Zahra dan Widya mempersiapkan apa yang akan dilakukannya. Buku buku yang ada di kamar rumah bude diangkut ke depan. Widya membantunya..Bude, kakak sepupunya ibu Zahra begitu kagum pada aktivitas Zahra.
Ia sepenuhnya mendukung apa yang dilakukan Zahra. Wajah Zahra berseri seri, kalau rencana membuat perpustakaan di depan rumah bude dilaksanakan.
Buku novel anak, remaja dan dewasa terkumpul kira kira ada 70 buku cerita anak, 50 buku remaja, dan 36 buku cerita dewasa. Buku sastra ada 57. Buku itu adalah hasil pembelian pribadinya.
"Ra, ini kan karya Zauja!" teriak Widya girang sekali.
Zahra menatap wajah Widya dengan perasaan berkecamuk. Widya dengan asyiknya membaca karya Zauja. Menurut Widya Zauja itu aktif, dan kreatif sekali.
Zahra hanya mendesah mendengar nama Zauja di sebut. Ada ribuan paku yang dicabut di hatinya. Widya terus nyerocos nama Zauja, seperti menyanjung nama itu.
"Lo, suka sam Zauja?" selidik Zahra.
"Pokonya suka banget. Nggak suka bagaimana, ia gadis yang bisa mencurahkan kata katanya menjadi nasehat yang baik buat semuanya. Tulisannya juga bagus, cocok buat para remaja. nembus ke hati pokoknya" puji Widya sambil memeluk buku yang di lengangnya.
"Lo, sejak kapan suka Zauja?" tanya Zahra menatap wajah Widya dengan cermat ya.
"Sejak sebelum ketemu kamu." ujar Widya polos.
Zahra hanya bisa mengembuskan nafas dalam dalam dan mengeluarkan nya kembali.
"Semua gara gara," desahnya.
Zahra, langsung membereskan buku buku yang berserakan. Sedangkan Widya malah anteng dengan buku yang di pegang ya. Ia, malah asyik membaca buku Zauja. Zahra hanya duduk di samping Widya dengan perasan yang tidak bisa dilukiskan.
Perasan yang lain. Perasaan yang hilang sejak 5 tahun yang lalu. Mungkin Widya tidak tahu sesuatu, tapi Zahra juga tidak berniat cerita sama Widya.
Zahra merebahkan badannya, diantara buku buku bersama Widya. Angin pagi hari begitu sejuk dan segar sekali. Sepoi Sepoi angin mengelus lembut rambut Zahra.
Pikiran wanita 20 tahun itu entah kemana? Widya tenggelam dengan cerita yang di buat oleh Zauja.
Widya memang belum pernah bertemu dengan Zauja, tapi melalui tulisan ia seperti mengenal dekat Zauja. Zauja seorang gadis berasal dari kampung yang telah berhasil menghasilkan beberapa karya.
Karya karya Zauja salah satunya. Misteri Pernikahan Pengantin. Menceritakan dua alam yang bersatu. Alam nyata dan ghaib.
Dua tokoh yang berbeda. Harus menikah, di alam gaib. endingnya itu yang bikin wow tidak pernah di tebak sama sekali oleh pembaca.
Awalnya Widya menyangka kalau dua tokoh itu menikah. Tapi, pas endingnya mereka hanya butuh kehangatan melalui bacaan Al Qur'an yang disampaikan oleh orang yang sudah meninggal pada orang yang belum meninggal.
Perjodohan protagonis dan tokoh pendukung tidak di laksanakan kerena mereka masih remaja. ayah sang tokoh memberi peluang untuk anaknya supaya mengajar cita cita.
Pokonya Widya suka novel itu. Sampai ia punya 5 novel itu. sering dibaca berulang ulang. sampai isi novel itu diluar kepalanya.
"Aku pengen ketemu?" ujar Widya menatap Widya.
"Ketemu? Ketemu sama siapa?" tanya Zahra kaget. Ia memandang wajah Widya.
"Zauja!"
Zahra mendesah. ia pura pura tidur. Widya memukul lengan Zahra. Zahra, diam saja. Kerena pukulan Widya tidak sakit. Hanya pukulan biasa saja.
***
"Baron! Sakit!" teriak Zahra mengentak kan tangannya yang di pegang oleh Baron.
"Kamu nggak mau kan Widya tahu?" tatap Baron sinis.
"Maksudmu?" tanya Zahra membalas tatapan Baron. Tangannya, masih di pegang oleh Baron.
Baron tanpa ba bi bu lagi menceritakan apa yang terjadi di hadapan Zahra. Zahra geram. Ia menarik tangannya dari genggaman tangan Baron yang kuat.
"Cukup! Baron, gue nggak mau berurusan sama lo lagi." teriak Zahra menampar muka Baron.
Laki laki itu hanya tersenyum. sinis. menatap Zahra yang bisa melepaskan diri dari Baron. Baron mengejar Zahra, ia tidak ingin wanita itu lolos!
Zahra yang tahu, Baron mengikuti langsung masuk kampus Untirta, ia akan bersembunyi disana. Ya biarpun ia bukan salah satu mahasiswa disana, tapi ia tahu Selak seluk Untirta.
Baron! yang pertama kali masuk kampus cuma mendesah. kesal rasanya. Zahra langsung menuju auditorium Untirta. Disana ia akan bertemu dengan Ageng.
"Kamu kenapa?" tanya Ageng saat di hampiri oleh Zahra yang nafasnya memburu, seperti dikejar maling.
"Ketemu Baron saat mau kesini. Tadi dia megang tanganku, sakit," Adu Zahra. Ia, mengatur nafasnya biar bisa menjawab pertanyaan dari Ageng.
Ageng hanya melirik. Ia melihat wajah Zahra yang penuh dengan keringat, dan ia mengambilkan tisu buat Zahra. wanita muda itu menerima dan mengeringkan keringat dari wajahnya.
Mata Ageng menatap layar laptop di depannya. ia seperti mencari sesuatu di dalam dokumen yang ada di laptop. pria.muda usia 25 tahun hanya menghela nafas saat ia sejak tadi tidak menemukan file yang dicarinya.
Zahra yang melihat hanya diam saja. Ia duduk di samping Ageng. Ditangan wanita itu membawa se gelas jus mangga kesukaan Ageng. Dan beberapa makanan kecil, Zahra menyimpan makanan dan jus ke hadapan Ageng.
Ageng memandang wajah Zahra dengan lembut. Akhirnya, Ageng memutuskan berhenti untuk cari file. Ia memakan makanan yang di pesan Zahra.
Mereka asyik sekali bercengkrama. menikmati hari yang mulai siang hari. Siang yang seharusnya panas, kini terasa sejuk. apalagi tadi pagi hujan dengan lebatnya. Zahra menyangka kalau hujan tidak akan berhenti. Kenyataannya, hujan berhenti ketika pukul 12.00.
Awalnya Zahra tidak akan keluar. Tapi, jam 13.00, Ageng meminta Zahra ke kampusnya yang berada di dekat terminal.