Pada konferensi pers pre-match, manager Liverpool Ralf Ragnick memberitahukan pendapatnya mengenai pertandingan putaran ke 35 antara Liverpool melawan Southampton di Anfield.
"Kami sangat siap menyambut Southampton di Anfield. Van Dyke masih cedera, kami tidak akan memainkannya di pertandingan kali ini. Namun, tidak masalah. Kami masih memiliki pemain lain.
Southampton merupakan tim yang bagus. Mereka mencapai hasil yang bagus terlepas dari kekalahan mereka melawab Arsenal. Kami akan mencoba membatasi Kazuki, dia pemain yang berbahaya. Namun, Ahmed sedang dalam keadaan yang bagus, aku yakin Liverpool akan memenangkan pertandingan ini."
Tidak ada kata-kata penghinaan ataupun kesombongan, namun orang-orang dapat merasakan Ralf Ragnick tidak terlalu peduli dengan Southampton. Liverpool belum terkalahkan di Anfield sepanjang musim 2011/2012. Rekor mereka membuat sebagian besar penggemar sepakbola yakin bahwa Liverpool akan memenangkan pertandingan ini. Bahkan beberapa penggemar Liverpool mengunjungi akun sosial media Kazuki dan memberi selamat atas dua kali kekalahan beruntun.
Bahkan Juventus yang mengalahkan Liverpool hanya bisa meraih hasil imbang melawan Liverpool di stadion Anfield. Dengan rekor seperti itu wajar bagi semua pihak menganggap pertandingan ini tanpa ketegangan sama sekali. Walaupun bek tengah andalan Liverpool, Sergio Van Dyke tidak bisa hadir dalam pertandingan ini.
Dalam konferensi pers pre-match Southampton, George bersikap rendah hati. Mengenai pertandingan ini dia berkata, "Liverpool musim ini adalah tim yang sangat menakutkan terutama di kandang mereka. Peluang kami memenangkan pertandingan ini sangat rendah. Walaupun begitu kami tetap akan berusaha sebaik mungkin, tak peduli apa hasilnya.
Meski Liverpool kehilangan sosok Van Dyke namun mereka masih memiliki Matip dan Gomez, dua pemain itu tidak bisa diremehkan. Pemain depan mereka, Ahmed juga sedang dalam kondisi yang baik.
Dalam pertandingan ini target kami adalah menahan imbang The Reds."
Kata-kata George adalah jujur dari hatinya. Meski George adalah pelatih yang ambisius dan sangat mengagumi kemampuan Kazuki namun ia masih berpikir bahwa kesempatan Southampton benar-benar kecil dalam pertandingan ini.
Sebelum pertandingan berlangsung, bahkan para penggemar Southampton sendiri tidak mengharapkan kemenangan. Kazuki dapat melihat mentalitas tersebut muncul juga dalam diri rekan-rekannya. Mereka seolah telah mengharapkan kekalahan bahkan jila pertandingan belum berlangsung.
Kazuki merasa mentalitas ini sangat berbahaya, terutama untuk beberapa pemain yang sangat ia pedulikan seperti Ryan, Rustan, dan Wright-Phillips. Dia tidak ingin para pemain muda ini juga terinfeksi pemikiran pesimistis. Ia percaya keajaiban tidak akan datang pada Southampton ketika para pemain Southampton itu sendiri tidak mempercayai keajaiban.
Sehari sebelum pertandingan berlangsung tepat setelah pelatihan harian, Kazuki mengumpulkan Ryan, Wright-Phillips, dan Rustan.
Ryan, Wright-Phillips, Rustan akan menjadi starter menggantikan Crage, Kounde, dan Hugo. Alasan kenapa George memasukan para pemain muda ini ketimbang 3 pemain utama Southampton adalah karena George telah menyerah pada pertandingan ini. Ia berpikir lebih baik menyimpan tenaga para veteran daripada membuat mereka bermain melawan klub seperti Liverpool yang ujung-ujungnya berakhir kekalahan.
"Bagaimana pendapatmu mengenai pertandingan besok?" tanya Kazuki.
Ketiga pemain itu saling memandang satu sama lain. Mereka heran kenapa Kazuki menanyakan hal tersebut. Setelah beberapa saat, Ryan Jr, membuka suara, "Menurut strategi yang dibuat oleh pelatih, kita akan fokus bertahan selama pertandingan. Walaupun begitu aku tidak berpikir kami bisa menahan Liverpool dari mencetak gol."
Rustan menambahkan pendapatnya, "Aku tidak optimis dengan pertandingan besok. Kami mungkin akan kalah. Kami telah bermain melawan Arsenal, dan kami kalah. Sekarang kita akan menghadapi Liverpool yang jauh lebih kuat dari Arsenal maupun Tottenham."
Wright-Phillips memiliki pendapat yang berbeda dengan dua lainnya, "pertandingan besok akan sangat sulit, namun aku ingin memenangkannya. Maksudku, bukankah sangat istimewa jika kita menjadi tim pertama yang menaklukan Anfield?"
Kazuki menjentikkan jarinya, "Benar, itu dia. Tak peduli bagaimana kita bertahan, Liverpool mungkin akan mencetak gol. Namun, jika kita bisa memanfaatkan setiap kesempatan serangan dengan baik maka masih ada kemungkinan kita bisa memenangkan pertandingan besok. Ini permintaan pribadi dariku, aku ingin kalian menjalani pertandingan besok sebagai pertandingan paling penting dalam hidupmu."
Ryan terkejut mendengar permintaan Kazuki, dia bertanya ingin memastikan apa yang ia dengar, "Apa kau ingin mengalahkan Liverpool untuk Manchester United?"
Kazuki menggelengkan kepalanya, "Bukan begitu. Aku yakin semua pesepakbola memiliki mimpi menjadi pemain yang hebat. Dan mimpi seperti itu tidak bisa dicapai jika kita menjalani pertandingan tanpa mengerahkan 100% usaha kita di dalamnya."
Rustan berteriak dengan semangat, "Aku bersemangat setelah mendengar perkataanmu. Kau benar, aku juga punya mimpi seperti itu. Aku merasa malu pada diriku sendiri karena telah menyerah sebelum pertandingan berlangsung."
Ryan mengangguk setuju dengan perkataan Rustan, "Kurasa tidak ada salahnya kita mencoba melakukan yang terbaik."
"Aku mulai membayangkan, jika kita menang melawan Liverpool seberapa heboh media inggris jadinya?" Wright-Phillips berandai-andai.
"Jika Liverpool kalah yang paling heboh tentu saja Manchester Daily," jawab Kazuki.
***
Rangnick bukanlah pelatih baru di sepak bola Jerman. Ia sudah terjun ke dunia kepelatihan di tahun 1983 dengan menjadi pemain sekaligus pelatih untuk klub kampung halamannya, FC Viktoria Backnang. Di klub divisi 6 itulah Rangncik mulai mengembangkan filosofi yang kini dikenal sebagai gegenpressing.
Pada Februari 1983, tim asuhan Rangnick bertemu dengan Dynamo Kiev asuhan Valeriy Lobanovskyi saat keduanya berjumpa di pertandingan persahabatan. Perbedaan level jelas menjadikan tim Rangnick kalah total, namun ia belajar satu hal. Para pemain Dynamo Kiev tak henti-hentinya melakukan pressing sepanjang laga.
Valeriy Lobanovskyi bukanlah satu-satunya inspirasi Ralf Rangnick. Selain pelatih legendaris Ukraina itu, gaya permainan Rangnick juga dipengaruhi oleh Arrigo Sacchi. Dari Arrigo Sacchi, Rangnick mengambil salah satu kunci permainan pelatih legendaris AC Milan itu, yaitu sistem zonal marking.
Bersama kawannya, Helmut Groß, Rangnick kemudian menulis manual pelatihannya sendiri dan mulai mengembangkan taktik atraktif yang kini dikenal sebagai gegenpressing.
Gegenpressing adalah frasa dalam bahasa Jerman, atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan istilah counter-pressing. Alih-alih membentuk ulang formasi atau kembali ke garis pertahanan, pemain akan mencoba memenangkan kembali penguasaan bola setelah sebelumnya kehilangan bola
Alasan kenapa gegenpressing begitu efektif karena gegenpressing mengincar masa transisi lawan. Pada masa transisi, para pemain yang bertahan akan bergerak maju, bek akan lengah karena berpikir tim mereka akan menyerang, dan lebih penting tim lawan belum siap untuk kembali bertahan. Pada sebuah wawancara Ragnick pernah berkata, "Tidak ada playmaker yang lebih baik dari gegenpressing." Maknanya, tidak ada playmaker yang bisa membuat kesempatan menyerang yang lebih baik daripada gegenpressing.
Tentu saja dibalik keunggulan itu ada kelemahan tersendiri. Pertama, gegenpressing tidak terlalu efektif pada lawan yang tidak mau menguasai bola. Kedua, taktik ini sangat menguras tenaga para pemain. Sekali saja badai cedera muncul, maka Liverpool akan turun dari puncak klasemen. Ketiga, kemampuan individu yang sangat baik. Contoh dari kelemahan ketiga adalah saat Liverpool menghadapi Juventus. Pada saat itu, Mattheo mampu menyingkirkan pressing para pemain Liverpool dengan mudah.