Aaram melajukan mobilnya menuju apartemen yang baru ia huni beberapa bulan lalu. Jalanan masih terlihat sangat ramai dan padat oleh kendaraan roda empat dan roda dua. Sandra melihat ke sekeliling jalanan melalui jendela dari dalam mobil,ia merasa bingung dengan jalur yang ditempuh oleh Aaram.
"Dia mau kemana?bukankah jalan menuju apartemennya sudah lewat?"
Sandra berucap dalam hati lalu ia menoleh ke arah Aaram.
Aaram tersenyum,ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya itu "aku sudah pindah apartemen,San. Sudah beberapa bulan setelah aku mengakhiri hubunganku dengan Sona." Ucap Aaram pelan,tapi masih terdengar jelas oleh Sandra karena jarak mereka cukup dekat.
"Kenapa kamu pindah?" Sandra ingin tahu alasan apa yang ada pada Aaram sampai ia pindah apartemen.
"Karena aku tidak ingin mengingat masa lalu,apalagi aku sudah menikah. Kamu lebih tahu kisahku dengan kedua teman mu itu. Aku tidak ingin jika aku dan istriku tinggal di sana salah satu kenangan dari mereka muncul dan aku akan menyakiti hati istriku. Aku tidak mau itu terjadi,San." Ucap Aaram menatap Sandra dengan senyumannya. "Aku ingin memulainya dari nol bersama kamu,istriku." Lanjut Aaram dengan menautkan tangannya ke tangan Sandra.
"Maukah kamu memulainya bersamaku dari awal,San?" tanya Aaram yang masih menggenggam tangan Sandra.
Sandra melihat tangannya yang dipegang oleh Aaram lalu beralih menatap Aaram. Sandra mencoba mencari adakah kebohongan di sana?tapi,sayangnya ia tidak menemukan kebohongan disana,yang ada dari tatapan Aaram hanya ketulusan. Ada rasa bahagia saat Aaram mengatakan tidak ingin menyakiti hati istrinya. Tapi,keraguan itu selalu muncul dan dengan cepat Sandra menarik kembali tangannya yang digenggam oleh Aaram.
Sandra menundukkan kepalanya "maaf Ar,aku masih harus menata hatiku. Berikan aku waktu agar aku bisa menerima dirimu." Lirih Sandra
Aaram pun tersenyum walaupun ada rasa sedikit kecewa,ia harus tetap bersabar dan tetap ada di samping istrinya untuk terus meyakinkan Sandra bahwa Aaram bersungguh-sungguh ingin memulainya dari awal bersama Sandra. "Baiklah,aku akan tetap menunggumu" ucap Aaram sambil mengacak rambut istrinya itu.
"Iiss,kebiasaan rambutku jadi berantakan,Ar." Jawab Sandra kesal karena ulah Aaram
"Hahaha,maaf. Ayo kita turun." Ajak Aaram kepada Sandra,sedangkan Sandra tidak sadar kalau sudah sampai di parkiran apartemen Aaram.
"Oh,sudah sampai ya?"
"Sudah, makanya jangan melamun saja dari tadi" ejek Aaram sambil terkekeh geli dengan kelakuan istrinya.
Sandra mengerucutkan bibirnya,ia begitu merutuki dirinya sendiri. Kenapa dari tadi ia hanya sibuk memikirkan jalan menuju ke apartemen Aaram. Sandra langsung keluar dan membantu Aaram mengeluarkan kopernya yang cukup besar.
"Kopermu besar sekali,jadi kamu bawa punya ku saja." Aaram memberikan kopernya yang berukuran kecil dan ia membawa koper Sandra yang cukup besar dan repot untuk dibawa.
Sandra mengambil koper Aaram dan ia berjalan masuk ke pintu masuk dengan Aaram disampingnya,sebelum Aaram mengeluarkan kartu akses nya,sekurit yang bertugas di area parkiran membukakan pintu untuk Aaram dan Sandra.
"Selamat malam tuan Aaram" sapa pak sekuriti
"Selamat malam,pak" jawab Aaram dengan senyuman begitu pun dengan Sandra.
"Silahkan tuan dan nona" sekuriti itu mempersilahkan Aaram dan Sandra untuk masuk dan membantunya membawakan koper sampai depan lift.
"Terima kasih ya,pak."
Aaram dan Sandra segera masuk ke dalam lift,dan sekuriti itu segera keluar untuk kembali ke pos parkirannya. Tanpa mereka sadari kedua tangan mereka sejak tadi masuk lift sudah menyatu saling menggenggam. Pintu lift terbuka,Aaram mendorong kopernya keluar,dan masih menggenggam tangan Sandra menuju pintu apartemen Aaram. Senyum tipis terbit dari bibir Sandra melihat tangannya sedang digenggam oleh suaminya sendiri.
Mereka pun tiba di depan pintu apartemen Aaram,Aaram mengeluarkan kartu akses untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka,Aaram kembali menyeret koper Sandra dan menggenggam tangan istrinya untuk segera masuk ke dalam. Sandra melihat ke sekeliling apartemen baru yang Aaram beli sebelum menikah dengannya. Sandra begitu menyukai interior apartemen Aaram. Aaram membawa koper milik Sandra dan juga miliknya ke dalam kamar.
"Apakah kita tinggal di satu kamar?" tanya Sandra
Aaram mengangguk "iya,agar kita bisa semakin dekat,aku sudah katakan padamu kalau aku benar-benar ingin memulainya dari awal bersama dirimu. Salah satu langkah awalnya adalah kita harus satu kamar." Ucap Aaram santai
Mata Sandra melotot dan mulutnya terbuka sedikit "bukankah aku juga sudah mengatakan kalau kamu harus memberiku waktu,Ar. Aku ingin kamar kita pisah."
"Tidak bisa kita harus satu kamar,dan kamar kita berdua ada disitu." Jawab Aaram sambil menunjuk ke arah kamar mereka.
Sandra menggeleng cepat "big no,Ar. Aku gak mau satu kamar sama kamu."
"Kenapa?kemarin bukankah sebelum pindah ke apartemen kita satu kamar,hmm?" Aaram berucap dengan memainkan alisnya naik dan turun.
"Haahh,itu berbeda tuan AARAM RAFASYAH RAHARDIAN. Kemarin itu kita masih tinggal dengan ibu,aku tidak mau membuat ibu curiga terhadap pernikahan kita." Balas Sandra yang sangat kesal dengan Aaram.
"Pernikahan kita tidak ada masalah Sandra,kita sedang tidak bersandiwara atas pernikahan ini. Pernikahan kita sakral dan sah di dalam agama maupun negara." Aaram mendekat ke arah Sandra dan menatapnya dengan sangat tajam,Aaram sedang menahan rasa amarahnya.
Sandra tersentak dan mundur beberapa langkah karena mendapat tatapan tajam dan gerakan Aaram mendekatinya begitu sangat cepat dan mampu membuat keseimbangan Sandra hilang,ketika tubuhnya hampir terjatuh Aaram dengan sigap menahannya agar tidak terbentur ke tembok. Tangan Aaram berada di pinggang Sandra dan satu lagi ke arah tembok menahan kepala Sandra agar tidak terbentur. Seketika tatapan mereka bertemu dan saat itu juga tatapan mereka berdua terkunci. Aaram begitu terpesona dengan mata indah istrinya,kenapa ia baru menyadari kalau istrinya ini sangat cantik dengan bola mata hazel yang begitu indah. Sandra yang menyadari dengan posisi mereka segera bangkit dan begitupun dengan Aaram. Mereka berdua berusaha menetralkan degup jantung mereka.
"Ehem" Aaram berdehem untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
"Baiklah kalau kamu ingin tinggal di kamar yang lain. Aku akan menyiapkannya." Aaram segera menuju kamar yang ada di sebelah kamar utama.
"Huff,hampir saja,lebih baik aku turuti saja kemauan Sandra. Ini juga sepertinya tidak baik jika aku terlalu dekat dengannya. Bisa khilaf aku." Ucap Aaram dalam hatinya.
Sandra hanya mengangguk dan berlalu ke dapur karena tiba-tiba saja ia merasa begitu sangat haus dan membutuhkan air mineral.