Aku menjaga papaku yang kondisi tubuhnya sedikit melemah, aku meminta dokter itu agar memeriksa kesehatan papaku. Dokter itu menyarankan papaku menghindari stress, istirahat yang cukup dan mengkonsumsi vitamin dan suplemen
Saat ini aku merasa bimbang dan bingung apakah aku harus bergabung dengan tim futsal tingkat nasional atau menjaga papaku yang lagi sakit. Papaku yang melihat aku sedang melamun kemudian datang menghampiriku
"Nak lagi mikirin apa?" tanya papaku
"eh papa, apa pa sudah makan dan minum obat?" tanya aku
"sudah dari tadi" kata papaku
"nak apa kamu baik-baik saja" tanya papaku
"pa Adit bingung" kata aku
"kenapa bingung" tanya papaku
"ehm... sebentar lagi Adit akan masuk ke tim futsal sebagai pemain futsal tingkat nasional" kata aku
"bagus kalau begitu" papaku senang
"tapi pa siapa yang akan menjaga papa kalo Adit nggak ada" aku galau
"nak, papa bisa jaga diri papa sendiri" papaku yakin
"tapi Adit takut kalo papa kenapa-kenapa" aku resah
"nak papa tidak akan kenapa-kenapa lagi pula selama ini Adit kan ingin menjadi pemain futsal tingkat nasional dan keinginan Adit sebentar lagi akan terwujud, papa tidak mau menghalangi mimpimu nak" papa meyakinkan aku
"bagaimana kalo papa sementara tinggal dirumahnya tante Shintya, ibunya Bella pasti tidak keberatan" kata aku
"tapi nak, papa tidak mau merepotkan mereka, lagi pula papa pernah jahat sama mereka, papa nggak yakin kalau mereka mau menerima papa tinggal disana" papaku ragu
"Adit yakin mereka sudah maafin papa, merekakan masih keluarga kita juga" kata aku
"nak kalo begitu nanti coba hubungi mereka" kata papaku
"iya pa nanti Adit hubungi" kataku
tiga bulan kemudian, aku menghubungi si kakak
"halo, Bella" sapa aku
"eh Adit apa kabar" tanya si kakak
"gue baik, makasih" balas aku
"apa ibu loe ada" tanya aku
"Bunda lagi kerja, emangnya ada apa" tanya si kakak
"ehm... sebenarnya gue pingin minta tolong sama ibu loe" kata aku
"minta tolong apa?" tanya si kakak
"apa boleh kalo papa gue tinggal dirumah ibu loe" tanya aku
"apa, tinggal disini?" tanya si kakak
"iya hanya sementara aja, soalnya papa gue kondisinya lagi nggak bagus" kata aku
"mmm... yah gue coba tanya Bunda dulu" kata si kakak ragu
"makasih yah Bella" kata aku
"iyo" balas si kakak
lusanya bunda dan si kakak tanpa si adik datang kerumahku
"nak apa kabar" sapa bunda
"baik tante" kata aku
"hai Adit" sapa si kakak
"hai juga" balas aku
"nak apa papa kamu ada dirumah" tanya bunda
"ah iya papaku ada dirumah" ulang aku
"ayo silahkan masuk" aku mempersilahkan
"Tante, Bella, silahkan" aku menunjuk sofa
"tunggu sebentar saya panggil papa dulu" kataku
"pa, ada tante Shintya dan Bella" kataku
"dimana mereka nak" tanya papaku
"mereka ada diruang tamu, pa" jawab aku
"hai mas Arlan apa kabar" sapa bunda
"baik" jawab papaku
"halo om apa kabar" sapa si kakak
"baik" jawab papaku lagi
"oh kalian mau minum apa nanti saya bikinin" kata papaku
"tidak usah repot-repot, makasih" bunda sungkan
"oh iya kata nak Adit kamu lagi kurang sehat yah" tanya bunda
"eh iya, tapi sudah agak mendingan" kata papaku
"oh iya apa kamu jadi tinggal dirumah saya" tanya bunda
"eh iya itu kalo kamu nggak keberatan" papaku nggak enak
"ha.. ha.. ha.. tentu saja tidak, aku malah senang kalo kamu tinggal dirumah aku" bunda tidak keberatan
"emangnya kapan kamu mau tinggal dirumah saya" tanya bunda
(bunda bertanya pada papaku tapi aku yang menjawabnya)
"maaf tante mungkin dalam waktu dekat ini, sebenarnya sebentar lagi saya akan masuk ke tim futsal sebagai pemain futsal tingkat nasional, dan saya takut tidak bisa menjaga papa saya, saya tidak mau papa saya tinggal sendiri jadi saya menyarankan agar papa saya sementara tinggal dengan tante" jelas aku panjang lebar
Beberapa bulan kemudian papaku sudah tinggal dengan bunda sedangkan aku sedang siap-siap berangkat ke ibukota untuk bergabung dengan Tim Futsal Tingkat Nasional, si kakak sendiri sedang mempersiapkan dirinya untuk ujian masuk Perguruan Tinggi sementara si adik sedang ujian akhir sekolah tingkat SMP