak rambutnya ke belakang telinga. Penglihatan yang terfokus ke depan dengan pikiran yang terus tertuju hanya pada mimpi tersebut.

"Huh, okeh tidak usah dipikirkan." Merasa lelah berdiri, Anya berniat membalikkan tubuhnya agar ia bisa kembali ke atas kasur dan melanjutkan tidurnya, akan tetapi seketika ia begitu terkejut melihat seorang laki-laki yang bahkan lebih tinggi dari dirinya dengan wajah jutek yang dilontarkan untuknya.

"Astaga!!"