"Kamu baik-baik di sini, sayang! Nanti setelah sembuh kamu segera hubungin aku. Aku akan segera menjemput kamu," ucap Nico pada wanita yang berdiri di hadapannya. Ia terlihat tidak rela jika harus meninggalkan Rahel di Bandung sendirian. Namun kaki Rahel yang masih belum memungkinkan untuk berjalan terpaksa membuat Nico harus meninggalkan istrinya di rumah Tuan Angga.
"Iya, Mas tenang saja. Kata ibu ramuan tradisional warisan keluarga kami dapat menyembuhkan kakiku lebih cepat," ucap Rahel menjatuhkan tatapan pada Nico penuh keyakinan seraya menyungingkan senyuman kecil.
Sepersekian detik netra sipit itu sama sekali tidak berkedip menatap pada Rahel. Ada kerinduan yang terbentang jauh dari tatapannya. Bagaimana ia akan melewati hari-hari tanpa Rahel yang tidak pernah terpisah sedetikpun darinya.
"Baiklah, aku pamit dulu!" Nico menjatuhkan kecupan kecil pada pucuk kepala Rahel sebelum ia meninggalkan wanita yang berdiri dengan bantuan tongkat itu di depan beranda rumah.