Sean menahan tawanya. Dia teringat akan apa yang terjadi malam itu, lalu berkata, "Tidak, Yah. Ibu Mertua sangat baik padaku…"
Ketika teringat tamparannya pada Lianny, Sean masih merasa sangat puas.
Sebagai menantu Lianny, entah apapun perlakuan dan perkataan keterlaluan yang pernah Lianny perbuat padanya, Sean juga tidak bisa memukul orang yang lebih tua, apalagi seorang wanita. Jadi, bisa membalas dendam secara diam-diam adalah hal yang menyenangkan.
"Maureen, duduklah. Akan ada pertunjukkan. Kenapa kamu tidak menontonnya? Aku juga ingin tahu seberapa banyak rekan-rekan di Indonesia yang lebih baik daripada diriku!" kata Sean.
Suhendra mengangguk lega, tetapi tidak menyangka Sean memiliki pikiran seperti itu. Butuh rasa percaya diri yang seberapa kuat untuk duduk di sini dan menikmati pertunjukan lawannya?