"Ma-maaf."
Mei Chin pun langsung memegang handuk kecil itu, dan betapa terkejutnya Mei Chin saat dia merasakan benda kecil itu. Terasa sangat lembek, tapi kenyal.
"Kau! Apa yang kau lakukan? Kenapa, di pencet-pencet! Tuan Rold menyuruhmu untuk memegang handuk, bukan memainkan adik kecilku!" marah Morgan ketika Mei Chin mempermainkan adik kecilnya.
Malu? Iya, Mei Chin sangat malu ketahuan seperti ini. Spontan dia melepaskan genggamannya itu, tetapi Morgan langsung berteriak merasakan sakit kemana.
"Pegang , Bodoh!" teriak Morgan kesakitan.
Mei Chin kebingungan saat ini, dia merasa gugup. Namun, saat Mei Chin mendengar Morgan berteriak lagi, spontan tangannya langsung memegang erat benda lembek itu tanpa handuk.
"Akkkhh! Tanganku ternoda, astaga apa itu tadi!" Mei Chin terus mengibaskan tangannya.
Morgan semakin frustasi akan hal ini, dia ingin sekali menjorokan Mei Chin ke dasar jurang. Karena wanita itu, sekarang dia tak bisa berdiri. Setiap kali bergerak, rasa sakit itu datang lagi.
Sebenarnya Morgan bisa memegang adiknya sendiri. Tetapi, saat merasa sakit dia menjadi takut. Tau sendiri kan bagaimana jika kita terluka, mau memegang sendiri rasanya takut.
Itulah yang dirasakan Morgan saat ini.
Morgan takut, dan jalan satu-satunya meminta tolong pada Rold atau Mei Chin, karena di sini hanya ada mereka saja.
"Kau sebenarnya niat tidak, sih! Kalau tidak cepat panggil Tuan Rold, dan aku akan memperkarakan ini semua ke polisi!" seru Morgan bersiap meraih ponsel yang ada di atas mejanya.
Dia tidak tahu bagaimana kondisi ponselnya saat ini, yang Morgan ingat hanya saat dia berlomba minum dengan Mei Chin.
"Tu- tunggu, aku akan melakukannya. Tapi, aku mohon jangan laporkan aku ke polisi. Sungguh ini tidak sengaja, aku hanya reflek saat itu," ucap Mei Chin sangat cepat.
Setelah itu Mei Chin mengambil handuk kecil yang sempat dibuang. Tanpa menunggu lama, Mei Chin langsung mengompres pusaka tak bertuan milik Morgan.
Morgan akhirnya bisa bernapas lega, dia merasa enakan saat Mei Chin terus merawat adiknya. Mei Chin juga sangat teliti, dia terus melakukan apa yang diinstruksikan dokter.
"Ahh, terus seperti itu. Rasanya sangat nyaman, dan tidak sakit lagi," ucap Morgan sambil memejamkan matanya.
Mei Chin melihat Morgan seperti ini menjadi senang, setidaknya dia tak akan masuk penjara. Merasa tugasnya sangat bagus, Mei Chin memutuskan untuk lebih memanjakan Morgan agar lelaki itu melupakan kejadian tadi.
Namun, saat Mei semakin memanjakan adik Morgan. Tiba-tiba Mei Chin di kejutkan dengan perubahan bentuk adik kecil, Mei Chin sangat senang melihat ini, hingga tanpa sadar Mei Chin berteriak sangat kencang.
"Dia kembali hidup!"
***
Rold dan Mety tersenyum penuh arti saat melihat pasangan pasutri itu menunduk malu-malu, usahanya untuk berpura-pura ke toilet membuahkan hasil.
Mei Chin berhasil membuat adik kecil suaminya berdiri kembali, dan dugaan dokter salah. Morgan tak akan mengalami impoten karena hal itu, hanya saja waktu Mei Chin menarik adik kecil Morgan, ada trauma sedikit hingga membuatnya langsung lemas seketika.
Bukan Rold jahat karena berbohong, tetapi mana mungkin dia yang akan melakukan instruksi dokter. Bahkan Rold juga tak akan mengizinkan istrinya melakukan itu semua, sebab itulah di harus berbohong agar Mei Chin mau melakukan semuanya.
"Kalian makanlah, nanti keburu dingin. Jangan malu-malu, tetapi wajar sih pengantin baru kan memang seperti ini," ucap Rold terus tersenyum.
Uhuk ... uhuk ... uhuk ....
Morgan langsung tersedak ludahnya sendiri saat mendengar ucapan itu, Morgan merasa ini sangat ngawur. Bagaimana bisa Rold mengatakan mereka pengantin baru, padahal kenal saja tidak kok jadi pengantin.
"Tuan Rold kalau bercanda berlebihan, kami ini bukan suami-istri. Bagaimana jadi pengantin baru, kenal saja tidak," ucap Morgan menyangkal ucapan Rold.
Mei Chin mengangguk untuk mengiyakan ucapan Morgan, dia tak bisa bicara banyak apalagi mulutnya penuh dengan makanan. Mei Chin merasa sangat lapar, sebab itu dia tidak terlalu memperdulikan ucapan Rold.
"Kalian ini pasangan suami-istri, semalam kalian menikah dan kami menjadi saksi kalian di depan pendeta," ucap Mety penuh kebahagiaan.
"Apa!" Mereka berteriak secara bersamaan.
Sungguh saat ini Mei Chin berusaha menelan sandwich yang dia makan, beberapa kali dia mencoba tetap tak bisa.
"Mi-minum!" seru Mei Chin kesulitan bernapas.
Morgan yang melihat Mei Chin seperti itu mendadak panik, dia langsung memberikan segelas air putih dan Mei Chin langsung meneguknya sampai tandas.
"Ah, hampir saja aku mati. Tetapi, apa kalian bilang. Aku menikah dengan lelaki ini semalam, bagaimana mungkin semua bisa terjadi! Astaga, apa yang kalian pikirkan!" marah Mei Chin setelah rasa serat dalam tenggorokannya hilang.
"Benar katanya, bagaimana bisa kita menikah. Kenal saja tidak, dan ini kalian bilang aku sudah menikah!" Morgan mengusap wajahnya sangat kasar.
Morgan sangat kebingungan, apakah ini hanya candaan atau kenyataan. Jika ini kenyataan, matilah hidupnya. Padahal dia ingin merebut Laura, tetapi kenapa jadi serumit ini.
"Bukankah kalian sendiri yang mengatakan jika kalian sepasang kekasih, dan kalian melakukan kawin lari. Sebab itulah kami tawarkan pernikahan, bahkan kalian langsung menyetujuinya," kata Rold.
"Kapan?" tanya mereka bersamaan.
Mereka tak pernah merasa pernah mengatakan hal itu, dan bagaimana mereka bisa percaya.
"Tunggu, ini ada buktinya kalau kalian berdua sudah menikah." Mety bergegas berdiri dari tempatnya.
Mety akan mengambil surat yang menyatakan mereka telah menikah, jadi tak ada alasan lagi untuk mereka mengelak semuanya.
Sedangkan Mei Chin menunggu dengan harap-harap cemas, Mei Chin mendadak takut. Dia takut semua ini benar, dan bagaimana caranya dia untuk mengatakan semuanya pada keluarga besar.
Mei Chin saat ini hanya bisa gigit-gigit jari, dia sangat takut. Sedangkan Morgan, dia tidak terlalu menampakkan wajah takut, tetapi lebih dominan ke rasa tegang.
"Lihatlah, ini bukti jika kalian menikah semalam dan satu lagi, kalian bisa lihat di ponsel kalian di sana ada foto-foto saat kalian tandatangan surat ini," jelas Mety.
Tanpa membuang-buang waktu, mereka langsung mengambil berkas-berkas itu. Mereka berdua membaca setiap isi dari kertas itu.
"Ini serius? Ini pasti palsu, kalian bisa saja memanipulasi," ucap Mei Chin masih belum terima akan hal ini.
"Silakan cek ponsel kalian, setelah itu kalian bisa berpendapat ini asli atau rekayasa," kata Rold.
Morgan mengangguk, setelah itu Morgan melihat galeri ponselnya. Sungguh mereka sangat terkejut melihat ini, dengan lantang Morgan mengatakan janji pernikahan bersama Mei Chin dalam keadaan mabuk.
Mei Chin mendadak pusing, dia tak ingin ini semua. Dia belum siap menikah, apalagi Mei Chin masih mencintai Shen, kekasih hatinya.
"Tidak!"
Mei Chin pun pingsan. Dia terlalu terkejut melihat kenyataan itu, dirinya benar-benar tidak siap jika harus menjadi istri orang asing bernama Morgan.