Chereads / Fons Cafe #2 / Chapter 18 - Episode 57

Chapter 18 - Episode 57

Satu tahun pun berlalu.

Keadaan di toko tahu tempe Davies sangat baik. Lita, Amel dan Reza bergantian menjaga toko selama Davies harus bekerja di restoran milik Eugene.

Bibi Linda pun juga sering membantu mereka di sore hari saat Bibi sudah selesai mencuci baju dan menyetrika. Selain itu, Davies berhasil membuat berbagai masakan baru di GAE dengan bahan dasar tahu dan tempe dari tokonya.

Eugene sama sekali tidak keberatan akan hal tersebut. Menurutnya tempe dan tahu memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan. Jadi Eugene mempersilakan saja bagi Davies untuk berkarya sebebasnya.

-----

"Sore Dok, saya kesini untuk konsultasi."

Suara lembut yang sangat dikenal Leo itu terdengar di telinganya dengan jelas. Suaranya jernih, dan Leo memang sudah menunggunya sepanjang hari ini.

"Eugene!" Serunya.

Eugene memamerkan rentetan gigi putihnya yang baru selesai whitening treatment yang berjejer rapih. Rambutnya sudah mulai tumbuh sampai melewati bahu. Oh ya, setahun yang lalu, saat Eugene memutuskan untuk di operasi dia harus memotong rambutnya karena posisi tumornya berada di bagian atas sebelah kanan kepalanya. Jadi, Eugene meminta agar rambutnya dihabisi saja, daripada hanya setengah-setengah.

"Aku baru dari dokter gigi, Le! Coba lihat gigiku! Rapih bukan? Putih, kan?"

"Gigimu akan langsung kuning lagi kalau kau memasak," balas Leo sambil melihat status pasien-pasiennya. "Kau mau kemana habis ini?"

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu. Kau mau kemana setelah jam praktikmu selesai?" Tanya Eugene.

"Aku pulang hari ini ke rumah Eugene. Jadi tenanglah," balasnya.

"Aku ingin ke Fons. Aku sudah janji pada David untuk ke sana hari ini. Aku juga ingin bertemu dengan Kris. Mereka berdua pasti kesepian harus sendirian lagi di natal tahun ini."

Leo terkekeh pelan, menutup status pasien yang sedang di lihatnya. "Ayolah, mereka berdua sudah terbiasa seperti itu. Itu karena mereka berdua terlalu sibuk dengan diri mereka dan pekerjaan mereka. Kau tahu sendiri kalau David selalu sibuk dengan jadwal reality shownya, jadwal sitkomnya, dan baru-baru ini dia dikontrak untuk memerankan drama komedi romantis."

"Kau benar. Mana sempat dia mencari perempuan untuk dinikahinya? Sementara Kris sepertinya hanya tertarik pada laptopnya, dan bisnisnya yang mengalir itu," lanjut Eugene.

Tiba-tiba saja, Eltha masuk seenaknya saja ke dalam ruangan Leo. "Hei, aku menyuruhmu untuk ke ruanganku, Eugene. Doktermu itu aku bukan Leo!"

Eugene terkekeh, "Iya maaf ya. Aku ingin bertemu suamiku, Tha. Jadi aku pikir mungkin aku akan konsul besok saja."

"Besok aku mau cuti."

"Kau bisa menyerahkan hasil pemeriksaaannya Eugene padaku," kata Leo menyanggupi.

"Tidak akan pernah!" Balasnya dingin.

Setahun yang lalu, bukan Leo yang mengoperasi Eugene, melainkan Eltha yang seharusnya menjadi asisten 1 Leo saat operasi Eugene berlangsung. Entah bagaimana, terjadi pendarahan di saat memotong tumornya, sehingga Leo panik dan berhenti di tengah operasi. Dengan cepat, Eltha yang mengambil alih operasi Eugene.

Sejak saat itu Eltha memutuskan satu pihak kalau dia akan menjadi dokter yang bertanggung jawab atas penyakit Eugene. Mulai dari kontrol hingga konsultasi hanya boleh dilakukan olehnya. Dan Leo tidak punya hak untuk berkata apapun bila berhubungan dengan penyakit tumornya Eugene.

"Baiklah, baiklah aku tahu aku memang tidak berguna disini," jawab Leo cepat.

"Baguslah jika kau akhirnya sadar," tukas Eltha. "Baiklah, aku punya kabar buruk dan kabar baik. Kira-kira yang mana yang ingin kau dengar terlebih dulu?"

Eugene masih terkekeh dan menjawab, "Berita buruk dulu tentunya."

Eltha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jadi berita buruknya ada dua. Pertama, aku akan cuti sampai tahun baru, jadi kau tidak bisa menemuiku. Dan yang kedua, hasil patologimu tertinggal di ruang radiologi, berhubung sekarang sudah masuk masa cuti, jadi aku tidak bisa mengambilnya."

Eugene mengerti, "Dan kabar baiknya?"

"Kau bebas dari tumor otakmu total." Eltha mengatakannya dengan mantap, bahkan Eugene segera memeluk Leo saat mendengar hal tersebut. "Selamat ya. Tapi ingat, jika kau mulai merasa pusing atau apapun itu, kau harus segera menemuiku."

Eugene mengangguk. "Baiklah."

Eltha tersenyum lega, lalu membuka pintu ruangan Leo, "Ya sudah. Aku pergi dulu ya! Sampai jumpa kalian berdua!!"

Leo kembali memeluk Eugene dari belakang. Dia pun dapat menghirup harum rambutnya Eugene yang sudah tumbuh itu.

Kemudian, Leo membereskan mejanya sebelum dia pulang. Saat sedang melepaskan jas putihnya dia baru teringat sesuatu. "Oh ya, Eugene, apa kau masih sakit perut? Mungkin saja itu maag atau masuk angin.."

"Itu.. sudah delapan minggu."

Leo menghentikan aktivitasnya begitu Eugene mengatakan hal itu. Leo menatap Eugene.

"Anak kita," tambah Eugene.

Wajah Leo yang menegang, kini berubah menjadi hangat. Dia pun memeluk Eugene dengan penuh cinta.

"Apakah kau senang?" Tanya Eugene.

"Masihkah kau harus bertanya?"

Eugene tersenyum bahagia.

-----

Suara tangisan anak Carlos benar-benar memekakkan telinga. "Hei!!! Kau akan membuat cafeku kehilangan banyak pelanggan, Los jika kau sering-sering membawa anakmu yang rewel itu kemari!" Protes Kris.

"Setuju! Aku juga tidak bisa menghapalkan naskah dramaku disini lagi!" Seru David.

Kini Carlos mendengus sebal. "Lihatkan? Apa kubilang. Seharusnya kita ke luar negeri saja, Rhe, dibandingkan menemani dua lajang yang tak punya harapan disini!"

"Astaga, kasar sekali ucapanmu, Los!" Seru David.

"Sudahlah!" Seru Rhea menengahi, "Kau jelas-jelas Sandy memang rewel. Dan ini pasti karena kau bawel, makanya anakmu rewel!"

"Cukup Los, Rhe!" Balas Tatsuya, "Kalian berdua sudah jadi pusat perhatian disini tahu?"

Sandy yang masih menangis di gendongan Rhea pun diambil alih oleh Tatsuya, lalu segera di berikan kepada Gaby. Dalam hitungan detik, Gaby berhasil membuat Rhea berhenti menangis.

"Adik bayinya berhenti menangis!!" Seru Clement senang, lalu menghampiri Sandy yang berada dalam gendongan Gaby.

"Harusnya dari tadi saja Gaby yang gendong," desis Alex, "Rhea lebih cocok memegang stir mobil di bandingkan menggendong anaknya sendiri."

Alex boleh cukup bangga karena Ellen, anaknya, bukanlah anak yang rewel.

"Sudahlah, kalian berdua masih sama saja. Suka sekali adu mulut!" Seru Steffi. "Istri-istri disini merasa pusing mendengarnya tahu!"

Kriiing!

Pintu Fons terbuka, sosok Leo dan Eugene pun masuk ke dalam sana. "Wah, ini menjadi acara kumpul-kumpul yang menyenangkan!"

"Hei, Le, kapan kau akan memiliki anak?" Tanya David, "Aku ingin memiliki keponakan yang lucu dan menggemaskan seperti Clement dari pada punya keponakan yang rewel seperti Sandy dan sombong seperti Ellen."

Eugene dan Leo sama-sama tersenyum. "Baiklah, tunggu sampai pertengahan tahun depan ya, Vid. Kah akan menjadi Ayah baptisnya!"

Satu detik.. dua detik... tiga detik...

"Astaga!!! Selamat Leo!!!!" Seru David. "Selamat Eugene!!!"

Eugene lalu memegang perutnya yang mulai bermain keroncong. "Sepertinya kita harus mengisi tenaga sekarang. Aku mulai lapar."

"Ayo kita makan!" Seru Carlos, "Aku juga sudah lapar."

Akhirnya mereka semua berhamburan membuka menu Fons dan memesan segala yang mereka inginkan.

"Eugene," bisik Leo.

Eugene pun menoleh.

"Terima kasih karena sudah memilihku menjadi suamimu."

Eugene mengembangkan senyumannya. "Terima kasih karena sudah mengizinkanku menjadi istrimu."

"Hei, ayolah, siapa lagi yang mau pesan?" Sorak Alex, kesal karena banyak yang memesan ini dan itu.

"Ya, aku dan Leo! Dua Aglio Olio!!"

Semuanya pun berakhir indah untuk Leo dan Eugene.

Setidaknya untuk saat ini.

-----