Chereads / Another Part Of Me? / Chapter 29 - Part 2.7

Chapter 29 - Part 2.7

Saat ini tim Kepolisian telah mengamankan area TKP, dan dengan sigap memasang police line di area tersebut. Sementara para warga mulai membeludak memenuhi kawasan indekos milik Ryean itu, beberapa hanya menonton dan sekedar ingin tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Hanna dan Sersan Hendrik terlihat berdiskusi di sudut luar ruangan tidak jauh dari kamar indekos Ryean. Hanna segera menjelaskan bagaimana ia bisa menemukan mayat Ryean saat itu, ia juga mengutarakan maksud dan tujuan awal mereka mendatangi tempat itu.

Pihak Kepolisian yang melakukan olah TKP tidak menemukan barang bukti apa pun dalam aksi pembunuhan kali ini, sama halnya dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya. Sang pelaku sangat rapi dalam menjalankan aksinya, tidak ada sidik jari sang pelaku yang tertinggal di area TKP, hanya sidik jari sang korban dan sidik jari Hanna dan Bella yang juga baru saja tertempel di gagang pintu ruangan tersebut yang berada di tempat itu, dan selebihnya nihil. Setidaknya hanya itulah yang dapat diketahui dari olah TKP saat ini.

Mayat Ryean segera dibawa untuk dilakukan proses autopsi oleh dokter forensik yang nantinya akan dibantu oleh dokter ahli patologi, guna mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang mungkin juga dapat menjadi sebab kematian pada korban. Sebelum nantinya mayat korban akan segera dikembalikan ke keluarga korban untuk proses pemakaman.

"Kalian akan dimintai keterangan lebih lanjut untuk kasus ini sebagai saksi!" ujar Hendrik pada Hanna.

"Baiklah aku mengerti!" jawab Hanna, ia sedikit mengkhawatirkan mental Bella saat ini, wanita itu terlihat Benar-benar syok dengan apa yang baru saja mereka temukan.

"Kami akan membawa mayat korban untuk dilakukan proses autopsi. Aku akan memberitahukan hasilnya saat keluar nanti!" tambah Hendrik.

Hanna membawa Bella menuju minimarket yang berada tidak jauh dari tempat itu, mereka duduk di sebuah kursi yang disediakan di depan minimarket tersebut. Hanna membeli dua botol air mineral dan segera memberikan salah satunya pada Bella.

"Sore nanti kita akan ke kantor polisi guna menjadi saksi temu mayat Ryean!" tutur Hanna.

"Kau tidak perlu cemas, kau cukup mengatakan apa yang terjadi sebagaimana mestinya saja!" tambah Hanna.

Bella hanya mengangguk pelan, sedang tangannya terus saja meremas botol air mineral yang baru saja Hanna berikan.

Hanna yang melihat hal itu segera mengambil kembali botol itu dari genggaman Bella, membukanya dan segera menyuruh Bella untuk meminumnya.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja!" Hanna mengelus lembut rambut wanita itu.

"Kau tahu, aku sangat menyesali perbuatanku sebelum ini padanya!" ujar Bella setelah meneguk beberapa kali air mineral yang diberikan oleh Hanna.

"Seharusnya aku tidak seperti itu padanya!" kini mata wanita itu mulai berkaca-kaca.

"Aku tahu jika saat itu Ryean ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi ...." kini Bella tidak dapat menahan air matanya, rasa bersalah itu kini akan terus bersarang dalam hatinya, kenyataan jika Ryean saat ini telah terbunuh membuatnya semakin tidak dapat memaafkan dirinya sendiri.

Sementara Hanna berpikiran lain, ia khawatir jika pembunuhan ini ada sangkut pautnya dengan Bella. Apa Ryean dibunuh karena berusaha memberitahukan sesuatu yang sangat penting pada Bella, tapi apa, pikir Hanna. Ia benar-benar kawatir akan keselamatan Bella ke depannya. Bisa saja Bella menjadi target berikutnya dari sang pembunuh berantai tersebut.

******

Pihak keluarga Ryean yang mengetahui jika Ryean telah di temukan tak bernyawa di kamar indekosnya, histeris sejadi-jadinya, terutama sang ibu. Ia tidak menyangka jika anak satu-satunya itu akan berakhir tragis dalam dugaan rangkaian pembunuhan berantai yang terjadi di kotanya.

Mereka adalah keluarga pendatang di kota itu beberapa tahun yang lalu. Ekonomi mereka tergolong menengah, sang ayah hanya buruh serabutan, sedang sang ibu adalah seorang asisten rumah tangga yang bekerja pada salah satu warga yang cukup berkecukupan di kota tersebut.

Ryean bukanlah anak yang hanya berpangku tangan pada kedua orang tuanya. Untuk membantu meringankan biaya kuliahnya, ia bahkan bekerja freelance sebagai juru foto sewaan di acara-acara seperti pernikahan, wisuda, dan beberapa acara sejenis lainnya.

Pihak Kepolisian telah mendapat izin dari pihak keluarga untuk melakukan autopsi pada jasad Ryean, guna mengetahui penyebab pasti kematian korban. Proses autopsi biasanya hanya memakan waktu sekitar satu atau dua jam saja, namun sedikit memakan waktu untuk menunggu hasil laboratoriumnya keluar, hal itu bisa memakan waktu tiga sampai empat hari, hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah ada kerusakan atau penyakit dalam, yang bisa saja menjadi pemicu kematian korban.

Bella sempat bertemu dengan keluarga Ryean, ia mengutarakan permintaan maaf dan rasa berdukanya atas kejadian yang menimpa Ryean. Ia juga sempat menceritakan perihal kejadian beberapa hari yang lalu pada pihak keluarga, ia berkata jujur jika sebelumnya ia pernah sedikit melakukan kekerasan dan merusak kamera milik Ryean atas dasar salah paham dan emosinya karena perbuatan Ryean kala itu yang dengan sengaja menguntitnya.

"Maafkan saya Pak, saya rasa saat itu Ryean mungkin saja ingin mengatakan sesuatu pada saya, namun saya menanggapinya dengan kurang baik!" tutur Bella pada ayah Ryean dengan penuh rasa bersalah.

Ayah Ryean yang saat itu juga masih sangat syok dan berduka akan kematian anaknya itu hanya mengangguk pelan, lelaki itu mengelus lembut pundak Bella sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan Bella di tempat itu. Meninggalkan Bella yang masih dengan rasa bersalahnya, wanita itu menggenggam erat kamera yang dibawanya.

Proses pemakaman jenazah Ryean akan dilaksanakan besok di kota asal keluarga mereka. Jenazah Ryean akan dimakamkan di sebuah lokasi khusus tempat di mana dimakamkannya keluarga mereka yang lainya, yang telah lebih dulu kembali ke Penciptanya.

Dengan bertambahnya Ryean dalam list dugaan korban pembunuhan berantai ini, kini terhitung 11 nyawa telah menjadi korban keganasan sang pembunuh berantai yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya itu.

******

Beberapa hari setelahnya. Kini Hanna telah mendapat salinan lengkap hasil forensik dan olah TKP dari pihak Kepolisian. Tepat seperti dugaannya sebelumnya, sebab kematian Ryean disebabkan oleh dehidrasi berat yang dialaminya. Saat itu Ryean telah kehilangan lebih dari 15% kadar cairan dalam tubuhnya. Umumnya manusia dapat bertahan kurang lebih sekitar 8 hari tanpa adanya pemasokan air atau cairan. Namun dengan beberapa faktor lain bisa saja hal itu terjadi dalam waktu yang cukup singkat, seperti pada kasus yang terjadi pada Ryean saat ini. Diperkirakan Ryean telah disekap di dalam kamar itu sekitar 3 atau 4 hari dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, pria itu diikat pada sebuah kursi dengan keadaan hanya mengenakan celana dalam, dan ditambah sang pelaku juga menjahit kasar mulut Ryean saat itu.

Dengan keadaan seperti itu Ryean harus bertahan selama berhari-hari dengan sebuah kipas angin yang diarahkan langsung padanya, embusan angin dari kipas tersebut dapat dengan cepat menyerap kandungan cairan dari tubuh Ryean, yang menyebabkan kelembaban tubuhnya menurun secara drastis. Hal itu dapat dibuktikan dari tingkat kekeringan pada mayat Ryean yang ditemukan di TKP, dan beberapa hal lainya seperti, mata cekung, derajat elastisitas kulit yang menurun, dan bibir serta mulut yang kering.

Tidak hanya itu, Ryean juga dinyatakan mengalami gagal ginjal. Hal ini adalah dampak dari komplikasi yang juga biasa ditemukan dalam kasus kematian yang disebabkan oleh dehidrasi berat, seperti halnya kasus yang terjadi pada Ryean saat ini. Pasalnya ginjal adalah salah satu organ dalam tubuh yang tugasnya mengeluarkan zat sisa metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh melalui urine, Jika tubuh mengalami kekurangan cairan maka zat sisa tersebut akan menumpuk dalam tubuh, yang di mana hal itu akan berdampak sangat buruk bagi tubuh manusia yang mengalaminya.

Faktor lain yang menjadi pendukung kematian adalah infeksi pada luka jahitan kasar yang ditemukan pada mulut korban. Tentu saja sang pelaku tidak menggunakan jarum yang steril dalam melakukan aksinya tersebut.

Gejala Bell's Palsy juga ditemukan pada mayat Ryean, itu adalah gejala di mana sistem syaraf wajah berubah menjadi tegang, hingga menyebabkan kaku pada wajah penderitanya. Dalam kasus ini penyakit Bell's palsy disebabkan oleh paparan suhu dingin yang menerpa wajah korban secara terus menerus akibat embusan kipas angin yang diarahkan langsung padanya. Pada dasarnya penyakit ini disebabkan oleh peradangan karena infeksi virus, namun dalam beberapa kasus penyakit ini biasanya juga ditemukan pada penderita hipotermia, dan pengunaan kipas angin secara berlebihan juga dapat menjadi faktor penderita penyakit tersebut.

Hasil visum menunjukkan adanya sedikit trauma pukulan benda tumpul pada bagian belakang leher korban. Di beberapa titik pada leher manusia memiliki pembuluh darah yang bernama carotid artery, jika fungsinya terganggu maka akan terjadi penghambatan pendistribusian oksigen menuju otak, yang bila terjadi dapat menyebabkan pingsan dan kelumpuhan sesaat pada korban yang menerima trauma tersebut. Dan di beberapa kasus juga dapat menyebabkan kematian pada korban.

Kesimpulannya, sang pembunuh mengawali aksinya dengan memberikan sedikit trauma pada bagian belakang leher korban untuk membuatnya pingsan seketika. Sang pelaku dengan sengaja menanggalkan pakaian korban dan hanya menyisakan celana dalamnya saja, kemudian mengikat korban pada sebuah kursi sebelum akhirnya menjahit kasar mulut korban, dan bagian paling pentingnya adalah mengarahkan sebuah kipas angin langsung ke arah sang korban, hal ini dilakukannya untuk mempercepat proses penyerapan cairan pada tubuh korban, dan dengan percaya diri meninggalkan korban dalam keadaan tersebut. Ia tampak seperti telah memastikan jika sang korban tidak akan bertahan dan akan segera menemui ajalnya dalam beberapa hari ke depan dikarenakan dehidrasi berat yang akan dideritanya.

Metode yang sangat sederhana dan tidak sekalipun terpikirkan bahkan oleh Hanna sendiri, itulah mengapa Hanna menganggapnya sebagai seorang genius yang gila.

Dari awal Hanna bukanya tidak menyadari jika orang itu sangat berbahaya, ditambah dengan keahlian dan pemikiran gila yang dimilikinya, tentu kasus ini bukan menjadi hal mudah untuk diselesaikan. Yang menjadi kekhawatirannya adalah berapa jumlah korban yang nantinya akan terus berjatuhan selagi ia dan pihak Kepolisian terus mendalami kasus tersebut. Bahkan sampai saat ini Hanna belum mengetahui tujuan pasti pembunuhan berantai tersebut, walau sebenarnya ia telah memikirkan suatu hal yang menjadi dugaannya.

Belum lagi kasus keracunan makanan yang menewaskan beberapa penyandang disabilitas yang terjadi pada awal bulan lalu, apakah hal itu juga berkaitan dengan rangkaian pembunuhan berantai yang sampai saat ini telah terjadi di kota itu. Hanna menghembuskan nafasnya panjang, "Kasus ini benar-benar sulit untuk dipecahkan," gumamnya kesal, ia sedikit frustasi akan hal itu.