"Wah gila, rasanya mau meledak aja kepala gue." Ucap Hanan setelah melihat pengawas ujian itu keluar ruangan.
Rain mengalihkan pandangannya pada Hanan yang sudah terlihat lesu, "Sama ya anjir, gue mau muntah deh abis ini." Balasnya.
Hanan menghela napas, "Kantin dah ayo, pening gue di kelas mulu." Sembari menarik tangan Rain, padahal perempuan itu baru saja merebahkan kepalanya di atas meja.
Mereka jalan beriringan dengan tangan Hanan yang masih menggandeng tangan Rain, tak sedikit juga yang mengatakan bahwa mereka sebenarnya pacaran.
"Lucu banget ya mereka."
"Kalau mereka pacaran, gue ngga kaget sih."
"Mereka pacaran deh kayaknya, kemana-mana bareng mulu."
"Kak Hanan orangnya sweet banget ya, takut amat kayaknya Kak Rain diambil orang. Sampe ke kantin aja masih digandeng hahaha, gemes banget."
Dan masih banyak lagi yang sudah biasa mereka dengar, bahkan malah semakin mendekatkan diri agar terlihat semakin romantic. Ya, tentunya ide Hanan, sih. Kalau Rain sebenarnya sudah mencubit lengan sahabatnya itu.
Iya, sahabat.
Katanya.
Sampai di kantin, ternyata semua kursi sudah penuh. Suasana kantin hari ini lumayan ramai, mungkin karena mereka sedang menyiapkan tenaga untuk lanjut di sesi berikutnya.
"Bro, penuh banget." Kata Rain dengan mata yang menatap seluruh isi kantin.
Hanan mengedarkan pandangannya, "Gabung bareng temen gue aja, gimana?" tanya nya.
Rain melotot, "Ngga, gue ngga kenal banget. Nanti dibilang sokab lagi." Jawabnya spontan.
"Ngga, elah. Mereka orangnya pada welcome kok, tenang aja." Sambil terkekeh.
"Ih, ngga ah." Jawab Rain.
Hanan merotasikan kedua bola matanya, lalu menarik tangan Rain yang masih berada didalam genggamannya, "Udah ayo anjir, gue laper nih."
"Weh, bro. Gue gabung ya, tapi sekalian sama Rain, boleh ngga?" sapaan sekaligus pertanyaan Hanan lontarkan saat mereka sampai di tempat teman-temannya berkumpul.
Mereka mengalihkan pandangannya kepada sepasang sahabat yang tiba disana, "Boleh lah, Bang. Kayak sama siapa aja lo." Jawab Zole.
Oh, Zole dan Aji panitia prom night jadi mereka ada di sekolah karena ada rapat.
Rain sebenarnya tahu nama teman-teman Hanan yang ada disitu, hanya saja mereka tidak terlalu dekat. Bahkan tidak kenal, alias hanya sebatas tahu saja hehe.
"Mau makan apa?" tanya Hanan kepada Rain.
Rain yang sejak tadi menunduk kemudian menolehkan pandangan kepada Hanan, "Kebab tanpa mayo sama Americano aja."
Hanan mendelik, "Americano lo bilang? Inget lambung, Ren."
Ah, Hanan terbiasa juga memanggilnya Ren. Katanya sih kalau manggil Rain itu kepanjangan, jadi dia males. Emang dasar Hanan aja yang mageran, cih.
Rain memasang muka melas, "Yah, sekali aja napa." Pokoknya semelas mungkin, supaya Hanan mengiyakan pesanannya.
Hanan menghela napas, "Yaudah, sekali aja loh ya. Tunggu disini." Lalu berjalan ke arah stan makanan.
Rain yang hanya diam daritadi hanya bingung, Ini gue duduk dimana sih, Hanan anjing, malah bawa gue kesini. Gerutunya dalam hati.
Rentu yang melihat Rain masih berdiri akhirnya bicara, "Duduk aja, Rain. Di sebelah Naren aja tuh, masih kosong." Katanya sambil menunjuk sebelah Naren dengan dagunya.
"Eh? Iya, makasih." Lalu duduk di sebelah Naren.
Rain melihat ke arah teman-teman Hanan, kembali mengobrol dengan topic yang tertunda karena kedatangannya. Matanya mengedar sampai berhenti didepannya. Tepat dihadapannya, ada pemuda yang dia kenal sebagai laki-laki dingin, irit ngomong, bahkan tatapan matanya yang tajam, sangat mengintimidasi lawan bicaranya. Rain mengetahui namanya, Jevano.
Gadis itu menatap lekat Jevano yang sedang menunduk memainkan ponselnya, tak banyak bicara. Bahkan sejak dia datang ke meja itu, Rain belum mendengar Jevano bicara sepatah katapun.
Ganteng, ucapnya dalam hati.
Jevano yang merasa diperhatikan pun menegakkan kepalanya, mendapati seorang perempuan didepannya sedang menatap dia. Pria itu mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya, kenapa?
Rain yang melihat itu memalingkan pandangannya, tak sengaja menatap kepada seseorang disampingnya. Orang itu menatap dengan lembut, "Santai aja, Lau."
Rain bingung, Lau? Lau siapa anjir?
"Rain Christiani Laurence, boleh gue panggil Lau?" tanya Naren dengan senyuman tipisnya, mata laki-laki menatap lurus menusuk dalam pandangan Rain.
Jevano menatap mereka datar, Mereka saling kenal?
-- tbc