Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Other Side My Queen

🇮🇩Asraulrica_
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.6k
Views
Synopsis
Antheia Valloma, Ratu dari sebuah kerajaan yang terletak di pesisir pantai. Seorang Ratu yang dikenal dengan kebaikan hatinya. Tak hanya itu, Ratu Antheia juga dikenal dengan reputasinya yang sangat baik. Namun, siapa sangka Si Ratu rupanya memiliki sisi lain dalam dirinya? Sebagai Antheia, SI Ratu dan sebagai Valloma, Si Pembunuh bayaran. Suatu hari, identitasnya sebagai Valloma diketahui oleh seorang pria bernama Ragnar. Bagaimanakah respon Valloma atas masalah hal ini?
VIEW MORE

Chapter 1 - I- Antheia Valloma

"Ratu Antheia?" suara lembut menyapa telinga Sang Ratu.

Antheia Valloma, perempuan berusia dua puluh tujuh tahun yang kini memegang gelar 'Ratu' di sebuah kerajaan pesisir pantai. Sebuah kerajaan besar yang sudah berada di bawah kepemimpinannya selama kurang lebih dua tahun setelah kematian kedua orang tuanya.

Menjadi seorang pemimpin di usia muda cukup sulit untuk Antheia. Dengan berbekal apa yang telah Ibunda ajarkan padanya sewaktu masih menjadi seorang putri pewaris kerajaan, Antheia memulai banyak perombakan pada sistem kerajaan. Tak hanya itu, kebijaksanaan Antheia juga membuatnya melengserkan beberapa orang dari jabatannya, kemudian menggantinya dengan yang Antheia rasa lebih pantas.

Ratu Antheia memiliki delapan saudara. Dari sekian banyaknya saudara yang dia miliki, hanya satu yang merupakan saudara kandungnya. Yang lain adalah anak dari selir sang ayah.

Meski begitu, mereka bersaudara dengan baik-baik. Bahkan, tidak ada rasa cemburu di antara mereka.

"Sarapan sudah siap, Ratu Antheia." Ucap Essie.

Ratu Antheia yang tadinya sedang sibuk memandang ke luar, mengamati pergerakan rakyatnya segera menoleh. Ratu Antheia merupakan sosok Ratu yang ramah. Dia tidak sungkan untuk tersenyum seperti saat ini.

"Baiklah." Jawabnya.

Dengan sigap, Essie mengantarkan Sang Ratu menuju ruang makan istana. Selama Sang Ratu melangkah, para pelayan sudah menunduk tanpa berani mengangkat kepalanya. Mereka menghormati Sang Ratu.

"Apa saudara-saudara saya sudah berkumpul di sana?" tanya Ratu Antheia, membuat Essie segera mengangkat wajahnya dan menjawab.

"Terakhir kali, saya hanya melihat Putri Zielle, Pangeran Emrys, dan pangeran Lorcan." Jawab Essie sembari mencoba mengingatnya.

Tak semua saudara Ratu Antheia tinggal di Istana. Beberapa ada yang memilih untuk tinggal di kediaman selir dan beberapa lagi memilih untuk tinggal di kastil.

Hanya ada empat saudaranya yang tinggal di Istana. Zielle yang merupakan adik kandung Antheia, Emrys yang merupakan pemuda laki-laki tertua, Lorcan yang masih berusia dua belas tahun atau yang paling muda, serta Serria yang merupakan gadis remaja yang sedang jatuh cinta.

Mendengar salah satu saudaranya tidak hadir, Ratu Antheia langsung bertanya. "Dimana Serria?"

"Putri Serria sejak tadi pagi keluar dengan Yang Mulia Ibunda Loren." Jawab Essie, membuat langkah kaki Ratu Antheia terhenti seketika.

Dia memutar tubuhnya dengan anggun, menatap Essie tajam. "Kenapa mereka tidak meminta izin padaku?" tanya Antheia dengan raut wajah yang tidak suka.

Dia mengkhawatirkan saudaranya, takut jika terjadi hal buruk pada saudaranya.

Essie yang melihat mimik wajah menyeramkan Antheia segera menunduk takut. Meskipun Ratunya terkenal sangat ramah, tidak bisa dipungkiri bahwa amarah Antheia cukup menyeramkan.

"S-saya kurang tahu, Yang Mulia Ratu." Cicit Essie ketakutan.

Antheia berdehem, kemudian melanjutkan langkah kakinya. Sewaktu sampai di depan pintu ruang makan yang terbuka, Antheia membalik tubuhnya sejenak, ingin bertanya pada pelayannya. "Cari Zemax. Katakan padanya bahwa saya memanggil dia saat ini juga." Ujar Antheia sebelum akhirnya masuk ke dalam meja makan, meninggalkan Essie yang kini sudah berlari mencari Zemax atau penjaga pribadi Sang Ratu.

***

***

Denting sendok dan piring sudah beradu, membuat suara tersendiri di ruang makan Istana. Tak Ada yang berani membuka suara di saat makan sudah dimulai. Mereka harus menunggu hingga semua yang ada di sana menyelesaikan makannya jika ingin berbicara.

Tak hanya itu, kebanyakan pelayan yang bertugas memberi kabar tak ada yang berani untuk masuk ke dalam ruang makan saat acara makan telah dimulai. Mereka memilih terlambat memberi kabar daripada harus terkena amarah.

Bagaimanapun juga, hidup di Istana memang terikat dan wajib memiliki sikap yang baik.

Namun, ada satu orang yang dengan beraninya masuk ke dalam dan berbicara dengan Sang Ratu tanpa merasa sungkan sedikitpun. "Apa Yang Mulia Ratu Antheia memanggil saya?"

Zemax, seorang pengawal pribadi Antheia sekaligus merupakan teman masa kecilnya. Mereka sudah bersama-sama sejak lama, menjalin persahabatan yang cukup kuat sehingga mendiang Raja sangat mempercayai Zemax dan mengijinkan Zemax untuk menjaga putri kesayangannya.

"Apa kau tahu kemana Serria dan Ibunda Loren pergi?" tanya Antheia setengah berbisik.

Zemax berdehem, kemudian mengangguk. "Yang Mulia tidak perlu khawatir. Saya sudah menyuruh Cassian untuk mengawal Putri Serria dan Yang Mulia Ibunda Loren. Mereka hanya berniat ke pasar untuk melepas lelah." Jawab Zemax, membuat Antheia kini bisa merasa lebih lega.

Sembari melirik saudara-saudaranya, Antheia kembali berisik sangat pelan pada sahabatnya. "Jam sepuluh malam, kau bisa menungguku di gerbang barat." Kata Antheia sangat lirih hingga saudaranya tak ada yang mendengar.

Zemax yang mendengar itu terdiam tanpa ekspresi. Seperti biasanya, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan ruang makan. Memang seperti ini peraturannya. Saat Antheia memberitahu sebuah rahasia, Zemax dilarang untuk merespon.

Tak terasa, semua orang sudah menyelesaikan makannya. Emrys yang tertua setelah Antheia seperti biasanya segera membuka suara. Pangeran tampan dengan mata hijaunya yang kini berusia dua puluh lima tahun, hanya berjarak satu tahun dari Antheia.

"Yang Mul—"

"Emrys, mengapa kau selalu membantahku? Berapa kali Kakak sudah memberitahumu bahwa Kakak tidak suka dipanggil seperti itu oleh kalian." Tegur Antheia, memotong ucapan sang adik.

Bahkan, Antheia tidak memanggil adik-adiknya dengan sebutan Pangeran dan Putri. Dia hanya ingin mereka tetap seperti keluarga tanpa mempedulikan gelar yang ada.

Emrys segera meminta maaf. "Maaf, Kak Antheia."

"Baik, jadi apa yang ingin kau katakan?" tanya Antheia, mengingatkan Emrys tentang ucapannya yang sempat terpotong olehnya.

"Rakyat sudah memberontak dan menginginkan seorang Raja. Mereka berpikir bahwa seorang Ratu saja tidak akan mampu memimpin kerajaan. Jika Kakak masih belum menikah, Emrys khawatir Kakak akan dilengserkan atas kesepakatan para Menteri dan kepala daerah." Ujar Emrys, memberitahu tentang kekhawatirannya pada sang Kakak.

Antheia yang mendengar hal itu terdiam selama beberapa saat. Ya, rakyatnya sedang menuntut seorang Raja untuk memimpin mereka, menyuruh Antheia untuk menikah dalam waktu dekat. Tetapi, Antheia belum menemukan tambatan hatinya. Dia masih menikmati kesendiriannya menjadi seorang Ratu meskipun Antheia sendiri akui bahwa ini tugas yang cukup berat untuknya. Bahkan, dia sampai bertindak kotor di luar Istana.

"Kau tahu sendiri bahwa Kakak membenci pernikahan palsu. Kakak akan segera menemukan pria yang Kakak cintai dan menikah dengannya. Kau tidak perlu khawatir, Emrys." Kata Antheia.

Emrys dan saudaranya yang lain saling pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya salah satu dari mereka menyeletuk. "Bagaimana dengan Pangeran Zemax? Kalian terlihat serasi. Selain itu, Zemax juga berasal dari keluarga yang terpandang di Kerajaan Calford." Celetuk Zielle.

Zemax bukan hanya pengawal biasa. Dia adalah seorang pangeran kerajaan di kerajaan Calford yang memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada Antheia. Hal itu dikarenakan Zemax menganggap Antheia sebagai adiknya.

"Pangeran Zemax?" tanya Antheia, memastikan pendengarannya. Dia merasa agak mustahil dengan apa yang adik-adiknya katakan. Bagaimanapun juga, mereka takut pada Zemax. Banyak yang bilang, Zemax sangat menyeramkan dan tidak memiliki perasaan

"Ya, Pangeran Zemax. Kalian terlihat serasi."