Aku dan Mbak Is mendekat, lalu duduk di dekat ibu. Ku sentuh tangan Ibu dengan sangat perlahan.
Ibu seakan tersadar dari lamunannya, lalu menoleh ke arahku. Lagi-lagi, setitik buliran bening itu meleleh membasahi pipi ibu. Tangan kecilku, ku dekatkan ke wajah ibu, lalu ku usap dengan perlahan kristal bening yang terus meleleh itu.
"Ibu," bisikku.
Ada kerinduan yang tak pernah mampu untuk aku ungkapan dengan kata-kata, yang aku tahu, rasanya begitu sesak dan sakit.
Aku selalu berusaha menahan air mataku saat berada di dekat ibu. Walaupun sebenarnya aku sangat terluka melihat keadaan ibu.