Tubuh Sofia terasa lemas. Seperti ada yang mencabik-cabik hatinya hingga tidak berbentuk lagi. Satu tangan Sofia masih memegangi ponsel yang menempel pada telinga. Ada banyak tanya yang memenuhi benaknya dan terasa begitu menganggu.
"Apakah Mas Nico dan Rahel sudah menikah?" ucap Sofia, getaran cemburu masih saja menyelinap dalam hati Sofia. Ia tidak rela ada wanita lain yang menggantikan posisinya.
Sejenak tidak ada suara apapun dari balik telepon. Bibik terdiam untuk beberapa saat. "Maksud Nyonya Sofia bagaimana?" celetuk Bibik. "Mbak Rahel mau menikah dengan Tuan Nico, seperti itu?" ucap Bibik seperti ingin menegaskan pertanyaan Sofia.
"Aduh, apa-apaan sih aku ini!" gurutu Sofia pada dirinya sendiri. Ia sangat menyesali pertanyaan yang terlontar dari bibirnya tanpa ia sadari.
"Oh, tidak, Bik!" ucap Sofia cepat. Ia tidak ingin Bibik berpikir jika dirinya masih mencintai Nico. Meskipun pada kenyataannya Nico tetaplah lelaki yang terbaik yang pernah Sofia kenal.