"Wah, kalian sudah mau tunangan." Wanita bernetra abu-abu itu terlihat berbinar. "Selamat ya, semoga hubungan kalian bisa bertahan sampai hari pernikahan," tutur Ibu Davin turut senang mendengar kabar baik yang Alisa sampaikan.
Gadis berambut kecoklatan itu membalasnya dengan senyuman hangat, begitu juga dengan Akbar. Namun tidak dengan Davin. Lelaki itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ada rasa sakit yang meremas-remas di dalam dada mendengar apa yang Alisa katakan kepadanya.
"Kalau Ibu mau, ibu juga boleh datang ke acaranya nanti," ucap Alisa.
"Tidak bisa, ibuku tidak mungkin datang!" cetus Davin cepat. Bibir wanita tua yang baru saja hendak menjawab seketika tertutup. Netranya berpaling menatap pada Davin.
"Kenapa tidak bisa Davin, kan Ibu masih mau seminggu lagi tinggal di Jakarta," protes wanita yang memiliki tahi lalat pada pipi kanannya, dekat dengan hidung. Dahinya berkerut menatap pada Davin.