Melihat Nathan melakukan ritual tersebut, dan tidak terjadi apapun. Keberanian Cakra semakin bertambah besar. Dengan rasa optimis, dia segera berjalan menuju ke depan pintu toilet tempat tadi Nathan melakukan ritual pemanggilan Mister Gepeng.
Cakra pun bergegas berjalan menuju ke depan pintu toilet. Lalu dia melakukan ritual yang sama persis, dengan apa yang dilakukan oleh Nathan tadi.
Cakra maju mundur sebanyak tiga kali, sambil memanggil nama Mister Gepeng. Lalu mengetuk pintu toilet tersebut sebanyak tiga kali pula. Namun, tiba-tiba aroma bau busuk dan bunga melati hadir memenuhi sekitar toilet tersebut.
Dengan dada yang berdebar kencang, Cakra membuka pintu toilet itu. Namun, tiba-tiba saja ... di hadapan Cakra, berdirilah sosok lelaki bule berlumuran darah, yang memiliki wajah gepeng dan kepala hancur! Sangat mengerikan sekali!
Darah segar terlihat berlumuran di sekujur tubuhnya, lalu dengan cepat. Lelaki bule tersebut, menarik Cakra masuk ke dalam toilet! Dan seketika pintu toilet tersebut pun langsung tertutup sendiri dengan rapat kembali!
Melihat pemandangan tersebut, Cakra dan Heru sangat terkejut sekali. Lalu seketika berlari cepat meninggalkan toilet sekolah mereka.
Sebelum berlari dengan cepat, tangan Heru segera mengambil uang juga handphone-nya milik dirinya dan Cakra. Lalu kabur secepat mungkin bersama dengan Nathan. Mereka berdua berhenti persis di depan pintu gerbang sekolah dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Astagfirullahaladzim! Apa itu tadi Heru?!" tanya Nathan dengan raut wajah yang ketakutan dan tubuh gemetaran.
"Itu adalah Mister Gepeng Reno! Dia datang sungguhan!" jawab Heru dengan suara yang cukup keras. Raut wajahnya terlihat sangat aneh sekali, seperti ... menyeringai dalam kepuasaan.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan saat ini untuk menolong Cakra, Heru?" tanya Nathan masih dengan panik.
"Kita tidak dapat melakukan apapun Nathan! Karena jika kita memberitahukan kepada orang lain, nanti kita yang akan terkena masalah dan disalahkan! Bisa-bisa kita di penjara karena dianggap sebagai penyebab hilangnya Cakra," jawab Heru memberikan pendapatnya.
"Lalu ... sekarang bagaimana, Heru? Cakra telah hilang, diambil oleh hantu Mister Gepeng?" tanya Nathan dengan suara gemetar ketakutan dan nampak cemas sekali.
"Sudahlah Nathan, sekarang sebaiknya kita pulang saja dulu ... untuk menenangkan keadaan. Dan nanti akan kita pikir kan langkah selanjutnya," ujar Heru memutuskan.
"Nanti kalau ada orang yang bertanya tentang Cakra, apa yang akan kita jawab Heru? Apakah kita berpura-pura tidak mengetahuinya saja?" tanya Nathan lagi meminta pendapat Heru.
"Untuk saat ini, sebaiknya begitu Nathan. Kita harus berpura-pura tidak tahu saja," sahut Heru kembali menegaskan.
"Ya sudah kalau begitu ... sekarang aku akan langsung pulang. Sebelum ketahuan oleh Abangku, kalau saat ini aku sedang keluar dari rumah," ucap Nathan akhirnya.
Kemudian dengan cepat Nathan kembali memesan Gribe bike, untuk mengantarkannya pulang ke rumah.
"Kau pulang naik apa, Heru?" tanya Nathan dengan wajah yang nampak pucat pasi.
"Aku pulang naik motorku Nathan, aku menitipkannya kepada penjaga warung rokok yang tidak jauh dari sekolah kita. Ya sudah kalau begitu, aku pulang duluan ya. Sampai jumpa besok di sekolah!" pamit Heru sambil segera pergi meninggalkan Nathan, yang masih berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya.
Nathan menoleh ke arah belakang, melihat kearah sekolah. Seketika dia menghela napas panjang. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini, semua berjalan dengan begitu cepat.
Bagaimana ada orang yang percaya, jika dia menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang hilangnya Cakra saat ini? Cakra hilang karena diambil oleh hantu, Mr. Gepeng?! Nathan merasa kepalanya menjadi pusing. Dia sungguh menyesali perbuatan, yang ia lakukan bersama teman-temannya.
***
Suara adzan Subuh berkumandang dengan indahnya, dengan seketika membuat Nathan terbangun. Matanya nampak sembab karena menangis semalaman. Dia bergegas bangun dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Selesai mandi dan salat subuh. Nathan keluar dari dalam kamarnya. Kemudian langsung berjalan menuju ruang makan. Di sana tampak Abangnya Bimo sudah duduk di kursi dekat meja makan.
"Kau sudah rapi, Nathan?" tanya Bimo sambil tersenyum kepada adiknya.
"Sudah, sarapan apa kita hari ini Bang?" tanya Nathan sambil tersenyum.
"Kita sarapan roti tawar saja ya, soalnya Abang kan ga bisa masak. Kalau kau mau, beli bubur ayam saja di depan!, kata Bimo menawarkan.
"Ga usah Bang, aku makan roti tawar pakai selai kacang saja," jawab Nathan langsung mengambil dua helai roti, lalu mengolesinya dengan selai kacang.
"Ya sudah, Abang berangkat sekolah duluan. Uang jajan sudah ada belum?" tanya Bimo lagi.
"Belum Bang!"
"Nih, uang lima puluh ribu. Kemarin Mama menitipkan kepada Abang uang untukmu. Nanti pulang sekolah langsung pulang ya, jangan ngelantur!" pesan Bimo.
"Siap, Bang!" jawab Nathan sambil tersenyum tipis.
Setelah itu Bimo segera berjalan keluar dari rumahnya, lalu segera mengirimkan pesan whatsapp kepada sahabatnya Gavin. Sebab seperti biasanya mereka akan berangkat bersama.
"Gavin, aku sudah siap. Aku tunggu kau di depan rumahku ya? Terimakasih!" ucap Bimo mengirimkan pesannya.
"Sebentar lagi aku tiba Bimo, OTW!" jawab Gavin.
Setelah itu Bimo duduk sebentar di depan beranda rumahnya, menunggu kedatangan Gavin menjemput.
Beberapa menit kemudian sebuah motor sport berwarna dark black, berhenti di depan pintu gerbang rumah Bimo. Bertepatan pula dengan Nathan, yang keluar dari dalam rumah berniat berangkat sekolah.
"Ayo, kita langsung berangkat!" ajak Gavin sambil tersenyum dan memberikan helm kepada Bimo.
"Siap, Bos!" jawab Bimo dengan gaya menggoda.
"Bang Bimo! Aku berangkat ya, assalamu'alaikuum!" pamit Nathan melambaikan tangannya, sambil menyalakan mesin motornya.
"Iya Nathan, hati-hati di jalan jangan ngebut!" pesan Bimo kepada adiknya itu.
Lalu Wisnu segera menaiki motor Gavin dan duduk di belakangnya.
"Itu siapa, Bimo? Adikmu?" tanya Gavin sambil melihat tajam kearah Nathan, yang nampak sudah mulai meluncur ke jalan raya dengan motornya.
"Iya Gavin, dia Nathan adikku satu-satunya, memangnya kenapa?" tanya Bimo mengerutkan keningnya, sambil melihat raut wajah Gavin yang tidak biasa.
"Apa yang telah dilakukan oleh adikmu itu, Bimo?" tanya Gavin pelan.
"Apa maksudmu, Gavin?" tanya Bimo tidak mengerti maksud pertanyaan Gavin.
"Aku melihat ... adikmu itu, diikuti oleh sosok lelaki bule yang sangat mengerikan sekali!" jawab Gavin menjelaskan.
"Maksudnya?" tanya Bimo semakin tambah penasaran.
"Ada sosok ghaib yang mengikuti adikmu itu Bimo. Seorang lelaki bule, dengan wajah yang gepeng dan hancur, ada di belakang adikmu! Sepertinya ... dia sedang menyelidiki sesuatu. Aku juga belum paham, apa yang diinginkan oleh lelaki ghaib tersebut. Tetapi jika ini dibiarkan, akan membahayakan diri adikmu, Bimo," tutur Gavin dengan raut wajah yang tampak sangat serius. Mendengar perkataan Gavin tersebut, sebenarnya Bimo tidak terlalu aneh. Sebab sejak bersahabat dengannya, dia sudah tahu bahwa sahabatnya ini merupakan seorang anak indigo.
"Astagfirullahaladzim! Benarkah itu, Gavin?" tanya Bimo dengan cemas.
"Mana mungkin aku berbohong kepadamu Bimo. Coba nanti, jika kau bertemu dengan adikmu lagi. Kau tanyakan kepadanya, apa yang telah dilakukan. Sehingga ada makhluk ghaib yang mengikutinya terus menerus seperti itu?" ujar Gavin memberikan sarannya.
"Baiklah, nanti jika aku pulang dan bertemu dengan adikku. Aku akan mencoba menanyakan, tentang penyebab keanehan tersebut," sahut Bimo dengan raut wajah yang tampak cemas.
"Kau jangan terlalu cemas seperti itu Bimo, tenang saja ... insyaallah, adikmu tidak akan kenapa-kenapa. Sudah, sekarang kita langsung berangkat ke sekolah, oke!" ajak Gavin sambil menyalakan mesin motornya.
***
Nathan memarkirkan motor yang dikendarainya di parkiran sekolah. Dengan wajah yang nampak lesu dan sedih. Lalu dengan langkah gontai, dia berjalan menuju ke arah ruang kelas. Dia tampak tidak terlalu memperhatikan sekitarnya.
Mata Nathan mencuri pandang ke arah toilet sekolah, yang baru saja dilaluinya. Ada terbersit kesedihan di dalam hati Nathan mengingat peristiwa semalam.