Diandra seorang laki-laki yang sudah berstatus menikah dan memiliki satu orang putri yang masih duduk di bangku SMP. Usia Diandra saat ini sudah berkepala tiga. Memang saat dia menikah dengan istrinya, yang bernama Diana cukup terbilang muda. Saat ini hubungan suami istri atau rumah tangga mereka dalam masalah. Entah apa yang menjadi pemicu pertamanya, sehingga keduanya sangat egois dan angkuh tidak saling mengalah. Diana yang notabene seorang wanita karir yang memiliki penghasilan yang lebih di banding Diandra, mulai berpikir dan merendahkan Diandra.
Diana seorang wanita istri dari Diandra, wanita karir yang berpendidikan tinggi. Hubungan rumah tangga yang nyaris di ujung tanduk, Diandra dan Diana nyaris kurang berkomunikasi walaupun masih tinggal satu atap.
Bagi Diandra, karena masih menyayangi dan menjaga hati dan pertumbuhan putrinya yang masih duduk di bangku SMP, masih bertahan di dengan situasi tersebut. Padahal diantara Diandra dan Di ada seperti sudah tidak ada titik temu untuk mempertahankan status pernikahan mereka.
Beberapa kali, Diana sudah meminta untuk diceraikan oleh Diandra, namun Diandra masih tidak bergeming. Diandra masih menunjukkan bahwasanya papa dan mama nya baik- baik saja di depan putrinya.
Sifa adalah putri tunggal mereka, antara Diandra dan Diana. Sifa tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Wajahnya sangat mirip dengan Diandra.
Saat ini Diandra hanya bekerja sebagai wiraswasta, membuat berbagai kerajinan tangan dan melukis. Selain itu Diandra yang sangat menyukai burung, akhirnya ternak buruk. Tentu saja Diandra suka mengikuti kontes burung yang diadakan diberbagai kita kota.
Diana masih fokus dengan kerjaan nya sebagai wanita karir. Posisi nya di perusahaan , lebih tepatnya di anak cabang kota itu menjadi CEO. Perusahaan besar milik keluarga nya dan Diana mendapatkan posisi di kota itu. Kesibukan Diana semakin membuat hubungan suami istri itu semakin berjarak dan nyaris tidak ada keharmonisan dan komunikasi lagi.
Saat ini entah sengaja atau tidak, Diana sudah tidak tahan dengan situasi buruk di dalam rumah tangga nya. Diandra nyaris membiarkan Diana keluar masuk di rumah itu. Memang rumah besar dan lumayan mewah itu adalah hadiah pernikahan mereka dari papa, mamanya Diandra. Masing-masing keluarga Diana dan Diandra adalah keluarga yang mampu dan kaya raya. Namun Diandra memiliki kemandirian yang kuat untuk tidak ikut campur dalam urusan bisnis di keluarga nya. Diandra memilih berwiraswasta dengan hobi nya yang tentu saja menghasilkan uang. Walaupun uang yang diperoleh hanya bisa cukup untuk hidup sederhana.
Sifa tumbuh besar mengikuti arahan dan didikan papa nya yaitu Diandra, sederhana dan tidak berpenampilan mewah. Walaupun mereka sebenarnya dari keluarga yang berada.
Diana mendekati Diandra yang fokus membuat lukisan.
" Aku ingin semua nya jelas, Mas! Aku tidak ingin status ku digantung seperti ini. Segera ceraikan aku! Kalau tidak, aku akan menggugat dan bertindak sendiri, mas." kata Diana tegas.
" Nanti! Tunggu sampai Sifa mandiri dan lulus dari sekolah nya. Baru aku menceraikan kamu." sahut Diandra masih fokus dengan kanvas nya.
" Kamu! Sampai kapan? Aku sudah tidak sanggup dan bertahan dengan kondisi dan situasi seperti ini. Berpura-pura baik di depan Sifa. Kurasa Sifa sudah cukup dewasa dan mengerti. Aku pun juga ingin bahagia lahir batin, mas!" kata Diana yang alhasil mendapatkan sorot mata yang tajam dari Diandra.
" Apa kamu sudah menemukan pengganti aku? Sehingga kamu buru- buru ingin minta cerai dari ku?" tanya Diandra akhirnya.
" Itu bukan urusan kamu, Mas!" sahut Diana tegas.
" Hahaha. Apakah kamu sudah tidak bisa mengendalikan hasrat kamu?" tanya Diandra.
" Itu bukan urusan kamu lagi mas!" sahut Diana lagi.
" Aku memahami itu semua. Kita sudah hampir satu tahun tidak melakukan hubungan badan. Tidak kah kamu sudah tidak berhasrat lagi dengan aku, Diana? Badan aku masih bagus, badan aku masih kokoh, kuat, atletis dan ganteng." kata Diandra sombongnya.
" Tapi kamu angkuh, egois dan aku sudah muak dengan harga diri kamu yang cukup tinggi itu." sahut Diana.
" Kamu yang memulainya, kamu yang menjaga jarak, kamu yang minta untuk menyudahi hubungan suami istri ini. Kamu yang mulai bermain api dengan pria- pria itu diluar sana. Ahh sudahlah." kata Diandra mulai emosi.
" Kamu yang mulai bukan? Kamu di tempat gym memiliki banyak wanita yang bisa kamu ajak berkencan." sahut Diana keras.
" Dan kamu sibuk dengan hobi kamu yang tidak penting ini." tambah Diana sambil menunjuk ke lukisan hasil tangan Diandra.
" Sudahlah, Diana! Jangan lagi mencari- cari kesalahan aku. Kalau sebenarnya hatimu sudah tidak menghendaki aku lagi menjadi suami kamu. Asal kamu tahu! Aku tidak pernah mengkhianati kamu, walaupun lingkungan ku banyak wanita- wanita yang seksi dan cantik yang menggodaku." kata Diandra sambil berlalu meninggalkan Diana.