Chereads / Women Killer and Doctor / Chapter 1 - Bab 1

Women Killer and Doctor

Marssky
  • 107
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 86.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1

Dyanra adalah seorang gadis berumur 18 tahun, memiliki kulit putih pucat, pipi bulat menggemaskan. Sangat cantik. Anak dari pasangan Sanjaya Nugroho dan Diana Alexandra.

Dyanra tinggal di sebuah perumahan elit di kota Jakarat. Bisa di bilang Dyanra adalah anak orang kaya. Ayahnya pemilik perusahaan otomotif dan ibunya seorang desaigner terkenal Mancanegara. Dyanra tidak pernah kekurangan kasih sayang meskipun orang tuanya orang sibuk, mereka akan menyepatkan waktunya untuk Dyanra pada hari libur.

Hari ini adalah hari minggu, karena sekolah libur biasanya Dyanra akan bangun agak siang, tapi hari ini tepat jam delapan pagi Dyanra bangun dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Setelah selesai bersih-bersih Dyanra ke bawah untuk melihat ibunya yang sedang memasak.

Bau harum masakan, menguar dari dapur rumah mewah, perempuan paruh baya itu terlihat telaten meracik bumbu yang tertuang dalam wajan.

Sedangkan di meja sudah siap beberapa hasil masakan lain seperti ayam goreng, sambel cabe hijau kesukaan Dyanra dan jangan lupa petenya. Meskipun keluarga mereka, kelurga kaya, akan tetapi mereka tidak terbiasa makan roti, kata Dyanra nggak kenyang kalau Cuma makan roti.

Dyanra sudah duduk anteng di meja makan, menunggu ibunya yang belum selesai menyiapkan makanan dan ayahnya yang masih bersiap-siap di kamar.

"Loh, kamu udah bangun, baru aja mama mau naik ke atas bangunin kamu, tumben sayang cepat bangun?" Tanya Nyonya Diana.

"Soalnya, hari ini Dyanra mau ngajakin mama sama papa jalan-jalan, hari inikan quality time kita," jawab Dyanra sambil mengambil segala macam lauk pauk dan di masukkan ke piringnya.

Tak… nyonya rumah memukul tangan Dyanra.

"Ih..nggak sopan, tungguin papa kamu dulu baru kita makan," ucap mama Diana

"Mama mah….Dyanra udah laper banget ini, kalau nungguin papa kelamaan, mandi aja dua jam," celetuk Dyanra

"Good Morning…, sayang-sayangnya papa, kenapa ini bibirnya manyun kayak bebek?" tanya papa Sanjaya menatap Dyanra yang memanyungkan bibirnya.

"Tuh…papa udah datang, ayo kita makan!" ajak mama Diana.

Keluarga itupun menikmati makanannya, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar di Meja makan. Setelah selesai sarapan mereka pindah keruang keluaraga.

"Pa… jalan-jalan yuk!" ajak Dyanra

"Kamu mau ke mana?" Tanya papa Sanjaya

"Pantai, kan enak tuh berjemur," jawab Dyanra menatap ayah dan ibunya dengan harap-harap cemas, karena selama ini orang tuanya sangat melarang Dyanra untuk ke pantai.

"Jangan ke pantai ya sayang, kita ke Bioskop saja," ucap papa Sanjaya.

"Memang kenapa sih, papah sama mama selalu ngelarang Dyanra main ke pantai?" Tanya Dyanra

Orang tua Dyanra terdiam, mereka tidak tau harus menjawab apa. Selama ini meraka selalu membatasi Dyanra, meraka memiliki alasan, meraka takut kehilangan anak satu-satunya. Apa ini saatnya mereka memberi tahu Dyanra.

"Ok! Dy mau taukan kenapa papa selalu melarang Dy, ke pantai?" tanya papa Sanjaya memandang langit-langit rumah, mengingat masa lalu mereka.

Flashback On

"Dy jangan lari sayang, jangan jauh-jauh dari bunda!" teriak mama Diana mengejar Dyanra.

"Ayo mama kejar Dy!" teriak Dyanra kecil sambil berlari kembali hingga mendekati tepi laut

Saat itu cuaca sedang mendung, petir bergemur di langit tanpa sadar ombak di pantai membesar dan menyeret Dyanra. Saat itu papah Dyanra sedang bermain banana boot dan melihat anaknya terseret ombak. Dyanra hampir meninggal andai saja pada saat itu papa Sanjaya tidak melihatnya. Jadi karena hal itulah papa Sanjaya selalu melarangnya ke pantai.

Flashback of

"Begitulah Dy, papa trauma jika ke pantai dan membawamu, papa takut kejadian itu terulang lagi," ucap papah Sanjaya.

"Ya, sudah deh pa, kita ke mall saja kalau gitu, tapi Dy ganti baju dulu!" seru Dyanra berlari ke kamarnya.

Mereka bertiga berangkat ke mall dengan mengendarai mobil papa Sanjaya, karena mobil papa Sanjaya lebih besar dan muat untuk banyak orang.

Tetapi di dalam perjalanan mereka melihat bus didepan, berjalan tidak sesuai jalur dan melaju ke arah mobil papa Sanjaya.

Tin! Tin! Tin!

Braak! Papa Sanjaya membanting stir mobil hingga mobil menabrak pohon besar di tepi jalan.

Di dalam mobil keadaan sangat mengenaskan kaca depan mobil pecah. Keadaan orang di dalamnya juga sangat mengenaskan.

"Dy…papa minta maaf, tidak bisa menjaga Dy lagi, uhukk..uhukk, jaga diri baik-baik ya sayang," ucap papa sanjaya mendorong anaknya keluar dari mobil. Setelah itu terdengar bunyi ledakan besar dari mobil tersebut

Sementara itu Dyanra tergeletak di pinggir jalan dalam keadaan setengah sadar, sebelum akahirnya dia tak sadarkan diri.

Warga setempat yang melihat kejadian itu berbodong-bondong berlari ketempat kejadian dan melihat Dyanra tergeletak di pinggir jalan, salah satu warga yang mengetahui Dyanra masih hidup membopongnya ke teras salah satu rumah yang terletak di pinggir jalan, kemudian menghubungi mobil ambulance. 15 menit mobil ambulance datang dan membawa Dyanra ke rumah sakit.

Sudah tiga hari Di rumah sakit, Dyanra masih belum sadar, tidak ada yang menungguinya hanya ada suster dan dokter yang memeriksaanya.

"Sus! keluarga pasien tidak ada yang datang?" Tanya dokter Raihan, yaitu dokter yang menangani Dyanra selama tiga hari ini.

"Menurut informasi yang saya dapat, pasien ini sudah tidak memiliki keluarga, mobil yang ditumpangi meledak, menurut warga yang melihat kejadian ada tiga orang di dalam mobil sebelum kejadian naas itu terjadi, dua orang lainnya ikut terbakar dan hanya dia yang selamat," jawab suster

"Kasihan sekali dia, apa kamu tau informasi di mana mereka tinggal?" Tanya dokter Raihan kembali

"Tidak dok, sepertinya mereka bukan orang asli kota ini," jawab suster

tiga jam kemudian Dyanra sadar.

"Hmm…aku dimana?" gumam Dyanra sambil memegangi kepalanya yang sakit.

Dyanra melihat ke arah pintu ruangan, tidak lama setelah itu dokter datang

"Kamu sudah sadar?" tanya dokter Raihan berjalan ke arah Dyanra

"Kamu siapa, dan aku siapa?" Tanya Dyanra bingung

Dyanra tidak bisa mengingat siapa dia dan dari mana dia berasal, siapa orang tuanya semuanya terasa samar di ingatan Dyanra.

Aku harus menjawab apa, gadis ini tidak memiliki identitas kecuali hanya nama yang tertera di gelangnya, batin dokter Raihan

"Kamu Dyanra, istri saya, beberapa hari yang lalu kamu mengalami kecelakaan," jawab dokter Raihan berbohong.

"Tapi kenapa, aku tidak bisa mengingat apa-apa?" Tanya Dyanra

"Kamu mengalami Amnesia sementara, karena benturan di kepala kamu cukup parah," jawab dokter Raihan. Meraka terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga suara Dyanra memecahkan suasana.

"Jadi, kapan aku bisa pulang ke rumah kak?" Tanya Dyanra

"Besok kita pulang ke rumah, karena hari ini kamu masih harus di tangani lebih lanjut," jawab dokter Raihan.

"Ya sudah kakak keluar dulu, kamu istirahat ya!" ucap Dokter Raihan, berjalan keluar kamar rawat Dyanra.

Di luar ruang rawat Dyanra, dokter raihan terlihat gusar. Aduh bagaimana ini, kalau aku bawa dia pulang dan mengakui dia sebagai istriku, aku harus jawab apa ke ibu. Pasti ibu akan akan bertanya macam-macam padaku, batin dokter Raihan.

Di lain tempat, di rumah mewah Dyanra terdapat sesok pria paruh baya sedang duduk di ruang keluarga. Dia adalah joni paman Dyanra.

"Bagaimana, kamu sudah menghancurkan semua bukti mengenai kecelakaan itu?" Tanya joni ke bawahannya.

"Beres Bos!" jawab orang tersebut

Akhirnya semua ke kakayaan sanjaya akan menjadi milikku, batin joni sambil terkekeh pelan menunjukkan semiriknya.