Nico masih tidak percaya dengan keadaan yang kini menimpanya. Kedua kakinya patah lalu dinyatakan lumpuh. Nico semakin terpuruk, harta yang melimpah hingga tujuh turunan ternyata tidak mampu membuat hatinya senang. Apalagi kini, Nico hidup dalam keterbatasan. Hatinya yang kosong tidak berpenghuni, serta tubuhnya yang sudah mampu menopang jiwanya yang lemah semakin membuat Nico hancur.
Sampai saat ini kalimat dokter lelaki berseragam putih itu masih mendengung dalam indera pendengarannya. Lelaki itu mengatakan jika kemungkinan seumur hidup Nico akan berada di atas kursi roda. Hanya 10% kemungkinan Nico dapat sembuh seperti sediakala. Saat itu hati Nico hancur tidak berbentuk. Ia hanya mampu menumpahkan kesedihannya pada Rahel. Hanya wanita muda itulah yang saat itu kebetulan hadir di ruangannya setelah dokter menyampaikan hasil pemeriksaan tentang dirinya yang sangat menyakitkannya.