Chereads / Perfect MISTAKE / Chapter 5 - Ingin Membatalkan Pernikahan

Chapter 5 - Ingin Membatalkan Pernikahan

Dokter menatap bingung pada tiga orang yang ada di rumah ini. Bagaimana tak bingung, dua kali dia dipanggil. Kenapa tidak sekalian saja tadi pingsannya, kenapa harus jam yang berbeda hingga membuatnya dua kali kerja.

"Dia hanya shocked, istirahat sejenak sambil meminum penurun panas. Demam yang dialami Nona Mei Chin, dikarenakan flu ringan saja," ucap Dokter sambil memasukkan beberapa peralatannya lagi.

Mereka bertiga bernafas lega, setidaknya Mei Chin tidak terkena serangan jantung. Tadi, mereka sempat mengira Mei Chin mendadak serangan jantung setelah melihat bukti-bukti pernikahannya semalam.

"Syukurlah, Dok. Kami sangat khawatir padanya, apalagi Nona ini tidak sadarkan diri ketika makan," ucap Mety penuh kelegaan.

"Minumkan obat ini saat dia bangun, usahakan jangan buat dia semakin stress," kata Dokter sekali lagi.

Mereka kompak mengangguk. Di sarasa semua sudah selesai, dokter memutuskan untuk pulang. Mety dan Rold memutuskan untuk mengantarkan dokter ke depan, sedangkan Morgan masih tertegun melihat Mei Chin.

Morgan merasa sangat bersalah akan kejadian ini, andaikan Morgan bisa mengontrol diri malam itu, semua kejadian seperti ini tak akan terjadi.

"Maafkan aku, Mei," ucapnya sangat lirih.

Morgan menatap lekat tubuh Mei Chin, dia tiba-tiba mengingat kejadian tadi pagi dimana dia memegang dua gundukan itu. Morgan tersenyum aneh, dia bingung kenapa mengingat kejadian tadi.

"Gila, bahkan aku masih merasakan betapa kenyalnya dua gundukan itu. Terasa pas di tangan, dan ... ah, kau gila Morgan!"

Morgan merasa sangat frustasi, dengan cepat dia mengalihkan pandangan agar tidak tertuju pada bukit kembar Mei Chin. Morgan akhirnya memutuskan untuk melihat ponselnya saja, dia ingin tau lebih detail pernikahannya semalam.

Li Mei Chin, aku mengambil engkau menjadi seorang istriku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum agamaku, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus.

Morgan sedikit tersenyum melihat video yang dia tonton. Walaupun dia mabuk, tapi masih bisa mengatakan janji pernikahan sangat lantang.

"Awas saja kau Cruz, aku akan membuat perhitungan denganmu. Gara-gara ide gilamu, sekarang aku terjebak pernikahan dengan gadis yang tak ku kenal," gumam Morgan terus menatap layar ponsel.

Tak lama setelah itu, pendengaran Morgan menangkap seseorang yang sedang menangis. Morgan mengedarkan pandangannya ke arah Mei Chin, setelah yakin itu suara istrinya, Morgan bergegas mendekatinya.

"Hiks ... hiks ... hiks ...."

"Kau, baik-baik saja?" tanya Morgan sangat lembut.

"Aku ... aku, aku tidak ingin menikah denganmu." Tangis Mei Chin langsung pecah seketika.

Mei Chin masih mengingat hal sebelum dia pingsan. Mei Chin bingung harus mengatakan apa pada keluarganya, mana mungkin dia pulang-pulang membawa suami.

"Jangan menangis, kita cari solusi saja. Masalah tidak akan pernah selesai jika hanya menangis, sekarang duduklah dan minum obatnya," balas Morgan terlalu lembut hingga membuat pipi Mei Chin bersemu merah.

Mei Chin menganggukkan kepala, setelah itu dia turun dari atas ranjang. Mei Chin masih memakai selimut untuk menggulung tubuhnya, karena dia tak memiliki baju ganti.

"Pakailah ini dulu, tadi Nyonya Mety meminjamkan baju untukmu." Morgan menyerahkan sebuah baju pada Mei Chin.

"Terima kasih."

Mei Chin bergegas ke kamar mandi untuk mengganti baju, tak membutuhkan waktu lama dia keluar dengan keadaan segar dengan rambut basah.

Morgan sedikit gerah melihat tubuh Mei Chin, dia merasa tergoda. Tetapi, Morgan berusaha menahan segalanya. Morgan tak ingin terlihat seperti orang mesum, yang mudah tergoda dengan postur tubuh wanita di depannya ini.

"Ehem!" Morgan berdehem untuk menetralisir jantungnya.

"Kenapa?" tanya Mei Chin penuh kecurigaan.

"Nggak kenapa-napa," balas Morgan cepat.

"Terus ngapain berdehem, bikin penasaran saja!" seru Mei Chin sedikit kesal.

"Tenggorokanku gatal, Mei!" Mei Chin hanya mengangguk-anggukkan kepala saja.

Sebenarnya dia masih curiga, tetapi dia tak memiliki bukti untuk menuduh. Jadi, Mei Chin memilih duduk di atas meja rias.

"Morgan, semalam kita tidak melakukan ...."

Seketika suasana menjadi hening, Mei Chin tidak berani meneruskan ucapannya. Dia takut, jika saat ini keperawanannya sudah hilang.

"Aku tidak tahu pasti, tetapi aku jamin kamu masih Virgin. Karena aku tidak melihat ada darah di atas sprei, dan tidak ada bekas kissmark," balas Morgan sangat santai.

Mei Chin bernapas lega, setidaknya dia masih menjaga kehormatan. Mei Chin ingin mengakhiri semua ini, jadi jalan satu-satunya hanya bercerai.

"Morgan, aku sudah memikirkan semuanya tadi di kamar mandi. Kita tidak mungkin bersatu, apalagi kita tidak kenal satu sama lain. Jadi, aku harap kamu mau membatalkan pernikahan kita."

***

Morgan duduk termenung di depan rumah Rold, dia masih memikirkan permintaan Mei Chin tadi. Jujur saja, dia memang menikahi Mei Chin dengan tidak sadar.

Namun, Morgan juga tidak ingin mengakhiri pernikahan itu. Baginya pernikahan sekali seumur hidup, walaupun caranya tidak etis. Morgan juga ingin berusaha mempertahankan pernikahan ini tapi, Mei Chin tidak ingin itu terjadi.

Mei Chin masih berharap kekasihnya kembali dan melanjutkan pertunangan mereka. "Sial!" Tiba-tiba Morgan mengumpat kesal.

Morgan tidak bisa membayangkan semua ini terjadi, apapun alasannya Morgan tidak ingin bercerai. Baginya, Mei Chin adalah jodohnya.

"Kau, melamun Morgan."

Sontak Morgan menoleh ke samping, di sana sudah ada Rold yang berdiri membawa dua gelas kopi.

"Aku hanya berpikir saja," balas Morgan tersenyum na'as.

"Jangan terlalu dipikirkan, dia masih sangat shock dan kau tau bercerai itu tidak mudah. Jadi, jika kau tidak ingin bercerai pergunakan waktu ini dengan baik," ucap Rold sangat tenang.

Rold bahkan sudah duduk di samping Morgan, sambil menyodorkan secangkir kopi buatan istrinya.

"Maksudmu, Tuan?"

"Jangan berlagak bodoh, Morgan. Kau tak sebodoh itu, sampai tidak paham dengan ucapanku barusan. Sudahlah, nikmati saja kopi ini dan nikmati hidup selagi dia beri umur panjang," kata Rold lagi.

Morgan hanya mengangguk saja, setelah itu Morgan kembali mencerna ucapan Rold. Walau dia diam, tetapi perkataan demi perkataan Rold masuk ke dalam otaknya ini.

"Rold, apakah aku bisa mempertahankan pernikahan ini?" tanya Morgan tiba-tiba dan tanpa memanggilnya Tuan.

Rold tersenyum mengejek, tadi saja berlagak nggak paham saat Rold mengatakan itu tadi. "Aku tidak tahu, Morgan. Tetapi, aku berani yakin pernikahan kalian akan berhasil, jika kalian saling menerima, juga jujur satu sama lain."

Morgan semakin bingung, jadi sekarang apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus mengejar, atau mempertahankan Mei Chin. Tetapi, Morgan juga takut jika nasibnya tidak akan mujur lagi.

Rasa trauma masa lalunya, membuat Morgan takut untuk berhubungan serius. Karena hanya kesalahan kecil, Laura kekasih hatinya pergi begitu saja.