Aaram menengok kanan kiri lalu ia menyeberang ke arah Sandra baru ia menuntun dan membawakan kantong yang berisikan kue. Ketika Aaram melihat tidak ada mobil atau motor yang lewat pun akhirnya menyeberang bersama Sandra. Tapi,naas entah dari mana datangnya mobil hitam itu tiba-tiba saja melaju begitu kencang dari sebelah kanan.
Aaram yang melihat mobil yang melaju sangat kencang itu pun langsung mendorong Sandra.
"Sandra awaaassss" teriak Aaram kepada istrinya sambil mendorong Sandra.
Braakkkk
"Aaram..." teriak Sandra yang melihat Aaram sudah tergeletak bersimbah darah. Sandra menjatuhkan kantong belanjaannya dan menghampiri suaminya. Warga yang melihat kejadian itu pun mengejar mobil yang sudah menabrak itu,tapi sayangnya karena jalan yang begitu longgar mobil itu melaju sangat kencang. Sehingga warga tidak dapat mengejarnya.
"Ar.." dengan suara bergetar Sandra meraih tubuh Aaram yang sudah bersimbah darah.
"Mbak sebaiknya kita membawa mas nya ke rumah sakit sekarang juga" ucap salah satu warga.
Sandra hanya mengangguk dan para warga langsung membantu Sandra untuk membawa Aaram ke rumah sakit menggunakan mobilnya. Selain itu ada juga warga yang melaporkan kejadian tabrak lari itu kepada polisi.
*
Di perusahaan Richard sedang menerima laporan kalau Sandra hampir tertabrak jika tidak diselamatkan oleh Aaram.
"Apa? Bagaimana bisa? Bukankah kalian ditugaskan untuk selalu menjaga mereka?" Marah Richard kepada para pengawal yang bertugas menjaga Sandra dan Aaram.
"Maafkan kami tuan" ucap orang itu yang sedikit takut akan kemarahan tuannya.
"Lalu mereka dimana sekarang?"
"Tuan Aaram segera dilarikan ke rumah sakit H Hospital,tuan."
"Segera selidiki kasus ini dan temukan pelakunya. Aku akan membuat perhitungan kepada mereka yang sudah mencelakai keluargaku."
"Baik tuan"
Sambungan telepon pun berakhir, kali ini Richard tidak akan main-main tentang keselamatan keluarganya. Siapapun yang berusaha mencelakai keluarganya akan berurusan langsung dengannya.
Aaram segera ditangani oleh dokter,sedangkan Sandra begitu syok dengan apa yang terjadi. Dengan rasa gelisah Sandra menunggu dokter keluar dari ruang IGD. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan tersebut.
"Keluarga pasien?" Tanya sang dokter kepada Sandra.
"Saya… Saya istrinya dokter" jawab Sandra yang masih bergetar karena syok. Bahkan ia melupakan seseorang yang sudah membantu mengantarkan mereka ke rumah sakit.
"Maaf bu,pasien mengalami luka yang cukup parah di kepala dan tulang rusuknya karena benturan yang mengakibatkan pendarahan. Pasien juga kehilangan banyak darah dan harus segera melakukan transfusi darah dan dioperasi sebelum organ tubuhnya membengkak dan mengganggu organ lainnya."
Dokter memberi penjelasan kepada Sandra tanpa pikir panjang lagi Sandra mengizinkan suaminya untuk dioperasi asalkan bisa selamat.
"Tolong selamatkan suami saya,saya akan membayar berapapun biayanya,apapun yang diperlukan. Kalau boleh saya tahu apa golongan darah suami saya dokter? Jika,sama dengan darah saya maka ambil darah saya saja dokter,asalkan suami saya bisa selamat." Ucap Sandra yang sambil menangis,pria yang menolong Sandra pun merasa iba dengan keadaan Sandra. Bahkan Sandra tidak peduli dengan penampilannya sekarang dengan baju yang berlumuran darah dari Aaram.
Setelah menandatangani surat persetujuan dan menyelesaikan berbagai administrasi,akhirnya Aaram yang sudah berada dalam pengaruh obat bius dipindahkan ke ruang operasi. Terlihat para perawat,dokter dan asisten dokter sudah bersiap dengan berbagai peralatan untuk menyelamatkan Aaram. Lalu seorang suster membantu Sandra untuk melakukan transfusi darah untuk Aaram.
.
Setelah melakukan transfusi darah Sandra masih terlihat sangat lemas,sebenarnya suster menyarankan agar Sandra tetap berada diruang rawat untuk memulihkan dirinya. Tapi,Sandra tidak mau karena ia ingin menunggu Aaram yang masih berada di ruang operasi. Sudah hampir tiga jam dokter menangani Aaram di ruang operasi,tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda kalau operasinya sudah selesai. Rasa cemas dan kuatir sangat tampak pada raut wajah Sandra,hingga membuatnya melupakan sesuatu. Ya,Sandra lupa kalau ia belum memberi kabar kepada ibu bahkan mertuanya pun dia lupa. Ditengah rasa takut akan keselamatan suaminya,tiba-tiba suara seorang pria membuatnya kembali untuk memfokuskan dirinya.
"Maaf mbak,ini kunci mobilnya." Ucap pria yang dari tadi selalu memperhatikan Sandra dengan menyodorkan kunci mobil.
"Astagfirullah,maaf mas saya lupa,terimakasih mas sudah mau membantu saya." Jawab Sandra yang masih gemetar
"Sama-sama mbak,oh ya apakah mbak nya sudah menghubungi keluarga atau orang terdekat?" Tanya pria itu
"Ya Allah mas,saya lupa banget kasih kabar ke ibu sama mertua saya." Sandra mengusap wajahnya dengan kasar.
Sandra membuka tasnya untuk mengambil ponsel dan juga beberapa lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya. Sandra berniat ingin memberikan uang tersebut untuk pria yang sudah membantunya itu.
"Maaf mas, ini ada sedikit rezeki untuk mas." Ucap Sandra sambil menyodorkan uang kepada pria itu,namun dengan cepat pria itu menolak pemberian Sandra.
"Tidak mbak saya melakukan ini dengan ikhlas,lebih baik mbak simpan saja uangnya untuk keperluan lain." Jawab pria di tu dengan yakin.
"Tapi mas …"
Belum selesai Sandra bicara pria itu sudah memotongnya dengan penolakan.
"Saya ikhlas lillahi ta'ala mbak,oh ya saya hampir lupa" pria itu merogoh kantong saku celananya dan mengambil kertas yang dilipat asal,lalu pria itu memberikannya kepada Sandra.
"Tadi saya mengingat plat nomor polisi mobil yang menabrak suami mbak,saya mencatatnya tadi di depan meja resepsionis dan ini nomor ponsel saya,siapa tahu mbak memerlukannya."
Sandra menerima kertas yang diberikan oleh pria itu "sekali lagi saya ucapkan terimakasih mas…" Sandra bingung ingin memanggil nama karena mereka belum sempat berkenalan.
"Rian,nama saya Rian." Jawabnya langsung karena ia tahu kalau Sandra sendang bingung.
"Oh,ya mas Rian. Sekali lagi terimakasih ya mas"
"Iya,sama-sama mbak. Mbak sebaiknya segera menghubungi keluarga mbak,saya akan disini menemani sampai keluarga mbak datang."
Sandra mengangguk lalu ia mencari kontak nama ibu nya dan juga mamah mertuanya. Setelah menghubungi ibu dan mertuanya Sandra kembali dilanda kecemasan tentang keadaan Aaram yang masih berada di dalam ruang operasi.
Sudah satu jam berlalu,tapi lampu ruang operasi masih belum menandakan berwarna hijau. Derap langkah terdengar dari lorong rumah sakit,terlihat Amira berjalan terburu-buru bersama Richard. Ya Richard yang sudah mengetahui kejadian ini segera pergi ke rumah Amira untuk memberitahukannya. Setibanya Richard dirumah Amira,ketika ia ingin mengetuk pintu itu Amira sudah membukanya. Terlihat raut wajah kuatir dan cemas dari wajah Amira. Lalu Amira memberitahukan kepada Richard tentang kejadian yang dialami Aaram dan Sandra. Dengan langkah seribu mereka segera menuju rumah sakit dimana Aaram dirawat.
Amira melihat putrinya yang sedang duduk di kursi bersama seorang pria dengan posisi Sandra yang menunduk.
"Sandra" ucap Amira dengan menahan tangisnya
Sandra melihat ibunya sudah datang pun langsung berhambur memeluk Amira. Sandra kembali menumpahkan tangisnya didalam pelukan sang ibu.
"Bu….. Aaram bu…." Ucap Sandra yang masih terisak.
"Ssst,tenang nak, Aaram pasti akan baik-baik saja." Amira berusaha menenangkan putrinya
Di saat Amira sedang menenangkan putrinya,Richard memoerhatikan pria yang sedang bersama adik tirinya itu.
"Siapa pria ini?"
(Tanyanya dalam hati)
"Ehem,"
Richard berdehem dekat dengan Rian,dengan cepat Rian menoleh melihat Richard dengan penampilan kerjanya seperti biasa dan Rian membungkukkan sedikit tubuhnya. Lalu ia tersenyum melihat Richard.
"Maaf anda siapa?" Tanya Richard kepada Rian.
"Oh,saya Rian tuan" ucapnya dengan rasa hormat seperti sedang berhadapan dengan orang penting. "Saya yang membantu membawa mas dan mbaknya ke rumah sakit ini,tuan." Lanjutnya lagi memberi penjelasan kepada Richard agar tidak salah paham terhadapnya.