Chereads / Menikahi Mertuaku / Chapter 4 - 4 - On My Mind (Maximillian)

Chapter 4 - 4 - On My Mind (Maximillian)

********

Baby, I'm fallin', losin' my focus

How come you're actin' like you haven't noticed?

I'm going crazy, stuck with your maybe

Left me in nowhere, my beautiful nightmare

[Maximillian - On My Mind}

********

.

Selepas mengobrol dengan Ren, Sandy masih belum merasa mengantuk. Ia malah gelisah. Dia masih membayangkan bentuk tubuh gadis itu saat keluar dari kolam renang.

Terus terang saja, dia penasaran dengan Ren. Dan bayangan tubuh itu membuat dia berdecak kesal. Naga-nya seolah ingin merasakan kehangatan sebuah sarang.

Sial!

Dia menyalakan rokok lalu menyesapnya, mengambil handphone-nya dan menelepon seseorang

"Michael.. jemput Maria, aku akan menunggunya di apartemenku"

"Sepagi ini. Boss?" suara Michael tampak serak karena dipaksa bangun oleh telepon Boss-nya

"Jangan banyak tanya. Sekarang!" perintahnya

"Baik, Boss"

Sandy segera berganti pakaian dan menuju garasi. Dia memilih rubicon putih kali ini. Satpam gerbang segera membuka gerbang utama agar mobil sang Boss besar dapat keluar dari halaman rumah besar itu.

Rubicon putih melaju cepat di jalan tol yang tampak lengang karena hari masih subuh, selang 20 menit kemudian, dia tiba di gedung tinggi apartemen dan memarkirkan mobilnya di basement.

Dia berjalan angkuh dan tak memberikan respon pada satpam yang mengangguk hormat padanya. Sesampainya di lift di memijit tombol nomor 58—lantai tertinggi yang ada di apartemen itu.

Dia menyenderkan punggungnya ke dinding lift sambil menunggu lift-nya bergerak naik.

Di pikirannya hanya Ren, dan Ren terus yang membayangi.

Lift berhenti tepat di lantai yang diinginkannya, dan menuju pintu apartemennya, dia memasukkan password dan membuka pintunya.

Lantai 58 adalah area kekuasaannya, dia membeli seluruh unit yang ada di lantai ini. Dia tak mau bergabung dengan penghuni yang lain. Dia tak mau berbagi lift dengan orang yang tinggal di lantai yang sama. Unit apartemen yang lain dia berikan pada Michael untuk ditinggali, jadi Sandy dengan mudah memanggil Michael jika dia membutuhkan pria itu.

Tentu saja ruang apartemennya luas karena dia merenovasi 4 unit apartemen untuk digunakannya sendiri. Apartemen ini hanya dia gunakan untuk memanggil wanita-wanita yang ingin dia pakai. Seperti saat ini dia memanggil Maria—wanita yang dikencaninya baru-baru ini.

Baginya urusan mendapatkan wanita sangatlah mudah seperti menjentikkan jari saja, libido-nya selalu tinggi dan nafsu sex-nya selalu besar. Mungkin ini adalah keturunan dari ayahnya. Ayahnya memang mempertahankan satu istri di hidupnya—yaitu ibunya. Tapi di luar itu, sama dengannya, ayahnya juga senang berpetualang tapi tak ada satupun yang dijadikan istri kedua atau simpanan khusus.

Ibunya bukan tak tahu tentang hal itu, ia tahu kelakuan suaminya diluar sana. Tapi ia bersikap pura-pura tak tahu dan menganggap tak pernah terjadi apa-apa. Sandy sangat mengagumi ibunya yang tabah dan sabar atas kelakuan suaminya. Ibunya hanya mengatakan bahwa lelaki itu pada dasarnya sering bosan dan selalu mencari sesuatu untuk menutupi kebosanannya, jika dia sudah merasa puas, ia akan kembali ke rumah.

Ibunya berprinsip, asal dia tak mendengar apapun dan tak melihat apapun tentang kelakuan suaminya di luar sana. Rumah adalah kekuasaannya, apapun yang dari luar, entah itu skandal, rumor, dan gossip—tidak boleh dibawa ke dalam rumah.

Itulah mengapa ayahnya sangat menghormati ibunya, dan akhirnya ayahnya pun kembali dan menghentikan petualangannya.

Pernah suatu ketika ayahnya tak pernah pulang selama 6 bulan ke rumah, ibu tak pernah mencarinya bahkan cenderung membiarkannya. Dia hanya mengatakan pada suaminya, prioritaskan anak-anak diatas kebutuhan pribadimu. Jika suaminya mengabaikan anak-anaknya, maka ibu tak segan-segan bertindak keras dan ini yang membuat ayah ciut nyalinya.

Sandy menunggu dan wanita yang bernama Maria itu datang diantar Michael.

"Kau tunggu di luar, ini tak akan lama" ucap Sandy pada Michael

Michael mengangguk dan membiarkan boss-nya dan si wanita berdua disana.

"Sayang, aku kaget ketika Michael menjemputku, apakah kau merindukanku?" katanya dengan suara manja yang tipikal.

Penampilan wanita ini sungguh berbeda jauh dengan Ren. Sandy sampai mengutuk dirinya sendiri bahwa seleranya begitu rendah. Rambut panjang di cat merah dengan make up tebal dan pakaian yang terlalu ketat sana sini, terlalu tipikal wanita penggoda.

Kau benar Sandy, seleramu rendah. Harusnya kau meningkatkan standarmu—batin Sandy.

Tapi hanya nama wanita ini yang dia ingat, mungkin karena baru- baru ini.

Mungkin setelah ini Sandy akan mencari lagi yang lebih baik, tapi rasanya sulit—sekarang perbandingannya adalah sosok gadis itu. Sandy sangsi apakah dia akan menemukan yang lebih baik?

Sialan gadis itu, bikin susah saja!

"Sayang, kau tampak melamun? Apakah kau menginginkan aku membuatmu lebih baik?" tanyanya seduktif dan mendekati Sandy.

Sandy segera mencium aroma menyengat parfum-nya.

Omong-omong tentang parfum, Ren menggunakan parfum apa, ya? Sandy mencoba mengingat harum tubuhnya saat mereka makan malam dan itu bahkan tak tercium oleh hidungnya.

Ia jadi penasaran akan aroma tubuh gadis itu?

Gila! Bahkan dia terus membayangkannya

Parfum yang menyengat itu segera membuatnya mual dan pusing, dan dia tak suka melihat wajah wanita yang di depannya itu memakai make up tebal. Karena Ren begitu cantik alami tanpa polesan make up.

"Kau mandi dulu" suruh Sandy dingin.

"Aku sudah mandi, sayang"

"Mandilah dan hapus make up, mu" suruhnya tetap dingin

Maria tampak gelagapan kalau disuruh menghapus make up, dia belum siap menampilkan wajah aslinya.

"Apa harus ya, aku menghapus make up?" tanyanya hati-hati.

Sandy memicingkan mata "Lakukan perintahku dan jangan pakai lagi parfum itu, aku tak suka wanginya"

Maria bersungut tapi ia menuruti dan masuk ke kamar mandi. Ia harus menuruti perintah Sandy, jika tidak... maka ia akan kehilangan sumber penghasilannya, lagipula Sandy itu tampan dan kaya raya. Wanita mana yang tak akan tergoda olehnya.

Maria keluar dari kamar mandi dengan tidak percaya diri akan tampilannya saat ini, dia hanya mengenakan jubah mandi untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Dia berdiri di depan Sandy yang duduk di kursi stall counter dapur apartemen. Sandy mengerdikkan jarinya agar Maria membuka jubahnya, lalu memperlihatkan tubuh telanjangnya. Sandy mengeluh--wanita ini jauh sekali dengan yang diharapkannya. Dan naganya tak bereaksi sama sekali.

Sandy berdiri kemudian membuka ikat pinggang dan menurunkan celananya, Maria seolah tahu bahwa ia harus memanjakan kejantanan pria itu. Dengan tersenyum lebar ia mendekati naga dan segera melahapnya.

Maria frustasi karena sekian lama dia menstimulasi milik Sandy tapi kejantanan pria itu susah sekali berdiri, ini tak seperti biasanya.

"Stop it!" suruh Sandy menarik rambut Maria, miliknya juga terasa ngilu.

"Sayang, ada apa? Kau tak seperti biasanya. Apa kita harus menonton video atau melihat foto vulgar dulu--" tawar Maria

"Foto?" otak Sandy tiba-tiba mendapat titik terang.

Ia segera mengambil ponselnya dan mencari akun medsos milik Kiran. Dalam satu postingan milik Kiran, terdapat foto Putranya bersama gadis itu. Dia menilik tag foto dan segera tersenyum puas kala akun milik Renjana ada terdapat dalam tag foto.

Dengan mudah ia segera mengakses akun instagram Renjana yang tidak di-private. Dia tersenyum senag, kala dalam akun itu terdapat postingan foto-foto Ren---yang bagi orang awam terlihat biasa, karena hanya postingan foto selfie dengan view di berbagai tempat dengan pakaian yang normal digunakan mahasiswi kebanyakan.

Mata Sandy terpuaskan dengan postingan-postingan itu. Dan brengseknya, naganya bereaksi hanya melihat foto yang normal saja posenya--jauh dari pose vulgar.

Melihat Sandy tersenyum-senyum sendiri, Maria jadi penasaran--apa yang dilihat di layar ponselnya itu.

"Sayang, lagi lihat apa?" tanya Maria.

Sandy bagai tersentak karena ia terlupa dan segera menyadari bahwa Maria masih ada disitu. Melihat wajah tanpa makeup dan tubuh telanjang Maria di depannya, ia kembali tak berselera.

"Pakai pakaianmu dan cepat keluar! Aku ingin sendirian" usir Sandy sambil membetulkan celananya rapih kembali.

"Hei, kenapa denganmu sayang, aku bahkan tak melakukan apa-apa" rajuknya.

"Out! Atau Michael akan menyeretmu dengan keadaan seperti itu" desis Sandy, ini adalah nada peringatan bagi Maria untuk tidak membantahnya.

Maria berdecak kesal, ia masuk ke kamar mandi untuk mengenakan kembali pakaiannya, sementara itu Sandy menelepon Michael untuk kembali membawa wanita itu pergi.

Saat Michael datang ke apartemennya, Sandy hanya berkata "Transfer ke rekeningnya 20 juta. Dan jangan datang lagi"

Michael mengangguk paham, itu adalah kode bahwa wanita itu dihapus dari list sang big boss.

Sandy hanya duduk kembali ke sofa yang panjang dan besar yang terletak di tengah apartemennya, dia memandang ke luar jendela yang sudah terang tersinari matahari pagi—tanpa menghiraukan kata-kata merajuk dari wanita itu yang enggan mengakhiri hubungannya dengan Sandy.

Sandy membuka kembali ponselnya dan memilih satu foto Ren yang menjadi favoritnya. Foto sederhana tapi memancarkan keseksian di mata Sandy.

Dia membuka celananya dan mengeluarkan naga lalu ber-onani dengan hanya melihat sebuah foto, tak begitu lama ia mengalami pelepasan. Dia tak pernah seperti ini sebelumnya, ini membuatnya merasa aneh dan abnormal.

Sialan gadis itu, gara-gara gadis itu dia bertingkah seolah sebagai sex-freak.

Namun efek pelepasan itu tak urung membuatnya relax, Sandy memejamkan mata sambil membuat dirinya sesantai mungkin berselonjor di sofa, dalam benaknya masih terbayang saat dia mengobrol dengan gadis itu sampai subuh menjelang, dan itu menyenangkan hatinya.

Membayangkan itu, dia kemudian mengantuk dan akhirnya tertidur lelap di sofa

.

.

.