Suara musik aliran R&B mengalun keras di ruangan studio tari milik Sheren. Kaki dan tubuh Sheren bergerak dan meliuk-liuk mengikuti irama lagu. Di studio itu terdapat beberapa orang juga bergerak sama mengikuti gerakan Sheren.
Hampir lima menit berlalu mereka menarikan gerakan koreografi. Sampai akhirnya musik dan lagu berhenti mereka pun berhenti menari.
"Sheren, ponselmu dari tadi bunyi terus!" ucap salah satu rekannya di studio tari.
Sheren kemudian menghampiri tas pinggangnya yang dia simpan di sudut studio. Dia menatap layar ponselnya yang tertera nama kontak Bianca. Sheren kemudian pergi keluar dari studio tari agar bisa leluasa menerima telepon.
'Kalau dia menelepon pasti ada klien yang meminta jasa,' batin Sheren kemudian mengusap tombol hijau.
"Ya Bianca, ada apa?"
"Ada pekerjaan untukmu!"
Sheren tersenyum dengan seringainya. Sudah lama dia tidak mendapat pekerjaan dari Bianca.
"Siap, apa yang harus aku lakukan?"
"Seorang bernama Kyle meminta kita untuk membantunya."
"Bantuan macam apa? Memata-matai, menggoda orang, menipu orang, membuat jebakan untuk perebut suami orang. Apa itu?" tanya Sheren.
"Kau harus berpura-pura menjadi klien dan menemui seseorang. Kau jadi Kyle!" Bianca memberi tahu pekerjaan untuk Sheren.
"Pekerjaan itu sangat simple. Kenapa tidak kau saja?" tanya Sheren pada Bianca yang merupakan rekannya juga.
"Ah tidak bisa. Hanya kau yang cocok memerankan Kyle. Cewek tomboy seperti aku mana bisa jadi wanita anggun dan berkelas," jawab Bianca.
"Berapa bayarannya. Dan berapa lama aku harus menjadi Kyle?" tanya Sheren menanyakan bayarannya dulu sebelum dia menjawab setuju.
"Seratus ribu dollar!"
"What, kenapa bayarannya tinggi. Apa aku harus menjadi dia dan bertemu dengan seorang ketua Mafia yang kejam?" tanya Sheren merasa heran.
"Tidak, bukan seperti itu. Kau hanya perlu menemui seorang ibu-ibu yang sakit dan seorang putranya di sebuah rumah sakit."
"Bianca, itu terlalu mudah misi yang kau berikan. Tapi aku curiga. Kenapa Kyle berani membayar mahal untuk pekerjaan seperti ini?" tanya Sheren masih tidak ingin menerima tawaran pekerjaan itu.
"Klien kita Kyle tidak mau dijodohkan dengan putra ibu itu. Jadi tugasmu ke sana adalah untuk menolak perjodohan itu!"
"Oh, jadi begitu rupanya. Baiklah aku akan melakukannya. Tapi aku minta bayarannya setengah dulu. Aku harus membayar uang sewa studio tariku!" ucap Sheren.
"Ok,deal. Aku akan mengirimkan detailnya lewat email. Segala sesuatu tentang misi dan klien kita aku akan kirim!"
"Ok Honey. Thanks! Kau memang Dewi Penyelamatku. Di saat aku bingung harus mencari uang tambahan!"
"Ckkck. Sssh. Kau tutup saja studio tarimu itu. Dan terima lamaran Aland. Dijamin kau kaya tujuh turunan!"
"Bianca, please jangan bawa-bawa nama Aland lagi. Aku tidak mau mendengar namanya lagi!"
"Oke-Oke maaf. O –Ya hari ini juga kau harus segera terbang ke London!"
"Se-sekarang?" tanya Sheren.
"Ya sekarang. Bersiaplah!"
Sheren kemudian segera menutup sambungan teleponnya. Dia akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk misi dan pekerjaannya kali ini. Sebuah pekerjaan sampingan yang tak banyak orang tahu. Semua orang yang mengenal Sheren hanya akan tahu kalau Sheren hanyalah seorang koreografer dan memiliki studio tari. Pekerjaannya itu sudah lama dia lakukan. Dulunya Sheren adalah seorang penari latar yang sering mengiringi para penyanyi di atas panggung. Hobinya dengan seni gerak tubuh itu membuat Sheren merasa tertarik untuk membuka studio tari dan membuka studionya untuk orang-orang yang ingin belajar koreo dan tari padanya.
Sebenarnya studio itu adalah hanyalah tempat pelarian Sheren di mana kalau dia sedang merasa penat dengan kehidupannya. Dia akan menari hampir seharian di sana. Membuat macam-macam koreografi untuk klub tarinya. Studio dan klub tari Sheren memang baru dibuat. Tetapi lewat pengalaman dan ketekunan Sheren, klub dan studio tarinya itu sudah memiliki lumayan banyak member atau anggota.
Bagi Sheren, dengan menari dirinya akan bisa mengeluarkan energi negatif dari tubuhnya, terlepas dengan itu semua dilakukan karena hobi.
Dan selain sebagai pemilik studio tari dan juga koreografer, diam-diam Sheren juga memiliki pekerjaan lain. Sebuah pekerjaan yang rahasia. Tidak seorang pun mengetahuinya, kalau Sheren juga adalah seorang freelancer untuk biro jasa yang absurd.
****
"Kau harus bisa meyakinkan Tuan Axton dan juga keluarganya kalau kau itu adalah Kyle!!!"
Sheren terus terngiang-ngiang ucapan Kyle saat dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Langkahnya tergesa-gesa menuju salah satu ruang rawat di rumah sakit itu. Kakinya terasa sakit karena dia harus menggunakan sepatu high heels yang jarang sekali dia memakainya. Namun demi misi dan tugas yang dia harus lakukan saat ini, dia rela melakukannya.
Langkah Sheren terhenti ketika dia berada tepat di depan sebuah pintu ruangan. Sheren menarik napas dalam-dalam seolah dengan dia melakukan itu dia bisa melakukan misi ini dengan baik.
Pintu dia buka dan dia mulai melangkah masuk. Suasana terasa begitu hening. Sheren mendapati beberapa orang di sana. Satu laki-laki dan satu perempuan tua yang terbaring dengan alat-alat medis yang tertempel di tubuhnya.
"Selamat siang, aku sudah datang." Sheren menyapa keduanya dengan suara pelan.
Laki-laki itu menoleh ke arah Sheren dengan tatapan dingin. Dia terlihat kaget melihat kedatangan Sheren.
"Apa kau yang bernama Kyle?" tanya laki-laki itu dengan suara yang tertahan.
Sheren mengangguk pelan. Kemudian dia berjalan mendekat ke arah tepi tempat tidur. Sheren menatap wajah pasien yang terbaring itu. Seorang perempuan tua yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit Sheren artikan.
"Ma, gadis itu sudah hadir. Apa Mama bisa melihatnya?" tanya laki-laki itu tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan ibunya yang terpasang selang infus.
Bibir perempuan tua itu bergetar melihat wajah Sheren. Sheren kemudian langsung memegang tangan ibu itu sambil tersenyum.
"A-apa yang ingin Ibu katakan padaku. Aku sudah datang ke sini?" tanya Sheren dengan suara terbata. Dia berusaha untuk tidak ketahuan kalau dia bukan Kyle.
"A-aku ingin kau menikahi putraku!" suara perempuan itu terdengar lemah namun mampu membuat terkejut laki-laki itu. Sheren sudah tahu apa yang akan dibicarakan wanita itu.
"Ma, apa maksud Mama?" tanya laki-laki yang merupakan anaknya itu.
"Kalau kau menikah dengannya. Mama tidak akan punya penyesalan. Kau mau kan menuruti permintaan terakhir Mama!" suara perempuan itu makin melemah.
"Ma!" Laki-laki itu berusaha untuk menolak, tapi Sheren bisa melihat kalau laki-laki itu tidak mau membuat ibunya kecewa.
"Berjanjilah kau akan menikahinya!" Sekali lagi suara ibunya terdengar memaksa.
"Ma, kalau aku menikahinya, apa Mama bersedia dioperasi?" tanya laki-laki itu.
Perempuan itu pun mengangguk pertanda setuju.
"Jika operasi ini tidak berhasil, mama tidak akan menyesal kalau kau akan segera menikah."
Laki-laki itu terlihat ingin menangis. Sheren hanya menatap keduanya dengan perasaan campur aduk. Baru kali ini misi dia seperti ini. Dan Sheren merasa tidak nyaman melakukannya di depan orang yang terlihat sekarat.
Sheren mencoba bersikap seperti apa yang Kyle minta sebagai kliennya. Kyle mengatakan kalau dia harus menolak perjodohan itu.
"Ibu, maaf tapi sepertinya …. " Kalimat Sheren belum selesai terucapkan namun laki-laki itu sudah memotongnya.
"Kita akan segera menikah. Mama tenang saja. Aku akan menikahi gadis pilihanmu!" Laki-laki itu mengatakan kalau dia akan menikahi Kyle. Tentu saja Sheren tidak bisa tinggal diam jika dia tidak segera menolaknya. Kalau pernikahan itu terjadi, itu artinya misinya telah gagal. Kalau gagal dia harus mengembalikan uang muka yang sudah diberikan Kyle padanya.
"Nyonya Brant. Aku tidak bisa …." Mulut Sheren terkunci ketika laki-laki itu tiba-tiba menyeretnya dan mendorongnya menjauh dari ranjang pasien. Tatapannya begitu nanar. Sejenak Sheren terpaku karena melihat wajah laki-laki itu yang tampak sangat marah.
Laki-laki itu kemudian maju beberapa langkah dan memaksa kaki Sheren mundur ke belakang sampai akhirnya dia tersudut di tembok ruangan rawat pasien itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya laki-laki itu dengan tatapan ingin membunuh. Sheren menelan ludahnya ketika melihat wajah laki-laki itu. Terlihat dingin dan sangat menakutkan.
"Tuan Axton!" lirih Sheren mencoba untuk menenangkan emosi laki-laki itu.
"Aku tahu kau bukan Kyle yang asli."
Kedua mata Sheren membola ketika mendengar kalau laki-laki bernama Axton itu mengetahui kalau dirinya bukanlah Kyle.
*Dari Author
Hai para pembaca setia WEBNOVEL. Van sekarang ikut lagi dalam kontes menulis di Webnovel Indonesia. Jangan lupa untuk menambahkan ke list buku favorit dan memberikan review rating bintang lima nya. Terima kasih yang sudah mengikuti karya Van Theglang di Webnovel. Yang ingin lebih dekat lagi mengenal authornya. Bisa tengok dan follow IG nya di @rifdazvan_vantheglang.