Radit meninggalkan rumah sakit tanpa meminta maaf kepada Afifah, seperti yang sering dia lakukan. Bahkan dia tidak berpamitan atau menanyakan bagaimana Afifah nanti pulang ke mes. Dia pergi berlalu begitu saja.
Setitik buliran bening mulai menetes dari pelupuk mata Afifah. Ada rasa bersalah menggelayut di pikirannya. Tidak seharusnya dia memaksa untuk membuka ponsel Radit, dia sangat menyesal. Tapi di sisi lain, Radit juga bersalah telah membohonginya. Untuk apa dia mau menerima telepon bahkan menyetujui untuk membelikan makanan wanita itu.
Afifah berjalan lunglai ke arah ruangan tempat Dona dirawat.
"Fah, lama banget? loh! kenapa kok nangis?" tanya Sari.
Afifah tiba-tiba menubruk Sari lalu memeluknya dengan erat.
"Radit Mbak, Radit marah sama aku, Rafit marah," ucapnya, tangisnya pecah.
Sari mengehela nafas, bagaimanapun juga gadis ini telah menyelamatkan hidup putrinya.