Rey lalu menatap Damian dan dia mengingat kembali berbagai ekspresi yang telah dia lihat sebelumnya pada Damian, tapi dia tidak pernah melihat senyum yang dipenuhi dengan kesedihan seperti ini. Hatinya kembali terenyuh melihat senyum yang ditunjukkan oleh Damian itu.
"Kamu..." Rey ingin sekali menghilangkan aura kesedihan yang ditujukan oleh Damian, tapi dia tidak tahu harus berkata apa.
'Aku tidak akan membiarkanmu mati.' Rey merasakan gelombang kegelisahan saat dia melihat ekspresi Damian dan bertekad akan mengakhiri ini semua secepatnya.
Hampir saat itu juga, aura kesedihan menghilang dari wajah Damian dan dia berdiri dari kursinya. Dia melangkah menuju pemutar musik antik, lalu memilih sebuah kaset yang kemudian dia letakkan di atas pemutar itu. Dan kemudian dia menekan tombol mulai.
Irama yang merdu dan romantis menggema di dalam ruangan itu. Damian melangkah ke sisi Rey dengan tangannya yang terulur di hadapan Rey.
Rey terdiam saat memahaminya perilaku Damian. 'Gerakan ini...'
"Untuk permintaanku yang terakhir, maukah kamu berdansa denganku?" Damian membungkuk sebagaimana bangsawan lakukan ketika seorang pria meminta sebuah ajakan untuk berdansa pada orang yang ingin diajaknya.
'Ketika rasa panik mereda dan rasa khawatir sudah menghilang, hanya untuk saat ini, kali ini saja, maukah kamu memberikanku sebuah kesempatan untuk menggenggam tanganmu?' Damian tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaannya ini. Dalam harapannya, kata-kata yang terucap dalam hatinya akan tersampaikan langsung pada Rey meskipun itu adalah hal yang mustahil.
Saat waktu berlalu di setiap detiknya dengan Rey yang tidak kunjung menggenggam tangan Damian, Rey menyadari bahwa tangan Damian yang terulur mulai bergetar. Rey menyimpulkan kalau Damian keras kepala namun takut ditolak ajakannya.
Berbagai alasan yang terbentuk di pikirannya untuk menolak Damian mulai menghilang.
Tangannya, perlahan dan ragu-ragu, diletakkan pada tangan Damian.
Tangan Damian terasa dingin di genggaman Rey dan Rey masih bisa merasakan keringat dingin yang muncul di telapak tangan Damian.
Kalau dipikir-pikir, cara Wolfie mengekspresikan dirinya pada Rey adalah ekspresi yang jujur, polos dan hangat layaknya sinar matahari.
Tapi sebaliknya, cara yang ditunjukkan oleh Damian adalah ekspresi yang dingin, seperti sinar bulan selama waktu musim dingin, selalu dengan tenang tersembunyi di belakang awan. Akan tetapi, jika seseorang memperhatikan dengan seksama, mereka akan menyadari sinar lembut dari cahaya bulan yang dipancarkan di balik awan itu. Seperti bagaimana Damian yang sedang menampilkan ekspresi lembut saat dia menuntun Rey berdansa bersama dengan irama musik. Meski tubuh Damian bereaksi dengan kaku saat dia mencoba sekuat mungkin untuk mengendalikan tangannya yang saat ini bergetar di genggaman Rey yang menunjukkan bagaimana takutnya Damian ditolak oleh Rey.
Rey tidak menyadari kalau dia bahkan menggenggam lebih erat pada genggaman tangan mereka berdua.
Kedua pria itu bergoyang dengan pelan mengikuti musik lembut yang sedang mengalun di sepenjuru ruangan.
Maju ke depan... Mundur ke belakang...
Kecanggungan di awal dansa dan sentuhan itu perlahan berubah menjadi saling memahami.
Tangan yang berada di pinggang Rey tampak mengerat saat keduanya saling bersentuhan semakin dekat, tangan Rey berada di dada Damian hingga dia bisa merasakan debaran jantung Damian yang keras.
Rey bahkan merasa lebih bingung karena hal ini, bagaimana bisa jadi seperti ini? Perasaan apa yang sedang dia rasakan saat ini?
Dia sudah memiliki Wolfie, lalu kenapa bisa dia merasa sedih pada seseorang yang pernah menyakiti Rey dan melukainya dengan parah?
Dia bisa merasakan bahwa Damian sebenarnya ingin memeluk Rey dengan erat tapi terlalu takut untuk melakukannya. Dan itu membuatnya... merasa sedih dan ingin menangis.
Fajar telah tiba, sinarnya kini menembus kegelapan. Hari sudah berakhir. Dansa mereka perlahan berhenti.
Di antara sinar cahaya pagi yang terpancar dengan samar-samar, Bintang Pagi muncul di kaki langit.
Saat angin badai telah menghilang, tatapan satu sama lain mengunci mereka. Tidak ada satu pun yang ingin melepaskan pandangan satu sama lain. Pandangan yang ingin memahami satu sama lain.
Keduanya kini merasa ragu-ragu untuk mengakhiri hari ini.
~~~~
Saat fajar telah menyingsing, pelayan tua itu merasa segar dan kemudian seperti biasa muncul di depan kamar tuannya dengan secangkir teh pagi dan makanan kecil untuk tuannya.
Dari balik pintu, pelayan tua itu masih bisa mendengar suara musik dari dalam ruangan tuannya, jadi dia ragu-ragu sejenak di depan pintu sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk dengan pelan pintu ruangan tuannya sebelum dia membukanya.
Ketika pintu terbuka, pelayan itu terkejut dengan pemandangan yang dia lihat dari dalam ruangan.
Kemudian, dia dengan perlahan tanpa suara keluar dari ruangan tuannya dan menutup pintu.
Tuannya, saat pelayan itu membuka pintu ruangan, sedang mendaratkan sebuah ciuman di dahi Rey.
Sinar pagi yang menyelip dari jendela besar di ruangan sedang menyinari sosok keduanya yang mana membuat tuannya terlihat lembut tidak seperti biasanya.
Rey yang berada di pelukan Damian merasa terkejut dengan perasaan bingung yang terlihat di matanya saat mendapatkan ciuman di dahinya.
Pelayan yang melihat semuanya itu menyandarkan punggungnya di balik pintu dengan menghela napas, merasakan sedih pada pemandangan yang dilihatnya itu.
'Pada akhirnya... Tuan pun jatuh cinta padanya, pada manusia itu. Tapi hal ini sangat disayangkan baginya karena perasaan tuannya akan sama seperti sebelumnya... tidak terbalas oleh orang yang dicintainya.' Pelayan itu pun semakin merasa sedih memikirkan apa yang terjadi pada tuannya.
Di kota di mana pelayan dan tuannya itu tinggal, ada sebuah tradisi. Orang-orang akan menari di sekitar api unggun dengan kekasih mereka dan semua orang yang berada di sekeliling mereka akan memberikan doa pada mereka.
Ketika tarian itu telah berakhir, si pria akan memberikan sebuah ciuman di dahi kekasih mereka.
Itulah bagaimana cara seorang pria di tempat asalnya akan menunjukkan bentuk cinta mereka yang paling dalam kepada kekasih mereka.
"Kamu..." Rey menatap Damian dengan bingung saat Damian melepaskan bibirnya pada dahi Rey.
Damian hanya tersenyum sebagai balasannya saat melihat ekspresi bingung dari Rey, "Itu hanyalah sikap sopan pada seseorang setelah berdansa di tempatku, kamu tidak perlu memikirkannya."
Damian kemudian melepaskan Rey, lalu berbalik berjalan menuju tempat tidurnya.
"Aku lelah. Sebelum kamu melewati pintu portal itu, tolong panggilkan pelayan itu kemari." Kata Damian dengan suara tanpa emosi.
"..." Tangan Rey terulur seakan-akan mencoba untuk menggenggam sesuatu.
Tapi... Apa yang sebenarnya ingin dia genggam?
Rey akhirnya membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu untuk keluar dari ruangan Damian.
Damian sedang berdiri di balik jendela raksasa dan sedang menatap ke luar menara.