Malam telah beranjak naik. Lelaki dengan rambut yang dipenuhi uban itu tidak juga kunjung menampakan batang hidungnya. Akbar yang menganggap kepergian Sam hanyalah hal sepele, kini ia mulai gusar. Sesekali netranya menatap pada jam yang menempel pada dinding kamar. Malam semakin merangkak naik.
"Kemana perginya, Bapak?" guman Akbar pada dirinya sendiri. Wajahnya mendadak berubah gelisah memikirkan keberadaan lelaki itu.
Akbar mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Jemarinya mengusap lembut pada layar ponsel, melakukan panggilan pada kontak nomor bernama Sam yang ada pada deretan kontak ponselnya.
Tut ... Tut ...
Hanya sambungan telepon yang terdengar di balik telepon dan tidak ada satupun orang yang mengangkat panggilannya.
"Ah ...!" Akbar berdecak kesal, karena panggilannya justru diabaikan oleh Sam. Ia mencoba menghubungi nomor Sam lagi. Namun yang ada sang pemilik ponsel justru mematikan benda pintar itu.