Bel sekolah terdengar berbunyi dengan kerasnya. Menandakan bahwa sudah saatnya setiap siswa masuk, ke dalam kelas masing-masing.
Nathan bertemu dengan seorang anak perempuan yang bernama Rina, dia merupakan teman satu kelas Cakra.
"Rina, kau hendak ke mana?" tanya Nathan.
"Aku ingin ke toilet Nathan, memangnya ada apa?" jawab Rina balik bertanya.
"Aku hanya ingin menanyakan, apakah Cakra masuk sekolah hari ini?" tanya Nathan ragu. Dia berharap ada sebuah keajaiban, sehingga Cakra bisa hadir di sekolah hari ini.
"Cakra tidak masuk sekolah, katanya sih dia ga pulang ke rumahnya semalam. Sebab orang tuanya, sejak tadi pagi menanyakan keberadaan Cakra kepada teman-temannya. Apakah kau tahu ke mana dia? Karena beberapa hari ini kan kalian dekat sekali," tanya Rina.
"Aku tidak tahu Rina, aku saja kan bertanya kepadamu tadi," jawab Nathan mencoba mengontrol emosinya, agar nampak tenang di hadapan Rina.
"Oh iya, baiklah kalau begitu. Aku ke toilet dulu Nathan!" pamit Rina sambil secepatnya berlalu dari hadapan Nathan.
Mendengar jawaban Rina, jantung Nathan seperti ingin berhenti berdetak rasanya. Ternyata Cakra benar-benar hilang! Peristiwa semalam sungguhan! Bukan sekedar mimpi, Cakra benar-benar diambil oleh hantu Mr. Gepeng tersebut.
Nathan menghela nafas panjang dan melanjutkan perjalanannya. Sebelum memasuki kelasnya, Nathan melewati kelas Heru.
Dia melihat Heru ada di dalam kelas. Bahkan dia terlihat sedang bercanda sambil tertawa terbahak-bahak, bersama dengan teman sebangkunya. Nathan merasakan sangat heran dengan sikap Heru tersebut.
"Bisa-bisanya, dia tertawa terbahak-bahak seperti itu? Seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun semalam?!" gumam Nathan di dalam hatinya, lalu melanjutkan perjalanan memasuki ruang kelasnya.
Nathan duduk dengan lemas di tempat duduknya. Abas yang merupakan teman sebangku Nathan, sangat memperhatikan sikapnya yang aneh itu.
"Kau kenapa terlihat lemas hari ini Nathan? Apakah kau sakit?" tanya Abas sambil mengerutkan keningnya.
"Hari ini aku agak tidak enak badan Abas, makanya agak lemas sekali," jawab Nathan menjelaskan.
"Tadi seharusnya, kau izin saja untuk tidak masuk sekolah Nathan, kalau kau memang benar-benar sakit. Dari pada seperti sekarang ini, kau terlihat sangat tidak bersemangat," kata Abas lagi.
"Tidak apa-apa Abas, insyaallah aku masih kuat untuk mengikuti pelajaran hari ini. Jika tidak, Nanti aku akan izin saja untuk pulang," sahut Nathan sambil mencoba untuk tersenyum.
Tidak berapa lama kemudian, Pak Sugeng guru Matematika mereka memasuki ruang kelas. Kemudian langsung memulai pembelajaran di pagi hari ini.
***
Teeet ... teet ... teeet!
Suara bel istirahat kedua sudah berbunyi, semua siswa segera keluar dari ruang kelas masing-masing untuk beristirahat. Nathan segera bergegas keluar dari ruangan kelasnya, dia berjalan mencari Heru untuk mengajaknya berbicara tentang peristiwa semalam.
Setelah mencari ke seluruh penjuru sekolah. Akhirnya Nathan menemukan Heru sedang berada di belakang sekolah, tempat semalam mereka bertiga saling berkumpul. Heru nampak berbicara dengan serunya, kepada dua orang anak lelaki yang satu kelas dengan dirinya.
"Bagaimana Boim, Bambang? Apakah kalian berani menerima tantanganku nanti malam?" tanya Heru sambil menyeringai menantang, menyepelekan teman-temannya tersebut.
"Aku berani, kenapa tidak!" jawab Boim.
"Aku juga berani!" sahut Bambang dengan nada suara yang dibuat seberani mungkin.
"Baguslah jika begitu, nanti malam aku menunggu kalian di sini. Tepat jam 10! Jangan lupa, bawa uang sebanyak masing-masing lima ratus ribu rupiah, untuk taruhan kita. Deal?!" ujar Heru sambil mengulurkan tangannya kepada Boim dan Bambang.
"Deal!" jawab Boim dan Bambang dengan kompaknya.
Nathan mendengar semua percakapan yang mereka bertiga lakukan tersebut, dan dia dapat menyimpulkan apa yang sedang dilakukan oleh Heru.
Tapi tampaknya Nathan belum paham betul, apa motif yang membuat Heru melakukan semuanya ini. Nathan keluar dari persembunyiannya, lalu berdiri tegak di hadapan Heru, Bambang dan juga Boim.
"Aku ingin berbicara denganmu, Heru!" Seru Nathan dengan raut wajah yang nampak serius sekali.
Melihat kehadiran Nathan, seketika Heru terdiam. Lalu dia berusaha tersenyum, dan mengontrol dirinya dengan baik.
"Baiklah, Bambang, Boim, aku berbicara dengan Nathan dulu ya. Kalian masuk ke kelas duluan sana!" Perintah Heru kepada kedua temannya tersebut.
"Baiklah Heru, sampai jumpa nanti malam Bro! Hehehee," ucap Bambang sambil tersenyum lebar.
Lalu Bambang dan Boim pun berjalan bersama, menuju ke arah ruangan kelas mereka.
"Kau mau apa, Nathan?" tanya Heru sambil duduk di bangku panjang dengan santainya.
"Apakah kau sudah tidak waras, Heru?!" tanya Nathan dengan suara yang penuh amarah.
"Apa maksudmu?" ujar Heru balik bertanya.
"Apa Maksudmu? Kau malah balik bertanya, Heru?! Apa yang kau lakukan dengan Bambang dan Boim tadi? Semalam, kita sudah kehilangan Cakra! Karena setan Mr. Gepeng tersebut! Dan sekarang ... kau kembali ingin melakukan taruhan yang tidak waras itu lagi?! Dengan Bambang dan Boim?" tanya Nathan dengan marah. Dia sangat tidak mengerti dengan sikap Heru ini.
"Itu urusanku, Nathan! Bukan urusan mu!" jawab Heru dengan nada suara yang kesal.
"Astagfirullahaladzim! Jangan-jangan ... kau, memang sengaja, melakukan ini semuanya ya, Heru?!" tanya Nathan dengan ekspresi wajah yang nampak sedang berpikir keras.
"Hahahaa ... kalau iya, memang kenapa? Bukan salahku kan? Kalian sendiri yang sok berani! Hahaha ..." sahut Heru sambil tertawa terbahak-bahak.
"Astagfirullahaladziim! Apa yang kau inginkan, dengan melakukan taruhan seperti itu, Heru?" tanya Nathan lagi masih tidak mengerti.
"Dengarkan baik-baik Nathan. Aku, memang sengaja melakukan ini semuanya! Agar aku bisa mendapatkan harta dan uang, yang kalian miliki! Karena aku sangat membutuhkannya, untuk memenuhi keinginanku! Sekalian, aku juga sedang menjajal, ilmu perdukunan yang diajarkan oleh Bapakku selama ini, hahahaa ..." tutur Heru bercerita.
"Tapi, tidak dengan cara mengorbankan nyawa temanmu juga, Heru!" ujar Nathan lagi.
"Aku tidak mengorbankan nyawa kalian. Kan kalian sendiri, yang ingin uji nyali keberanian? Lalu, di mana salahku? Hehehee ..." ucap Heru sambil tertawa menyeringai membela diri.
"Kau benar-benar sudah tidak waras Heru! Lagi pula, bisa saja pada saat pengundian korek api. Kau yang mendapatkan kesempatan terlebih dahulu, untuk berdiri di depan pintu toilet tersebut? Bukankah, itu juga bisa membahayakan dirimu sendiri?" tanya Nathan masih tidak mengerti dengan apa yang Heru lakukan.
"Aku tidak mungkin mendapatkan urutan pertama Nathan! Hahahaa ..." Heru berkata sambil tertawa geli.
"Apa maksudmu? Kenapa bisa seperti itu?" tanya Nathan penasaran.
"Mudah saja Nathan, aku mengatur sedemikian rupa. Agar bukan aku, yang mendapatkan batang korek api yang pendek. Sehingga pada saat, teman kita dibawa oleh Mr. Gepeng ke alam ghaib. Maka, aku bisa mengambil semua barang taruhan! Mudah saja bukan, Nathan? Hahahaa ... seperti handphone-nya Cakra semalam, sudah aku jual dan aku belikan onderdil motor baru untukku!" kata Heru menjelaskan sambil menyeringai puas.
"Ka-kau ... benar-benar tidak waras, Heru!" ujar Nathan dengan suara yang bergetar menahan amarahnya.
"Kau dengar Nathan, siapa pun tidak akan percaya dengan apa yang telah terjadi pada kita semalam. Dan juga ... karena kau sudah mengetahui, semua rencana dan tujuanku. Sebaiknya, kau diam saja! Karena, jika kau sampai bercerita kepada siapa pun. Aku tidak akan segan-segan melakukan hal yang buruk kepada dirimu juga keluargamu nanti! Hahahaaa ..." ancam Heru sambil tertawa terbahak-bahak. Kemudian bergegas meninggalkan Nathan, yang berdiri mematung di tempatnya.