Karena bicara dengan Dion, Vaz mendadak menyadari satu hal, dia sama sekali belum pernah mengunjungi makam Sandara. Jadi disinilah dia berada. Mengenakan turtle neck warna beige dengan topi warna dan celana warna hitam. Angin memang ternyata berhembus sedikit lebih kencang. Dulu dia terlalu takut melihat pusara ini. Terlalu takut menerima kenyataan bahwa ya dia sudah membunuh wanita yang ternyata sangat mencintainya itu.
Vaz memberi sebuket bunga mawar merah di atas pusaranya. Bunga yang menyerbakkan harum yang selalu menajdi favorit Sandara. Vaz mengingat semuanya, setiap kepingan kisah manis mereka dalam ingatan. Selama ini Vaz tidak berusaha menangis saat mengingatnya karena ketika itu dia menganggapnya sebagai sebuah kisah pahit yang justru memancing amarahnya tapi berbeda kali ini. Vaz menangis, dia menumpahkan seluruh rindunya dan penyesalannya yang selama ini salah mengira.