Di kantor.
Nia masuk ke dapur dan menemui Wati.
"Enak ya, jadi dia. Waktunya kerja malah jalan, sama bosnya lagi, huft." Tukas Nia sengaja ingin mengompori Wati. "Coba aja Andre masih hidup," imbuhnya dengan nada penyesalan yang dalam.
"Kamu iri Nia? ow iya, minta tolong jangan bawa-bawa Andre, dia sudah bahagia di sana," jawab Wati, tanpa msngalihkan pandangannya dari cucian gelas di hadapannya.
"Eng, enggak Mbak. Tapi Nia yakin kalau Mbak ngelarang, pasti emang gak baik. Tapi dia?" Nia melebarkan kedua tangannya menengadah ke atas. "Padahal udah aku ingetin lo Mbak,"
"Nia lagi gak ada kerjaan ya?"
"Em, ada sih Mbak, nanti aja deh. Cuman dikit,"
"Heh, gak boleh gitu. Cepat selesaikan dulu, nanti bos marah, kamu dipecat malahan!" ucap Wati.
"Iya Mbak." jawab Nia disertai dengan rasa kesal luar biasa.
Dia mulai memutar otak, apa yang harus dilakukannya, agar Radit dan Afifah bisa berpisah, lalu dia bisa mengambil kesempatan untuk mendapatkan hati bosnya.