Kali ini Sean datang ke Bogor selama setengah bulan dan bertemu dengan Sisi setiap hari. Ketergantungan dan kasih sayang Sisi pada ayahnya semakin dalam. Jadi, ketika Chevin mengatai Sean orang tidak berguna, Sisi menangis dan meraung. Dia tidak memperbolehkan orang lain berkata seperti itu tentang ayahnya.
Meskipun Sisi masih kecil, tekadnya sangat kuat agar orang lain tidak menghina ayahnya dan mempermalukan ayahnya. Sisi yang awalnya sudah tidak memiliki tenaga pun memaksa dirinya untuk berdiri kokoh dan melakukan kuda-kuda.
Sisi terus berkata pada dirinya sendiri, "Aku putri Ayah! Aku bisa melakukannya! Aku tidak boleh mempermalukan Ayah!"
Sementara, Chevin mendengus dingin, benar-benar tampak sangat menghina.
Waktu demi waktu berlalu. Sisi tetap pada postur kuda-kuda sesuai standar selama lebih dari sepuluh menit. Tanpa sadar kakinya bergetar, tetapi dia masih menahan napasnya dan bersikeras bertahan.