"Tidak, Mama hanya mengingatkan saja jangan terlalu baik dengan orang baru. Karena kita kan tidak pernah tahu bagaimana mereka nantinya kan ...!"
Wajah Alisa semakin kesal. "Maksud Mama bagaimana?" Alisa menyipitkan kedua matanya. Membuat tatapan itu semakin tajam pada Rahel. Tidak pernah sekalipun Alisa bersikap seperti itu pada Rahel.
"Maksud Mama, harusnya yang menyiapkan sebuah pernikahan itukan pengantin laki-laki, Lisa," debat Rahel meskipun tidak dengan cara terang-terangan. "Tapi tidak masalah juga sih jika keluarga kita yang menyiapkannya," imbuh Rahel takut jika Alisa marah kepadanya.
"Tapi kan Mama tahu sendiri, Akbar hanya seorang petugas kebersihan di hotel. Jadi mana mungkin dia bisa memberikan gaun pengantin semahal itu, Ma," keluh Alisa.
Rahel mengukir senyuman kecil. "Baiklah, Mama sudah paham," celetuknya dengan nada dingin. Ia memutar tubuhnya ke arah bar stool yang berada di dapur.