Ryu sangat fokus membaca lembaran-lembaran kertas yang terhampar di hadapannya. Entah sudah berapa jam dia berada disana. Ryu sama sekali tidak terlihat ingin beranjak dari tempat duduk tersebut. Dia melirik jam tangannya. Memastikan lagi beberapa jadwalnya kepada sang sekretaris. Ryu sepertinya tidak membiarkan sedetik pun dalam hidupnya istirahat barang sejenak. Terutama semenjak dia menginjakkan kakinya beberapa hari lalu di negara yang masih menyisakan beberapa kenangan yang menyesakkan dadanya.
Pak Joan sudah terlalu sering sakit-sakitan. Membuat Ryu harus bolak-balik antara menyelesaikan studinya dan membereskan beberapa masalah yang terjadi di perusahaan. Dia terjun lebih cepat dari yang seharusnya. Ryu masih tidak siap dalam segala hal. Ryu masih tidak siap untuk memegang kendali lagi. Hal yang paling membuat Ryu tidak siap adalah menggali lagi kenangan-kenangan di setiap jalan yang di temuinya.