Banin sampai di rumahnya masih dengan hati yang kacau. Wajahya masih beubah warna dan menggelap. Rahangnya mengeras hingga harus di wajahny terlihat tegas.
Entah perasaan apa yang sebenarnya Banin rasakan. Kekesalan yang luar biasa hingga mencapai puncak kemarahan. Rumah tampak sepi sekali. Banin yakin, Sea tidak akan pulang tapi langsung merias dirinya di salon.
Huft!
Ternyata begini rasanya nggak dianggap. Sakit! Padahal dirinya adalah orang pertama yang sangat mencintai wanita berwajah polos itu. Rasanya hati Banin sangat teriris ketika dia tidak merasa dianggap atau dipedulikan.
Banin melangkahkan kakinya dengan gontai. Rasanya dia nggak ingin pergi ke pesta itu. Ada rasa malu tang begitu besar terselip di hati Banin. Tapi kalau nggak datang akan kebih malu lagi. Akh, entahlah!
Dengan kasar pria tampan itu mrndobrak pintunya sampai terdengar bunyi dentuman keras. Dia tak peduli. Dilangkah kan kakinya menuju kamarnya namun matanya mengekor ke kamar Sea yang terbuka lebar.