Setelah percekcokan itu, Diana pergi dari rumah dengan mobil mewahnya. Diandra yang mengetahui Diana keluar rumah hanya bisa mengusap dadanya. Bukan tidak sakit, marah, kecewa menjadi satu, Diandra sebagai seorang suami dan laki-laki sudah gagal dalam mendidik dan membina istrinya. Hatinya sakit tatkala dengan terang-terangan istrinya mengatakan telah menjalin hubungan dengan pria lain. Dengan jelas dan lantang berkata bahwa sudah tidak mencintai dirinya. Dari pria itulah, Diana mendapatkan kebutuhan batinnya. Bagi Diandra ini adalah pukulan telak.
Diandra masih laki-laki normal yang kuat syahwat nya. Gejolak nafsunya masih kuat apabila dirinya masih terbilang muda dengan ilmu kepala tiga. Bukan berarti dia tidak ingin dan tidak menghendaki berhubungan badan dengan Diana. Melainkan Diana yang tidak dan sudah tidak menghendaki di sentuh oleh Diandra. Dengan alasan sudah tidak mencintai nya. Padahal kalau menuntut kebutuhan nafkah batin itu, Diandra akan dengan senang hati memenuhi nya. Mau sekali berapa kali pun Diandra pasti akan sanggup.
Diandra semakin rajin berolahraga raga supaya dirinya tidak terjebak oleh keinginan syahwatnya. Diandra memang rajin di tempat gym. Di sana Diandra tentu berjumpa dengan banyak wanita- wanita seksi, cantik dan kaya. Bukan hal sulit jika Diandra ingin menjalin hubungan dengan wanita- wanita itu. Diandra memiliki kesempurnaan sebagai seorang laki-laki. Diandra memiliki postur tinggi dan berat badan yang ideal. Ditambah dengan wajahnya yang gagah dan keren.
Mungkin saja karena Diandra masih sangat dingin, kaku, cuek terhadap istrinya yaitu Diana yang menyebabkan ketidakpuasan oleh Diana. Diandra tipe laki-laki yang kurang bisa menunjukkan rasa suka dan senang nya kepada seseorang. Diandra kurang memiliki sifat yang romantis dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bagi Diana itu sungguh tidak asyik.
Memang penilaian romantis dan seksi bagi setiap orang lain. Bagi Diana dia suka di beri kata- kata indah dan rayuan juga sikap yang nyata dalam perbuatan. Diana menginginkan laki-laki yang bisa merangkai kata- kata indah seperti puisi dan memberikan setangkai bunga dalam setiap hari- hari spesial nya. Diana menginginkan setiap hari ada kejutan dan seolah Diana seperti bidadari atau putri yang selalu di agung- agungkan oleh pasangan nya.
Sedangkan Diandra paling tidak menyukai sikap budak cinta yang baginya terkesan konyol dan bodoh. Diandra tipe laki-laki yang apa adanya, tidak ribet dan tidak bertele-tele. Jika iya, dia berkata iya. Jika tidak suka, Diandra tidak segan berkata untuk menolaknya.
Diandra dan Diana memang menikah karena pernikahan bisnis. Kedua orang tua mereka adalah relasi yang saling menguntungkan dan saling berhubungan. Mereka menikah karena perjodohan. Keduanya tidak bisa menolak nya karena antara Diandra dan Diana memang sangat menyayangi kedua orang tuanya.
Saat ini Diana sudah tiba di tempat yang dijanjikan. Diana masuk di gedung bertingkat yang tinggi menjulang. Diana mulai berjalan mencari kamar yang sudah ada pria idamannya menunggu nya di dalam sana. Diana akhirnya mulai mengetuk kamar itu. Senyuman mengembang dan wajah yang cerah ditunjukkan oleh pria itu ketika membukakan pintu kamar itu. Tangan kanannya membawa seikat bunga mawar putih yang masih segar di sodorkan ke dekat wajah Diana. Diana semakin dibuatnya bahagia dengan perlakuan yang romantis oleh pria itu. Pria muda yang gagah, ganteng dan cukup atletis badannya.
" Terimakasih Pandu, sayang!" ucap Diana sambil memeluk erat tubuh kekar Pandu dan Pandu pun merengkuh tubuh Diana dengan kehangatan.
Pintu kamar itupun ditutup kembali dan sepasang laki-laki dan perempuan itu, mungkin saja di dalam dengan cepat melakukan ritualnya.