Chereads / Gebetan Aku / Chapter 27 - Bab 27

Chapter 27 - Bab 27

Setelah ayah tiriku dinyatakan meninggal karena kecelakaan lalulintas, jenazah ayah tiriku sudah dibawa pulang oleh papaku dan juga aku. Papaku mengadakan acara tiga malam dirumah kami sendiri untuk menghormati alm. suaminya, papaku mengundang banyak saudara, kerabat, sahabat, teman agar datang untuk melayat sekaligus memberi ucapan turut berdukacita kepada keluarga yang ditinggalkan.

awalnya papaku tidak mengundang bunda dan si kakak tapi aku membujuk papaku agar mengundang si kakak dan bunda untuk datang ke acara tersebut

"Bella, tante Shintya, terima kasih sudah datang kemari" sambut aku

"nak kami turut berduka cita atas meninggalnya mas Arthur" hibur bunda

"terima kasih tante" kata aku

"bagaimana keadaan papa kamu?" tanya si kakak

"saat ini papa masih dalam keadaan berduka, tapi kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya" kata aku

"tante, bagaimana keadaan Ade sekarang?" tanya aku

"Ade masih dirawat diruangan ICU, dokter belum mengizinkan kami untuk membesuk Ade"? kata bunda

"semoga Ade lekas sembuh"? harap aku

"Bella, tante ayo silahkan masuk" aku mempersilahkan

si kakak dan bunda mengangguk dan tersenyum lalu masuk kedalam rumahnya papaku.

Acara berlanjut hingga tengah malam, banyak tamu yang sudah pulang tapi ada juga yang masih betah dirumah papaku

ketika aku sedang menjamu tamu undangan, Bunda dan si kakak datang menghampiriku untuk pamitan

"nak, tante pulang dulu yah" pamit bunda

"eh tante sudah mau pulang yah" kataku

"iya besok tante harus kerja" kata bunda

"Adit gue pamit dulu, esok gue mau ke rumah sakit mau cek keadaan Ade" kata si kakak

"apa perlu saya temani " tawar aku

"nggak usah, mending loe jagain papa loe" kata si kakak

lalu bunda dan si kakak meninggalkan rumah papaku dan pulang ke rumah mereka

Tiga hari sudah berlalu, kini iringan-iringan mobil dan motor dijalan menandai jenazah ayahtiriku akan dibawa ke pemakaman, banyak yang mengantar jenazah ayah tiriku ketempat peristirahatan terakhirnya, isak tangis mewarnai prosesi acara kedukaan itu,

kini kami sudah ada di TPU dimana aku dan papaku berdiri disamping peti jenazah ayah tiriku. Acara diisi oleh ceramah dan khotbah dari diiringi dengan nyanyian dan doa dari pemuka agama. Sepatah dua kata diucapkan oleh sanak saudara, kerabat, sahabat dan teman dari almahrum yang hadir. Kemudian peti jenazah diturunkan keliang lahat setelah itu ditutup dengan tanah dan pasir oleh para petugas pemakaman

lalu diatas makam ditaruh batu nisan yang terukir nama ayah tiriku lalu ditaburi bunga oleh para keluarga. Tidak lama kemudian orang-orang yang hadir di area pemakaman satu per satu meninggalkan tempat itu sehingga tersisa segelintir orang saja termasuk aku, papaku, bunda dan si kakak tanpa si adik

"nak yang tabah yah sekarang kamu yang akan menggantikan ayahmu menjaga papamu dan menjadi tulang punggung keluarga" kata bunda

"iya tante saya akan berusaha untuk menjadi orang yang berguna untuk keluarga saya" kata aku

"Adit gue yakin loe orang yang kuat, jaga papa loe baik-baik dan gue minta maaf kalo gue ada salah sama loe" kata si kakak tanpa si adik

"iya, gue maafin loe" aku ikhlas

Mereka menghampiri papaku yang masih bersedih dimakam suaminya

"Arlan kamu yang sabar yah, kamu..." ucapan bunda terpotong

"kamu nggak usah sok peduli sama saya, kamu senangkan lihat saya susah" papaku emosian

"jangan salah paham, saya bukan orang yang bersenang-senang diatas penderitaan orang, saya juga merasa kehilangan ditinggal oleh orang yang saya sayangi" bunda bersimpati

"mas Arthur"  papaku menangis diatas nisan

"nak, tante pulang dulu yah?" pamit bunda

"Adit, gue pulang dulu, hibur papa loe" pamit si kakak tanpa si adik

"terima kasih kalian sudah datang kemari" kataku

"sama-sama" ucap bunda dan si kakak tanpa si adik bersamaan

Setelah bunda dan si kakak tanpa si adik pamit, aku menghampiri papaku

"pa, papa tidak apa-apa?" tanya aku

"iya papa nggak apa-apa?" papaku terisak

"ayo pa kita pulang, sebentar lagi hujan turun, Adit nggak mau papa jatuh sakit" kata aku

papaku menuruti perkataan aku

Hari sudah malam, hujan turun dengan derasnya membasahi bumi, kilat saling bersahut-sahutan, bunyi guntur menggelegar.

Keesokan harinya pelangi menyambut pagi, burung-burung berkicau, daun-daun meneteskan embun. Hari yang baru telah dimulai